Story : Star Gazer
*Another One-Shot Story : First Love Butterfly
Yuuji's Smile
Waiting For You
Fujiwara-san, A Story of Hope and Dream
One Hundred Years Cherry Blossom Tree
Rainy Girl
Terdiam
Our Sweet Moment
* Read Another Stories :
Star Gazer
Aku berjalan perlahan ke atas
panggung
Aku bisa melihat semua orang di
sana berteriak-teriak menyuruhku untuk turun
Aku tahu
Mereka semua tidak menyukaiku
Mereka tidak menyukai musik dan
laguku
Tapi aku tidak akan menyerah
Selama aku masih hidup di dunia
yang akan terus berputar ini
Aku akan terus memainkan musikku
Aku akan terus memainkan laguku
Aku akan terus menatap ke arah
bintang yang tidak akan pernah berhenti bersinar
Berharap semua harapanku menjadi
kenyataan
Aku tidak akan pernah berhenti
Karena ini adalah impianku
Karena ini adalah impianku
***-***
“Pergi kau!!”.
Aku tidak akan pergi.
“Suaramu jelek sekali!!”.
Aku tidak peduli.
“Berhenti menyanyi!!”.
Aku tidak akan berhenti.
Aku akan terus menyanyi.
“Permainan musikmu payah!!!”.
Aku akan terus memainkan musikku.
Braaakh!
Seorang pemilik toko di dekat aku
menyanyi langsung memukulku dengan sapu yang ada di tangannya.
“Ukh!!” Aku langsung terjatuh ke
tanah.
Dia melihatku dengan tatapan
sinis.
“Gara-gara kau menyanyi dengan
suaramu yang jelek itu, semua pelangganku jadi kabur!! Lebih baik kau tidak
usah menyanyi lagi saja!!!”.
Pria itu langsung merebut gitar
milikku dan menginjaknya.
“Jangan!! Hentikan!! Tanpa itu,
aku tidak akan bisa bermain musik dan menyanyi lagi!!!”.
Dia tidak mempedulikanku.
Seberapa keras aku berteriak
untuk menyuruhnya berhenti, dia tidak menghentikannya.
Apa yang harus kulakukan?
Aku sudah janji tidak akan
berhenti....
Aku sudah janji kepada diriku
sendiri...
***-***
Pemilik toko itu meninggalkanku
sendirian.
Aku hanya terdiam.
Sambil terus berbaring di atas
dinginnya tanah, aku melihat ke samping.
Aku bisa melihat gitar milikku
satu-satunya...rusak.
Tanpa kusadari, air mataku mulai
menetes perlahan.
Aku mengalihkan pandanganku ke
arah langit.
Bintang-bintang bersinar terang menyinari
langit gelap.
Aku mengangkat salah satu
tanganku ke atas.
Aku bisa melihat sebuah bintang
jatuh.
Meskipun bintang itu jatuh...
Tapi aku tidak bisa menggapainya.
Yang bisa kulakukan hanya
memandanginya.
Ya. Itulah diriku.
Seorang ‘penatap bintang’.
***-***
Aku hanyalah seorang ‘penatap
bintang’.
Setiap hari aku bernyanyi. Setiap
hari aku menciptakan lagu. Setiap hari aku memainkan musikku.
Tapi...
Tiap kali itu pula orang-orang
selalu menghinaku.
Mereka bilang kalau aku ini tidak
memiliki bakat dan kemampuan untuk menjadi seorang bintang penyanyi .
Setiap kali aku mempertunjukkan
permainan musikku di kafe atau di manapun,
mereka selalu mengusirku.
Tidak ada seorangpun yang
mengakui diriku.
Tidak teman-temanku.
Tidak kedua orang tuaku.
Bahkan dunia ini...
Tidak mengakui keberadaanku di
dalamnya.
Tidak seorangpun.
Ya.
Tidak seorangpun akan mengakui
seorang ‘penatap bintang’.
Hanya mampu menatap bintang tanpa
bisa menggapainya.
Hanya mampu menatap semua impian
yang ada di depannya tanpa bisa menggapainya.
Bagi orang lain....
