Senin, 25 Agustus 2014

Story : Hana no Uta Chapter 2

Story : Hana no Uta Chapter 2

*Read :  Chapter 1

              Chapter -XXX-

              Chapter -XXX-

              Chapter 3

* Read Another Stories :


Ini adalah kota kecil Hanasaki.
Semua orang yang tinggal di dalam lingkaran kota ini, menyebut kota ini sebagai ‘kota tanpa harapan’.
Sugata Yoshikawa adalah salah satu penduduk kota ini.
Sama seperti yang lainnya, ia menghabiskan kehidupan di kota ini dengan perasaan tidak suka.
Apalagi semenjak keluarganya hancur dan kehidupannya yang semakin terasa  sulit di kota kecil ini, membuat Sugata tumbuh membenci kota ini.
Suatu saat, Sugata tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis misterius yang sedang menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah di sebuah padang bunga.
Apakah pertemuannya dengan gadis itu akan membawa harapan baru pada Sugata?

HANA NO UTA
[Song of Flower]
Chapter 2
Awal Cerita yang Baru

Etto...baiklah. Saya harap kalian akan mendapatkan tahun-tahun yang menyenangkan di sekolah ini. Sekian dari saya, terima kasih.”
Semua murid langsung bertepuk tangan dan menyambut sambutan dari kepala sekolah dengan meriah.
Tak terasa kehidupan mereka akan mulai masuk ke halaman berikutnya.
Jalan menuju ke masa depan akan semakin terlihat jelas .
Dan ini adalah awal mereka untuk memulai cerita mereka yang baru.
“Uhhh...”
Diantara barisan murid-murid yang sedang bertepuk tangan dengan meriahnya, Sugata menundukkan kepalanya sambil memasang ekspresi seolah ingin muntah.
“Kenapa...aku harus berada di sini sekarang...” Gumamnya pelan.
Satou yang berdiri di sampingnya, langsung menepuk pundak Sugata.
“Wah, wah, Sugata. Aku tidak menyangka kalau kau akan datang ke upacara pembukaan. Sejak SMP kau selalu saja kabur’kan? Aku agak sedikit terkejut, lho.”
“Ukh...Ini semua bukan keinginanku...” Sugata memalingkan wajahnya dari Satou.
Tapi dia justru bertemu dengan ‘wajah’ yang lain.
“Wah, bukannya ini Yoshikawa? Sejak kapan kau menjadi rajin dan datang ke upacara pembukaan? Kupikir kau baru akan muncul saat kelas di mulai. Atau mungkin tidak muncul sama sekali.”
Kata-kata itu datang dari mulut seorang gadis berambut biru gelap yang panjang sepunggung.
 “Permisi, apa aku mengenalmu?” Kata Sugata dengan wajah datar.
Mendengar apa yang dikatakan Sugata, gadis itu langsung memasang ekspresi kesal.
“Da--Dasar Sugata bodoh! Ini aku, Akazawa Hinata!! Masa teman SMP sendiri kamu lupakan sih!? Padahal aku jelas-jelas mengenalimu! Hmp!! Tidak bisa dimaaf’kan!” Hinata langsung memalingkan pandangannya dari Sugata.
“Akazawa...san?”
Satou melirik ke belakang Sugata.
“Huua!!” Tiba-tiba, Satou langsung berteriak keras ketika melihat gadis bernama Akazawa Hinata itu
Teriakan Satou otomatis membuat Sugata dan Hinata melompat kaget.
“Ada apa denganmu, Koichiiro? Tunggu. Jangan bilang kau juga tidak mengenaliku.”
“Hooh!!! Apa ini benar kau Akazawa-san!? Waah, kau terlihat berbeda sekali!” Kata Satou kagum.
“Be--Berbeda...? Me--Memangnya kelihatan beda, ya?” Hinata terlihat malu.
“Ya, kau berbeda sekali! Seperti orang yang berbeda saja. Aku bisa lihat kau lebih feminin sekarang. Ah, kau memanjangkan rambutmu, ya? Aku ingat dulu rambutmu masih pendek sepundak. Sudah kuduga rambut panjang lebih cocok untukmu.” Satou berkata sambil memperhatikan Hinata dari atas sampai bawah.
Hal itu membuat wajah Hinata memerah.
“E--Eh...Kuanggap itu sebagai pujian...”
Hinata mengalihkan pandangannya ke arah Sugata.
“Em...jadi menurutmu...apa aku terlihat berbeda?”
“Hanya penampilanmu yang berbeda. Yang lainnya sama saja.”
“Iih!! Apaan sih, Yoshikawa!? Ukh!!!” Kata Hinata kesal sambil menarik-narik rambut Sugata.
“Sakit!! Apa-apaan tanganmu itu!? Lepas!!!” Teriak Sugata sambil berusaha melepaskan tangan Hinata dari rambutnya.
“Eh? Eh? Ada apa??”
Murud-murid yang lain langsung menoleh ke arah Sugata dan Hinata.
Begitu mereka berdua menyadari bahwa semuanya memperhatikan mereka, mereka langsung diam di tempat sambil menundukkan kepala karena malu, sementara Satou hanya tertawa kecil sambil menggaruk rambutnya.
“Huh! Ini semua gara-gara kau! Awas, ya, kalau image-ku di sekolah ini jadi buruk, kau akan kugantung!!” Ancam Hinata dengan suara pelan tapi tatapan matanya sangat tajam.
“Terserah. Kalau aku sih tidak peduli. Karena sejak awal image-ku di kota ini sudah buruk.” Kata Sugata dengan nada dingin.
“Ya sudah!” Hinata berkata sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Nah, nah. Sudah hentikan. Kita seharusnya senang karena bisa bertemu dengan teman lama kita’kan? Ah, tapi...yang membuatku jauh lebih terkejut adalah...”
Satou menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah lain.
Pada saat yang sama, Sugata dan Hinata ikut menoleh ke arah yang dilihat oleh pemuda berkacamata itu.
Di sana, berdiri seorang gadis berambut merah tua pendek.
“[Ukh...]” Batin Sugata.
“Ha ha, tidak pernah terbayangkan kalau kau akan berangkat ke upacara pembukaan dengan gadis manis seperti itu. Kau mengambil langkah awal, ya?” Goda Satou.
“Iya, ya. Ini pertama kalinya aku melihat Yoshikawa bersama seorang gadis. Dia sepertinya gadis yang baik. Fu fu fu, bahkan seorang Yoshikawa juga bisa merasakan cinta, ya?” Hinata ikut-ikutan menggoda pemuda berambut coklat itu.
“Hentikan...Sama sekali bukan seperti itu. Lagipula, daripada dibilang ‘datang bersama’, kurasa lebih pantas di bilang sebagai ‘penculikan’.”