Aku hanyalah sebuah sampah tidak
berguna yang lebih kalau tidak ada di dunia ini.
Sampah yang lebih baik
keberadaannya di hapuskan dari dunia ini.
Aku bangkit berdiri dan mengambil
gitarku.
Aku kembali berjalan tanpa arah
dan tujuan yang jelas dalam hidupku.
Yang aku inginkan hanya memainkan
musik dan menyanyikan laguku.
Itu saja.
Aku tidak menginginkan hal yang
lain.
Sambil berjalan di dunia yang
terus berputar ini, aku kembali menatap ke langit.
Seandainya aku bisa memohon pada
bintang jatuh...
Aku akan memohon agar aku bisa
menggapainya...
***-***
“Sial! Hari ini aku di usir lagi”
Gerutuku kesal.
Aku berjalan sambil memperhatikan
gitarku yang telah rusak.
“Gitarku juga jadi rusak seperti
ini! Apa yang harus kulakukan!?”.
Tiba-tiba ketika aku sedang
berjalan di tengah kota, pandanganku tertuju ke arah sebuah gitar bagus yang terpajang.
Aku menatapnya lama sampai
pemilik toko itu menegurku.
“Kau mau beli atau tidak? Kalau
kau hanya ingin melihat saja, lebih baik kau pergi saja karena aku tidak
menjual barang untuk di lihat oleh orang sepertimu!!”.
“Gitar itu...harganya berapa?”.
“Gitar ini? Harganya 100.000”.
“100.000!? Mahal sekali!? Apa
tidak bisa di kurangi sedikit lagi?”.
“Tidak bisa! Kalau kau tidak mau,
ya sudah!!”.
Aku tertegun mendengar ucapan
kasarnya.
Aku menghela nafasku. Tidak
mungkin aku bisa membeli gitar semahal itu.
Tapi, gitarku sudah rusak.
Kalau terus seperti ini, maka aku
tidak akan bisa menyanyi dan bermain musik lagi.
Aku menatap ke arah langit.
Sekali lagi aku mengarahkan
pandanganku ke arah bintang-bintang yang bersinar.
Aku tahu.
Bintang-bintang itu tidak akan
memusuhi dan membenciku.
Mereka selalu bersinar dengan
terang setiap kali aku merasa kalau seisi dunia ini memusuhiku.
Aku menghela nafasku pelan.
Aku tahu kalau tindakanku ini
salah.
Tapi, aku juga ingin diakui oleh
dunia ini!
Kalau aku hidup dan berada di
dunia ini!!
Dengan cepat aku segera memukul
kaca pembatas toko itu dengan gitarku yang telah rusak!
“Hey!!”.
Aku segera membawa gitar itu
kabur dan berlari sekencang mungkin!
Aku bisa melihat orang-orang
mulai berlarian dan mengejarku. Aku juga bisa mendengar suara langkah kaki
mereka berlari ke arahku.
Tapi aku tidak akan berhenti!
Aku tidak akan berhenti berlari!!
Di dunia yang terus berputar
setiap saat ini
Di dunia yang selalu kupandangi
selama ini
Aku akan terus menapakkan kakiku
Dan melangkah menuju bintang yang
bersinar
Mengejar impian yang selama ini
selalu kuimpikan!!
***-***
Aku berhenti berlari.
“Huff...hufff...sepertinya
orang-orang itu sudah tidak mengejarku lagi. Aku sudah aman” Kataku sambil
terduduk di sudut pinggir jalan.
Aku memegang gitar hasil
curianku.
Aku mengalihkan pandanganku ke
arah langit.
Apakah tindakanku ini adalah
tindakan yang benar?
Aku bisa melihat bintang-bintang
mulai kehilangan pancaran cahayanya.
Aku tahu.
Ini adalah tindakan yang salah.
Sekarang ini, bintang-bintangpun
membenciku.
Aku menghelas nafas.
Apa yang harus kulakukan!?
Apa aku harus mengembalikan gitar
ini ke pemiliknya yang sebenarnya?
Tapi, kalau begitu...maka mereka
akan menangkapku dan membawaku ke penjara...