Beberapa saat yang lalu...
“K--Kau...apa kau murid di SMA Hanasaki!?” Sugata berkata sambil menunjuk ke arah seragam gadis itu.
“Eh, iya. Aku baru masuk tahun ini. Hmm...Ah!! Kau juga, ya? Uwaah...kebetulan sekali!” Kata gadis itu dengan riangnya.
“[Bukan ‘kebetulan sekali’!! Ini malapetaka!!!!!]” Batin Sugata sambil memasang  wajah kesal.
“Ya--Ya sudahlah kalau begitu. Semoga kau sampai dengan selamat. A--Aku ada urusan penting. Duluan, ya.” Kata Sugata gugup sambil mengangkat sebelah tangannya setinggi dada dan langsung berbalik pergi.
“Tunggu dulu! Kau mau kabur, ya!?” Gadis itu menarik tas Sugata.
“Uwaah!!” Teriaknya kaget.
Hampir saja ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
“K--Kau itu apa-apaan sih!? Kau mau aku jatuh dan menderita patah tulang!!?” Teriak pemuda itu kesal.
“Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi itu tidak baik. Ayo, kita pergi sama-sama.”
Gadis itu terlihat seperti orang yang berbeda saja.
“Hey, aku mau pergi atau tidak, itu bukan urusanmu. Dan itu sama sekali tidak ada untungnya untukmu!! Jadi, biarkan aku pergi!” Sugata berusaha melarikan diri namun gadis itu tidak melepaskan genggamannya.
“Tidak boleh! Ayo, nanti kita bisa terlambat.”
Tidak pernah terbayang di pikiran Sugata bahwa gadis itu akan menggeret tasnya sekaligus dirinya menuju ke upacara pembukaan.
“[Gadis ini...dia lebih berbahaya dari yang kupikirkan!!]”

“Kau lihat!? Itu sih penculikan!!” Gerutu Sugata kesal.
“Tenanglah, dia tidak berniat buruk’kan? Lagipula, bukannya hal bagus kalau kau datang ke upacara pembukaan SMA? Reputasimu bisa menjadi lebih baik.” Satou berusaha menenangkan sahabatnya itu.
“Tidak!! Aku tidak peduli dengan hal bodoh seperti itu!!! Ukh...sekarang aku benar-benar merasa seperti orang bodoh...Bisa-bisanya aku kalah dari gadis seperti itu! Sialaaaan!!!!”
“Ngomong-ngomong, aku belum pernah melihat gadis itu sebelumnya? Kau tahu namanya?” Tanya Hinata penasaran.
“Tidak tahu dan tidak mau tahu.” Kata Sugata sambil berjalan pergi dan memasukkan tangannya ke dalam kantong bersamaan dengan murid-murid lainnya yang mulai mengosongkan ruangan aula.
“Hey, Sugata!!” Teriak Satou sambil mengikuti Sugata dari belakang diikuti oleh Hinata.
“Ah.”
Hal yang tidak diinginkan oleh Sugata terjadi.
Gadis itu sekarang tepat berdiri di depannya.
“Minggir.”
“Eh...? K--Kau marah, ya?” Tanya gadis itu dengan suara pelan.
“Marah!? Sudah pasti aku marah!! Kenapa kau seenaknya saja memaksaku untuk datang kemari!? Aku benci dengan hal membosankan dan tidak penting seperti ini!! Kau tahu? Kau sudah membuat hariku yang sudah buruk menjadi semakin buruk!!!! Baguslah, aku sekarang jadi semakin membenci kota ini!”
“Membenci kota ini...? Ke--Kenapa...?”
“Karena kau!!! Karena aku bertemu denganmu di sini! Di kota menyebalkan ini!! Sudah sana cepat minggir! Huh!!” Sugata berteriak keras ke arah gadis itu kemudian mendorongnya dengan keras.
“Ah!” Teriaknya terjatuh ke lantai.
“Oi, Yoshikawa!!” Kata Hinata kesal ke arah Sugata sambil memegang tubuh gadis berambut merah pendek itu.
Namun Sugata tidak peduli dan terus berjalan.
“[Dasar gadis itu!! Aku paling benci orang yang tidak peka seperti dia! Ukh...semoga saja aku tidak berada satu kelas dengannya...Ya..Hanya bertemu di sekolah tidak masalah, asalkan aku tidak harus melihat wajahnya tiap hari di kelas yang sama denganku.]”
“Si Sugata itu...Ah, kau tidak apa-apa’kan?” Tanya Satou ke arah gadis itu.
Gadis itu terlihat sedih sesaat kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.
“Hm. Aku baik-baik saja. Terima kasih, ya.”
“Ayo, berdiri. Namaku Akazawa Hinata.” Kata Hinata sambil membantu gadis tersebut berdiri.
“Kalau aku Satou Koichiiro. Namamu siapa?”
“Aku Morisaki Yui. senang bisa berkenalan dengan kalian berdua, Satou-kun, Akazawa-san.”
“Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Kau bisa panggil aku ‘Hinata’, Yui- chan.” Hinata berkata sambil tersenyum.
“Ah, iya. Hinata-chan!” Yui berkata dengan nada gembira.
 “ ’Yui’, ya? Nama yang manis. Seperti orangnya.” Puji Satou.
Mendengar pujian itu, Yui bukannya merasa senang namun malah memasang wajah takut sambil berkata ‘eh?!’ dan mendekatkan tubuhnya ke arah Hinata.
“Morisaki-san? A--apa aku berkata sesuatu yang salah?” Satou terlihat panik sambil berusaha mencari tahu apa kesalahannya.
“Kau itu! Seorang gadis akan langsung merasa was-was jika kau tiba-tiba berkata seperti itu!! Memangnya siapa kau? Laki-laki penggoda? Hentai!”
“UKH!!” Mendengar kata ‘hentai’, Satou langsung tertegun.
“Tidak seperti itu. Aku bahkan belum pernah menyentuh seorang gadis. Aku hanya bermaksud memujimu. Sungguh.”
“I--iya, maaf, ya, tadi aku sudah membuatmu merasa bersalah, Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit malu karena jarang sekali ada laki-laki yang memujiku seperti itu. He he, tapi terima kasih, ya.” Kata Yui sambil tersenyum malu.
“Oh, jadi begitu. Syukurlah.” Kata Satou sambil menghela nafas lega.
Hampir saja seorang gadis mengira dirinya adalah seorang penggoda.
“Nah, Yui-chan, ayo kita ke kelas. Semoga saja kita bertiga satu kelas. Ah, dengan si bodoh itu juga.”
“’Si bodoh’?” Tanya Yui dengan wajah polos.
“Ah, laki-laki yang kau culik kemari. Sugata Yoshikawa.” Jelas satou.
“Oh...jadi namanya ‘Sugata’?” Kata Yui memastikan.
Hinata menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan ke kelas.
Satou mengikuti di belakang sementara Yui berada di samping Hinata.
Ia memandang ke arah langit biru, kemudian melihat ke bawah dan tersenyum kecil.
“Sugata...kun...”
***-***
“[Bohong...Ini bohong’kan...]”
“Pe--perkenalkan semuanya, namaku Morisaki Yui! Se--senang berkenalan dengan kalian semua. M--mohon bantuannya!!” Kata Yui sambil membungkukkan badannya.
“Wah...kita beruntung...di kelas kita ada gadis secantik dia...” Kata seorang murid laki-laki yang duduk di bangku belakang.
“Manisnya...” Puji murid-murid lain.
“Ah.” Yui tak sengaja melihat ke arah Sugata, kemudian tersenyum ke arahnya.
Sementara Sugata hanya menundukkan kepalanya. Aura-aura berwarna gelap bisa terlihat disekelilingnya.
“[Ukh...bukan hanya di padang bunga...bukan hanya di sekolah...sekarang aku dan dia berada di satu kelas yang sama untuk setahun...Ini bohong...ini pasti mimpi...Ya!! Saat ini, aku pasti masih tertidur di tempat tidurku dan semua ini belum terjadi!! Ya! Pasti seperti itu!!! Ayo!! BANGUNLAH!!!! DIRIKUUUUUUUUU!!!!!!]”
A--ano, Sugata-kun...”
APA!!!!?