Kalau seperti itu, aku tidak akan
bisa menggapai bintangku...impianku...
Dan selamanya, aku hanya akan
hidup sebagai seorang ‘penatap bintang’...
***-***
“Hey”.
Seseorang menggoyang-goyangkan
tubuhku.
Akupun langsung membuka mataku
dan terbangun. Sepertinya tanpa kusadari, aku telah tertidur.
Di hadapanku, berdiri seorang
gadis manis.
“Apa yang kau lakukan sendirian
di sini?” Tanya gadis itu.
Aku mengalihkan pandanganku
darinya.
“Bukan urusanmu’kan?”.
Dia tersenyum.
“Benar juga”.
Tiba-tiba, ia duduk di sampingku.
Kami berdua terdiam sesaat. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke arahku.
“Namamu siapa?”.
Aku terdiam sesaat lalu menjawab
tanpa menoleh ke arahnya.
“Yuu”.
“Yuu?”.
“Takahashi Yuusei”.
Gadis itu menganggukkan kepalanya
dan kembali menatapku.
“Namaku Hoshino”.
Aku tertegun karena tiba-tiba ia
menyebutkan namanya.
“Hoshino? (nama yang manis)”.
“Ya. Namaku Hoshino”.
“Hanya ‘Hoshino’?”.
Dia menganggukkan kepalanya.
“Ya, hanya Hoshino. Aku tidak
memiliki keluarga”.
“Kau tidak memiliki keluarga?”.
Hoshino tersenyum.
“Iya. Sejak kecil, orang tuaku
sudah meninggalkanku seorang diri. Karena itu aku hidup di sini. Di jalanan”.
Aku terdiam sambil
mendengarkannya bercerita. Dia kembali melanjutkan.
“Nama ‘Hoshino’ adalah nama yang
kuciptakan sendiri karena aku sangat menyukai ‘bintang’”.
“Bintang?”.
“Setiap malam, aku selalu
memandangi bintang. Aku selalu berusaha menggapainya. Tapi, yang kulakukan
hanya bisa memandanginya. Itu saja”.
Aku terdiam. Ternyata gadis ini
sama sepertiku. Hanya seorang ‘penatap bintang’.
“Kalau kau sendiri? Kenapa kau di
sini sendirian?”.
Aku berpikir sejenak. Sebenarnya,
aku tidak terlalu senang menceritakan masalahku kepada orang lain. Tapi, entah
kenapa aku merasa tidak masalah kalau aku menceritakannya pada gadis ini.
Mungkin saja. Ya. Mungkin saja. Aku merasa kalau nasib kita berdua tidak
terlalu berbeda. Hanya mampu menatap bintang tanpa bisa menggapainya.
“Aku...aku ingin mewujudkan
mimpiku. Karena itu...aku...ada di tempat seperti ini sekarang”.
“Orang tuamu? Sudah meninggal?”.
Aku menggelengkan kepalaku.
“Tidak. Mereka masih hidup”.
Hoshino terlihat sedikit
tertegun.
“Kalau mereka masih hidup, apa
yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidak berada di rumah bersama
keluargamu?”.
“Aku kabur” Jawabku singkat.
“Kau apa!? Kabur!!? Kenapa?”.
“Nggak usah histeris gitu deh”.
Hoshino menggaruk-garuk
kepalanya.
“He he he...maaf ya, terbawa
perasaan. Jadi, kenapa kau kabur?”.
“Sudah kubilang’kan? Aku ada di sini
untuk menggapai mimpiku. Ayahku adalah seorang kepala polisi dan ia selalu
memaksaku untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang kepala polisi yang handal
sepertinya. Tapi, aku tidak mau. Itu bukanlah hal yang kuinginkan. Mereka tidak
percaya kalau aku bisa mewujudkan impianku”.
“Memangnya....hal apa yang kau
inginkan? Apa impianmu?”.
Aku terdiam.
“Apa ya? Jadi penyanyi? Mungkin”.
Hoshino justru tertawa mendengar
perkataanku.
“Kenapa kau malah tertawa!?”
Gerutuku kesal.