DEG!!!

Seluruh kelas tiba-tiba dipenuhi oleh atmosfir yang aneh.
A--ano...mo--mohon kerja samanya untuk satu tahun ke depan he he...” Meskipun sedikit terkejut, Yui berusaha tersenyum di hadapan Sugata.
“Aku akan bekerja sama denganmu asalkan kau tidak dekat-dekat denganku!! [Ukh...kenapa harus seperti ini...]” Sugata berkata sambil tetap duduk di tempat duduknya.
“.........” Yui berjalan perlahan sambil menundukkan kepalanya melewati Sugata dan duduk di kursinya.
“Hey, hey.” Tiba-tiba, seseorang memanggil Yui dari bangku sebelah.
“?”
“Kau cantik sekali. Mau bersenang-senang bersama denganku? Wahai tuan putri?” Kata pemuda berambut pirang itu sambil mengedipkan sebelah mata.
E...Etto...Etto...Kanzaki-san’kan? A--aku tidak tahu harus menjawab apa...” Kata Yui sambil tersenyum malu.
“Tidak usah menjawab apapun. Cukup dengan satu kali anggukan dan aku akan menjadikanmu sebagai milikku sepenuhnya.” Pemuda bernama Kanzaki itu berkata dengan penuh kepercayaan diri kepada gadis yang bahkan baru pertama kali ditemuinya.
Etto...Etto...[Ba--Bagaimana iniiiii????]” Yui menundukkan wajahnya, tidak tahu harus menjawab apa.
 “ ’Milikku’ apanya? Huh, menjijikkan sekali. Padahal baru pertama kali bertemu tapi sudah sok merayu seperti itu.” Sugata berkata dengan nada tidak peduli sambil melirik ke arah jendela.
Namun disengaja atau tidak, suara itu cukup keras sehingga membuat Kanzaki dan Yui sedikit tertegun dan menoleh ke arahnya.
Sugata tidak menoleh ke arah mereka dan terus memandang keluar jendela.
Kanzaki tidak mempedulikannya dan mulai menggoda gadis-gadis lain di sekitarnya dan memberi Yui kesempatan untuk bernafas lega.
Dan sesekali, gadis pemalu itu melirik ke arah Sugata.
***-***
Kegiatan selanjutnya adalah pengenalan bagian-bagian dari gedung sekolah ini.
Semua murid kelas 1 yang terdiri atas 4 kelas mengambil rute yang berbeda-beda.
Untuk kelas Sugata, kelas 1-C, tur di mulai dari lantai 2.
Guru yang menjadi wali kelas mereka, Tomohara Tomoki, seorang guru paruh baya dengan rambut coklat pendek, membawa mereka ke lantai 2.
“Baiklah semuanya. Etto, ini adalah ruangan laboratorium di mana kita akan mengadakan berbagai kegiatan praktek di dalamnya. Tapi ingat, jangan menyentuh bahan-bahan kimia yang berbahaya itu tanpa pengawasan guru kalian. Ah, Hey! Kanzaki!! Jangan sentuh cairan itu!!!” Teriak Tomohara-sensei yang terkejut ketika melihat Kanzaki sudah berada di dalam ruangan lab.
Selagi Tomohara-sensei mengejar Kanzaki yang mulai berkeliaran di dalam lab, murid-murid yang lain mengambil kesempatan untuk melihat bahan-bahan kimia yang mencurigakan itu dari dekat.
“Eh, cairan ini warnanya cerah sekali.”
“Yang ini baunya tidak enak! Ukh.”
“Kalau kau kusiram ini, kau bisa jadi katak tidak, ya?”
“Hey, jangan bercanda. Kau hanya ingin aku menciummu’kan??”
“Apaan sih!? Aha ha ha”
“Murid-murid, tolong jangan sentuh cairan-cairan itu. Ah, Kanzaki!!!!”
Sementara itu, Sugata hanya memperhatikan Tomohara-sensei yang terlihat panik sambil mengejar murid-muridnya dan memperingati mereka satu-satu untuk menjauhi bahan-bahan kimia itu.
Haah...kasihan sekali dia...
“Heh...Memangnya kalian anak SD...” Kata Sugata pelan dengan ekspresi tidak suka.
Sugata terdiam sebentar kemudian ikut masuk ke dalam ruangan lab.
Perlahan, ia memperhatikan sekelilingnya.
“Hooo..ada banyak sekali bahan kimia di sini. Ukh...dan semuanya memang terlihat mencurigakan.”
Sugata melihat-lihat berbagai macam bahan kimia yang terpajang di sana dengan berbagai macam warna.
Tiba-tiba, salah satu bahan kimia itu menarik perhatian Sugata.
“Apa ini?”
Ketika akan menuangkan sedikit cairan itu ke tangannya, tiba-tiba Yui datang dan langsung mendorong Sugata!
“Sugata-kun!! Ja--Jangan!!!!”
“Howaaah!!!”
Akibatnya, Sugata jatuh ke lantai dengan keras sementara Yui terjatuh tepat di atas tubuh Sugata.
Semua murid yang dari tadi asyik memperhatikan bahan-bahan kimia di ruangan itu seperti sesuatu yang luar biasa, langsung menghentikannya dan melihat ke arah Yui dan Sugata.
“Aduuh...” Kata Yui dengan suara kecil sambil mengusap-usap belakang kepalanya.
Yui yang sadar kalau ia berada di atas tubuh Sugata, langsung meloncat kaget dan bangkit berdiri.
“Su--Sugata-kun!? Kau baik-baik saja?” Tanya Yui khawatir.
“Aku tidak baik-baik saja!! Apa-apaan sih, tiba-tiba mendorongku seperti itu!!? Ukh.” Sugata berteriak kesal ke arah Yui sambil memegangi tangan kirinya.
“Ha--Habisnya...Sugata-kun...” Yui berkata dengan nada bicara seolah ingin menangis.
“Tch! Gara-gara kau juga, botolnya sampai pecah. [Kalau aku disuruh mengganti bagaimana?!!].”
Sugata yang masih terduduk di tempatnya, berkata sambil menggaruk-garuk rambut bagian belakangnya.
Ketika dia melihat ke sampingnya, dia bisa melihat pecahan botol itu beserta cairannya yang tumpah.
“Hm?”
Tiba-tiba saja, lantai tempat di mana cairan itu tumpah, mulai melepuh.
Perlahan-lahan, sebuah lubang yang tidak cukup besar terbentuk di tempat bekas cairan itu jatuh.
“U--Uwaaah!!! [A-a-a-a-a-a-a-apa itu!!!!?].”
Tomohara-sensei yang mendengar suara ribut-ribut langsung berjalan ke arah Sugata.
“Ah, sepertinya kau tidak sengaja menjatuhkan cairan asam.” Kata Tomohara-sensei tanpa rasa panik sedikitpun.
“[A--A-A-A-A-ASAM!!!!!?]” Batin Sugata panik.
Tomohara-sensei berbalik ke arah murid-murid lain yang memasang ekspresi ketakutan.
“Nah, murid-murid. Itulah sebab kenapa kalian harus berhati-hati.”
“[Kalian saja yang kurang kerjaan!! Kenapa kalian harus menyimpan cairan berbahaya seperti itu di sini!!? Aku yakin kalian juga pasti menyimpan air keras’kan!?].” Batin Sugata sambil melemparkan tatapan kesal ke Tomohara-sensei yang kini berdiri membelakanginya.
“Ayo, kita lanjutkan ke ruangan selanjutnya.” Kata Tomohara-sensei sambil melangkah keluar dari ruangan lab, diikuti oleh murid-murid lain yang langsung berkata ‘Baik, Sensei!!!’.
Sementara itu, Sugata masih terdiam di tempatnya sambil melihat bekas cairan asam itu tumpah.
Perlahan, ia menghela nafasnya.
Kalau saja tadi dia benar-benar melakukan hal bodoh itu, tangannya pasti sudah tidak utuh lagi sekarang.
“Hahh...Hampir saja.”
“Hampir saja, ya?”
“Ha?” Sugata menoleh ke sampingnya, hanya untuk mendapati Kanzaki yang kini berdiri sambil memasukkan tangan di saku celananya.