“Nggak. Aku nggak menyangka aja. Impian
yang bagus”.
“Yang kuinginkan di dunia ini
hanyalah memainkan musik dan menyanyikan lagu. Aku ingin agar orang-orang yang
mendengarnya berteriak dan bersorak gembira ketika mendengarku bernyanyi. Aku
hanya ingin semua orang dan dunia ini mengakui keberadaanku. Hanya itu yang
kuinginkan. Aku tidak menginginkan lebih”.
Hoshino menatapku lalu tersenyum.
“Ya! Aku yakin kalau impianmu
akan terkabul!!”.
Aku mengalihkan pandanganku ke
arahnya.
“Kalau kau sendiri? Apa hal yang
paling kau inginkan? Apa impianmu?”.
Hoshino terdiam sesaat dan
berpikir. Ia lalu tersenyum ke arahku.
“Hal yang paling kuinginkan
adalah memiliki keluarga!”.
“Hanya itu?”.
“Iya, hanya itu. Karena sejak
kecil aku tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga, aku ingin
setidaknya bisa merasakannya selama aku masih hidup di dunia ini”.
Aku menghela nafasku.
“Kalau hanya itu saja sih mudah.
Mulai sekarang kau jadi adikku” Kataku tiba-tba.
Hoshino tertegun.
“Eh?”
“Kenapa ‘eh’!? Kau bilang ingin
memiliki keluarga! Nah, aku akan menjadi keluargamu. Mulai sekarang namamu
adalah Takahashi Hoshino! Ingat itu baik-baik”.
Hoshino terdiam lalu tersenyum
manis.
“Ya!”.
***-***
“Itu dia!! Itu pencurinya”
Tiba-tiba seseorang berteriak ke arahku.
“Gawat! Orang di toko tadi!!”
Teriakku panik.
Hoshino bangkit berdiri.
“A...apa yang sebenarnya
terjadi!?”.
Aku menggandeng tangan Hoshino.
“Sudahlah! Tidak usah kau
pedulikan!! Kita kabur saja!!”.
Aku dan Hoshino langsung berlari
sekencang mungkin. Aku melihat ke belakang sekilas, aku bisa melihat orang-orang
mulai mengejar kami dan para polisi ternyata juga datang mengejar kami!
Aku tidak tahu!
Apa yang harus kulakukan!?
Apa yang seorang ‘penatap
bintang’ sepertiku ini bisa lakukan!!?
Tiba-tiba saja aku terjatuh.
“Ukh!”.
“Kau tidak apa-apa!?”.
“Aku tidak apa-apa”.
Aku tidak bisa menggerakkan
kakiku. Kalau seperti ini caranya, kita berdua tidak akan bisa kabur dari sini.
Aku dan Hoshino akan di tangkap karena kesalahanku.
Aku menatap gitar itu perlahan.
Aku tahu. Sejak awal seharusnya aku tidak melakukan itu. Sejak awal seharusnya
aku tidak melakukan tindakan itu.
Karena aku, sekarang aku jadi
melibatkan gadis ini dalam masalah yang seharusnya tidak dialaminya.
Yang ia inginkan hanyalah sebuah
keluarga yang mau menyayanginya.
Ia tidak meminta lebih.
Dan ia tidak berhak mendapat
perlakuan seperti ini.
Aku menatap perlahan ke atas
langit.
Cukup orang-orang dan dunia ini
saja yang tidak mengakui keberadaanku!
Aku tidak ingin bintang-bintang
juga membenciku!!
“Hey, nanti ketika aku mulai
menyanyi, kau segera lari dari sini” Bisikku.
“Apa!? Maksudmu!? Kau ingin aku
pergi meninggalkanmu!?”.
“Ini masalahku. Mereka di sini
karena aku melakukan hal yang seharusnya tidak kulakukan. Ini adalah hukuman
bintang untukku. Dan, aku tidak ingin bintang membenciku lagi. Karena hanya
mereka yang mau menerima dan tetap memancarkan cahayanya ke manusia bodoh
seperti aku ini”.