“Yo! Kau... kalau tidak salah...Sugata Yoshikawa. Benar’kan? Aku hanya ingin memastikan kalau aku tidak salah menyebut namamu.” Kanzaki berkata dengan senyuman di wajahnya.
“Tidak. Dan kau ini...”
“Kan-Za-Ki! Kanzaki Shiro-desu.”
“Oh iya. Aku lupa.” Kata Sugata pelan tanpa menatap ke arah Kanzaki.
Mendengar itu, Kanzaki tidak merasa kesal atau apapun karena seseorang telah melupakan namanya, namun justru tertawa dengan keras.
“Aha ha ha XDD.”
“!!?”
“Ha ha...Ah...Kau menarik.” Kata Kanzaki sambil menghapus air matanya karena terlalu banyak tertawa.
“[Menarik?] Maaf, ya, tapi aku tidak punya hobi seperti itu.” Sugata bangkit berdiri kemudian merapikan seragamnya.
“Ho, kau mau pergi begitu saja? Tidak ingin mengucapkan terima kasih pada seseorang yang telah menyelamatkan nyawamu??” Tanya Kanzaki sambil sedikit membungkukkan badannya kemudian melirik ke arah Yui yang ternyata masih ada di ruangan itu.
Melihat Sugata menoleh ke arahnya, Yui langsung terkejut dan memalingkan wajahnya.
E--Etto...”
Sugata terdiam sesaat kemudian menoleh kembali ke arah Kanzaki di hadapannya.
“Apa harus?” Tanya Sugata ke arah Kanzaki.
“Aha ha, kenapa kau bertanya hal seperti itu padaku? Tapi, kalau tidak ada gadis itu, kau sudah tidak memiliki sebelah tangan sekarang ini. Yah, terserah kau mau melakukan apa. Aku duluan, ya.” Kata Kanzaki sambil menepuk pundak Sugata sebelum akhirnya keluar dari ruangan lab. dengan santainya.
“Kenapa dengan dia?” Sugata berkata pelan sambil melirik ke arah Kanzaki pergi.
“Ano...”
Sugata tertegun ketika mendengar suara mungil Yui.
Ia terlihat rapuh dan juga sangat lemah.
Namun, justru itulah yang membuat orang-orang ingin melindungi gadis seperti dirinya.
Untuk Sugata, itu hanyalah menjadi sesuatu yang merepotkan.
“Jadi, kau berdiri di sana dan menunggu aku mengucapkan terima kasih padamu karena telah menolongku tadi?”
“E--Eh...Ti--Tidak seperti itu. Aku sama sekali tidak mengharapkan kau berterima kasih padaku. Aku melakukan itu, karena aku tahu kalau cairan itu berbahaya. Dan ketika melihat dirimu akan menyentuhnya, aku sama sekali tidak bisa menghentikan diriku untuk tidak menghentikanmu! M--Maaf, ya...Gara-gara aku...kau terjatuh seperti tadi...” Yui berkata sambil menundukkan kepalanya.
Kenapa justru dia yang minta maaf?
Kalau di sini ada yang harus minta maaf, sudah pasti orang itu adalah Sugata.
Tidak seharusnya ia berkata seperti itu pada orang yang sudah menolongnya.
Sambil terus memperhatikan Yui yang tidak berkata apapun, Sugata akhirnya menghela nafas dan berbalik.
“Baik, baik. Aku merasa tidak enak karena kau minta maaf kepadaku. Kau’kan tidak salah. Aku...yang sudah salah karena berkata hal seperti itu padamu. Padahal kau sudah menyelamatkanku. Terima kasih.” Kata Sugata sambil melangkah keluar dari ruangan ini.
“Ti--Tidak. Terima kasih, karena sudah menolongku saat di kelas tadi.” Yui tersenyum.
“?”  Sugata menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Yui.
“Kau sudah berusaha menolongku dari Kanzaki-san’kan? Terima kasih, eh he he.”