“Tapi, mana mungkin aku
meninggalkanmu sendirian di sini!!? Kita kabur bersama!” Hoshino kembali
menarik tanganku.
Aku terdiam lalu melepaskan
tangannya perlahan dari tanganku.
“Yuu?”.
Aku terdiam sesaat. Tanganku
menggenggam gitar itu. Aku mulai merasakan senyuman mengembang di wajahku.
Kalau diingat lagi, aku belum merasa segembira ini dalam hidupku. Aku
menatapnya.
“Aku tidak bisa pergi. Inilah hal
yang harus kulakukan. Aku akan membiarkanmu kabur. Kau tidak berbuat suatu
kesalahanpun dalam menggapai bintangmu, impianmu. Kau tidak sepertiku. Aku
telah membuat suatu kesalahan besar sehingga semuanya berbalik menyerangku.
Tidak apa-apa kalau aku tertangkap sekarang. Setidaknya, kalau bisa
menyelamatkanmu, maka aku tidak akan menyesali hidupku lagi meskipun aku
hanyalah seorang ‘penatap bintang’”.
Hoshino terdiam dan menatapku.
“Aku akan mengalihkan perhatian
mereka semua dengan lagu dan musikku. Saat itu, kau segera pergi dari sini.
Kalau tidak, maka mereka juga akan menangkapmu!”.
Aku mengalihkan pandanganku dari
Hoshino.
Aku bisa melihat orang-orang dan
para polisi itu semakin dekat ke arah kami berdua. Aku tersenyum lalu mulai
membunyikan gitarku.
“Hah?”.
“Hey, kau dengar itu?”.
“Suara musik?”.
Perlahan aku mulai membuka
mulutku dan bernyanyi sekencang mungkin agar semua orang bisa mendengarku!!
Aku meyuruh Hoshino untuk segera
melarikan diri dari sini! Dia menganggukkan kepala dan berlari sekencang mungkin
menjauh dari sini!!
Aku tersenyum.
Sejak dulu aku selalu ingin
mengatakan hal ini
“Hey, dunia”.
Aku mengangkat kepalaku.
“Dengarkan dan nikmatilah lagu baru buatanku!!!”.
Orang-orang mulai menutup telinga
mereka ketika mendengar suaraku. Para polisi itu juga berhenti mengejar dan
menutupi telinga mereka.
Aku tidak peduli lagi.
Aku tidak peduli jika orang-orang
tidak menyukaiku.
Aku tidak peduli dengan pendapat
mereka.
Selama aku bisa bernyanyi...
Selama aku bisa bermain musik...
Selama aku bisa berguna bagi
orang lain..
Aku akan bangga pada diriku
sendiri
Meskipun aku hanyalah seorang
‘penatap bintang’.
Tiba-tiba, aku mendengar suara
lagu yang indah.
Aku berhenti memainkan gitar dan
laguku lalu menoleh ke arah sumber suara yang indah itu.
Semua orangpun langsung membuka
telinga mereka dan mengalihkan pandangan mereka.
Aku tertegun.
Ternyata itu Hoshino.
“Waaah...coba kau dengarkan itu!
Suaranya sangat indah”.
“Iya! Indah sekali. Baru pertama
kali aku mendengar suara seindah ini”.
Aku bisa mendengar semua orang
mulai berteriak dan bersorak gembira.
Aku terdiam di tempat.
Hoshino lalu berbicara ke arahku.
“Apa yang kau lakukan?
Bukankah...ini adalah impianmu?”.
Aku tertegun.
Benar.
Ini adalah impianku.
Bintang yang selama ini ingin kuraih!!
Aku tersenyum dan kembali
membunyikan gitarku.
“Mungkin kau butuh sedikit
musik”.
Aku memainkan gitarku.
Anehnya. Suara yang keluar
terdengar lebih indah dari yang biasanya kumainkan.
Aku menoleh ke arah Hoshino.
Mungkin saja...itu semua karena dia....
Mungkin aku tidak bisa
bernyanyi...
Tapi aku masih bisa bermain
musik...
Hoshino....
Dia dapat menyanyi untukku...
Kami semua bersorak gembira.