“ ’Milikku’ apanya? Huh, menjijikkan sekali. Padahal baru pertama kali bertemu tapi sudah sok merayu seperti itu.”

Melihat senyuman Yui, Sugata langsung tertegun.
Jantungnya berbedar dengan kencang.
Apa ini?
“Aku tidak bermaksud untuk menolongmu.” Sugata langsung berbalik lagi dan meninggalkan Yui di ruangan itu sendirian, tidak ingin gadis itu melihat wajahnya yang tiba-tiba memerah.
“He?”
Yui melipat kedua tangannya di depan dada.
Mungkin bagi Yui, kata-kata Sugata itu telah menolong dirinya yang kurang bisa menghadapi laki-laki seperti Kanzaki.
Dan entah kenapa...setiap kali mengingat hal itu, jantung Yui terasa berdebar-debar dan wajahnya selalu berubah menjadi merah.
***-***
Kegiatan ini berlanjut sampai kira-kira pukul 11.00.
Ketika akan menuruni tangga ke lantai 1, Sugata tidak sengaja bertemu dengan Satou dan Hinata yang sama-sama masuk kelas 1-A.
Satou dan Hinata kemudian melambaikan tangan dan tersenyum ke arahnya, namun Sugata tidak menanggapinya.
 “Satou-kun, Hinata-chan.” Yui berkata sambil berlari ke arah Satou dan Hinata.
“Ah, Yui-chan.”
“Morisaki-san. Bagaimana hari pertamamu di sini? Menyenangkan?” Tanya Satou ke arah Yui.
“Hm! Menyenangkan sekali. Aku bisa berjalan dan melihat-lihat seisi sekolah ini dengan bebasnya.” Yui bercerita dengan gembira.
“Iya, ya. Kalau dulu kita hanya bisa memandang bangunan SMA ini dari luar, tak di sangka kalau sekarang ini kita bisa masuk ke dalamnya.” Hinata berkata sambil melihat-lihat bangunan sekolah yang didominasi oleh warna putih ini.
“Bangunan ini tidak sebesar yang kubayangkan.” Sugata berkata pelan.
“Hey, kenapa kau berkata seperti itu!? Bukannya hal baik kalau kita masih bisa bersekolah di sini?” Kata Hinata sambil menyipitkan sebelah mata.
“Hm. Sekolah seperti ini memang cocok untuk kota kecil seperti ini.” Kata Sugata kemudian berjalan menuruni tangga.
Hinata langsung menghela nafasnya.
“Haah...Si Yoshikawa itu...Kupikir sikapnya akan sedikit berubah ketika SMA. Ternyata sama saja.”
“Mau bagaimana lagi? Ha ha.” Satou hanya menanggapi perkataan Hinata tentang Sugata dengan tawa kecil.
Hinata lalu meletakkan tangannya di pundak Yui.
“Ah, sayang sekali, ya, Yui-chan. Kita berdua tidak sekelas. Padahal aku ingin sekali sekelas denganmu. Huh, kenapa juga dari sekian banyak murid, kau harus satu kelas dengan si bodoh itu?”
Kalau mendengar ini, si bodoh itu--maksudnya Sugata, pasti akan langsung berteriak ‘Siapa juga yang mau satu kelas dengan dia!!???’ sambil menunjuk ke arah Yui.
“Hi hi.” Tiba-tiba, Yui tertawa kecil.
“Hm?” Hinata dan Satou yang mendengar tawa Yui langsung tertegun dan menoleh ke arah gadis itu.
“Tidak seperti itu. Aku senang, kok. Bisa satu kelas dengan Sugata-kun. He he.” Kata Yui sambil tersenyum bahagia.
“Se--serius?” Hinata bertanya seolah tidak percaya dengan ucapan Yui.
“Hm. Menurutku, Sugata-kun itu bukan orang yang jahat. Ah, sudah dulu ya. Aku harus kembali ke kelas.” Yui berkata sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Hinata dan Satou.
 Sementara itu, Hinata dan Satou melambaikan tangan ke arah Yui dengan wajah bingung.
Dan bel tanda pulang pun berbunyi.
***-***
 A/N : Hai, minna XDD
Awawa, chara-nya udah mulai bermunculaaaaan (???)

Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune

Tidak ada komentar:

Posting Komentar