Orang-orang yang tadi terlihat
marah, ikut menari dan menyanyi bersamaku dan Hoshino.
Pemilik toko yang awalnya
terlihat geram ikut bersenang-senang.
Para polisi yang mengejar kami
hanya tersenyum sambil mendengarkan lagu kami berdua.
Mereka bersorak gembira. Mereka
menyukai lagu Hoshino dan musikku.
Akhirnya...
Di dunia yang terus berputar ini...
Aku bisa dengan bangga mengatakan
kalau ‘aku ada di sini!!’
Aku ada di dunia ini!
Aku hidup di dunia ini!!
Aku tersenyum....
Pada akhirnya, aku berhasil
menggapai bintangku yang selama ini hanya bisa kupandang...
***-***
“Yuu...” Hoshino memegang
tanganku.
“Tidak apa-apa. Aku harus melakukan hal ini.
Ini adalah hal terbaik yang bisa kulakukan”.
Aku tersenyum ke arahnya.
“Lagipula, aku sudah bisa meraih
bintangku! Semua itu berkatmu!! Terima kasih”.
Hoshino meneteskan air mata.
“Y....ya....”.
Aku menatap ke arah langit.
Perlahan, bintang-bintang mulai
kembali bersinar.
Aku menghela nafasku.
“Sepertinya, aku memang harus
melakukan hal ini. Iya’kan?”.
Aku berjalan pelan ke arah si
pemilik toko dan menyerahkan kembali gitar yang telah kucuri.
Aku bisa melihat senyuman di
wajahnya.
“Terima kasih karena telah mau
mengembalikan barang ini. Suatu saat nanti, kalau kau sudah bebas dan memiliki
uang, kau boleh datang dan membelinya dariku”.
Aku tersenyum.
“Iya. Aku minta maaf atas
kekacauan yang telah kubuat dan terima kasih”.
Aku mengalihkan pandanganku ke
arah mobil polisi yang telah menungguku.Aku berjalan pelan ke arah mereka.
Salah seorang polisi itu memborgol kedua tanganku.
Ketika aku berjalan perlahan
menuju mobil polisi itu, aku melewati seorang polisi berjas abu-abu yang tengah
merokok.
“Tunggu” Aku berhenti sejenak di
samping polisi itu.
“Hm?”.
“Gadis itu....adalah Takahashi
Hoshino. Dia adalah adikku. Aku...ingin kau menjaganya. Kau tahu...yang ia
inginkan hanyalah sebuah keluarga. Dan, dia telah membuatku mampu menggapai
bintang yang selama ini selalu kupandang”.
Polisi itu terdiam sesaat lalu
kembali bicara.
“Baiklah”.
Aku kembali melangkah.
“Terima kasih” Kataku pelan.
“Ah! Tunggu dulu”.
Aku berbalik.
“Selamat....karena kau telah
berhasil menggapai impianmu”.
Aku tertegun lalu tersenyum.
“Iya. Terima kasih”.
Pada akhirnya...aku memutuskan
untuk menyerahkan diriku kepada polisi.
Tapi aku tidak menyesal.
Karena aku telah membuktikan pada
dunia, kalau aku memang pantas berada di sini.
Di dunia ini.
Aku mengalihkan pandanganku ke
arah langit.
Aku bisa melihat bintang jatuh
yang melintas.
Aku tersenyum ke bintang jatuh
itu.
Pada akhirnya, aku bisa
menggapainya...
Akhirnya aku bisa menggapai
impianku...
Aku bisa menggapai bintang yang
selama ini hanya bisa kupandang....
Jika aku sudah bebas nanti...
Dengan bangga, aku akan
mengatakan pada dunia....alasan kenapa aku ada di sini...hidup di dunia ini...
Selama bintang masih bersinar dan
menyinari dunia ini...maka aku akan terus hidup di dalamnya...
“Karena...aku adalah seorang
‘penatap bintang’”.
THE END
A/N : Hai, minna XDD
mungkin udah pada nyadar dari judulnya :)
cerita ini terinspirasi dari lagunya Hatsune Miku, Star Gazer ^^
sankyuu
Author,
Fujiwara Hatsune