*Read : Chapter 1
Chapter -XXX-
Chapter -XXX-
Chapter 3
* Read Another Stories :
Ini adalah kota
kecil Hanasaki.
Semua orang yang
tinggal di dalam lingkaran kota ini, menyebut kota ini sebagai ‘kota tanpa
harapan’.
Sugata Yoshikawa
adalah salah satu penduduk kota ini.
Sama seperti
yang lainnya, ia menghabiskan kehidupan di kota ini dengan perasaan tidak suka.
Apalagi semenjak
keluarganya hancur dan kehidupannya yang semakin terasa sulit di kota kecil ini, membuat Sugata
tumbuh membenci kota ini.
Suatu saat,
Sugata tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis misterius yang sedang
menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah di sebuah padang bunga.
Apakah
pertemuannya dengan gadis itu akan membawa harapan baru pada Sugata?
HANA NO UTA
[Song of Flower]
Chapter 2
Awal Cerita yang Baru
“Etto...baiklah. Saya harap kalian akan
mendapatkan tahun-tahun yang menyenangkan di sekolah ini. Sekian dari saya,
terima kasih.”
Semua murid
langsung bertepuk tangan dan menyambut sambutan dari kepala sekolah dengan
meriah.
Tak terasa
kehidupan mereka akan mulai masuk ke halaman berikutnya.
Jalan menuju ke
masa depan akan semakin terlihat jelas .
Dan ini adalah
awal mereka untuk memulai cerita mereka yang baru.
“Uhhh...”
Diantara barisan
murid-murid yang sedang bertepuk tangan dengan meriahnya, Sugata menundukkan
kepalanya sambil memasang ekspresi seolah ingin muntah.
“Kenapa...aku
harus berada di sini sekarang...” Gumamnya pelan.
Satou yang
berdiri di sampingnya, langsung menepuk pundak Sugata.
“Wah, wah,
Sugata. Aku tidak menyangka kalau kau akan datang ke upacara pembukaan. Sejak
SMP kau selalu saja kabur’kan? Aku agak sedikit terkejut, lho.”
“Ukh...Ini semua
bukan keinginanku...” Sugata memalingkan wajahnya dari Satou.
Tapi dia justru
bertemu dengan ‘wajah’ yang lain.
“Wah, bukannya
ini Yoshikawa? Sejak kapan kau menjadi rajin dan datang ke upacara pembukaan?
Kupikir kau baru akan muncul saat kelas di mulai. Atau mungkin tidak muncul
sama sekali.”
Kata-kata itu
datang dari mulut seorang gadis berambut biru gelap yang panjang sepunggung.
“Permisi, apa aku mengenalmu?” Kata Sugata
dengan wajah datar.
Mendengar apa
yang dikatakan Sugata, gadis itu langsung memasang ekspresi kesal.
“Da--Dasar
Sugata bodoh! Ini aku, Akazawa Hinata!! Masa teman SMP sendiri kamu lupakan
sih!? Padahal aku jelas-jelas mengenalimu! Hmp!! Tidak bisa dimaaf’kan!” Hinata
langsung memalingkan pandangannya dari Sugata.
“Akazawa...san?”
Satou melirik ke
belakang Sugata.
“Huua!!”
Tiba-tiba, Satou langsung berteriak keras ketika melihat gadis bernama Akazawa Hinata
itu
Teriakan Satou otomatis
membuat Sugata dan Hinata melompat kaget.
“Ada apa
denganmu, Koichiiro? Tunggu. Jangan bilang kau juga tidak mengenaliku.”
“Hooh!!! Apa ini
benar kau Akazawa-san!? Waah, kau terlihat berbeda sekali!” Kata Satou kagum.
“Be--Berbeda...?
Me--Memangnya kelihatan beda, ya?” Hinata terlihat malu.
“Ya, kau berbeda
sekali! Seperti orang yang berbeda saja. Aku bisa lihat kau lebih feminin
sekarang. Ah, kau memanjangkan rambutmu, ya? Aku ingat dulu rambutmu masih
pendek sepundak. Sudah kuduga rambut panjang lebih cocok untukmu.” Satou
berkata sambil memperhatikan Hinata dari atas sampai bawah.
Hal itu membuat
wajah Hinata memerah.
“E--Eh...Kuanggap
itu sebagai pujian...”
Hinata mengalihkan
pandangannya ke arah Sugata.
“Em...jadi
menurutmu...apa aku terlihat berbeda?”
“Hanya
penampilanmu yang berbeda. Yang lainnya sama saja.”
“Iih!! Apaan sih,
Yoshikawa!? Ukh!!!” Kata Hinata kesal sambil menarik-narik rambut Sugata.
“Sakit!!
Apa-apaan tanganmu itu!? Lepas!!!” Teriak Sugata sambil berusaha melepaskan
tangan Hinata dari rambutnya.
“Eh? Eh? Ada
apa??”
Murud-murid yang
lain langsung menoleh ke arah Sugata dan Hinata.
Begitu mereka
berdua menyadari bahwa semuanya memperhatikan mereka, mereka langsung diam di
tempat sambil menundukkan kepala karena malu, sementara Satou hanya tertawa
kecil sambil menggaruk rambutnya.
“Huh! Ini semua
gara-gara kau! Awas, ya, kalau image-ku di sekolah ini jadi buruk, kau akan
kugantung!!” Ancam Hinata dengan suara pelan tapi tatapan matanya sangat tajam.
“Terserah. Kalau
aku sih tidak peduli. Karena sejak awal image-ku di kota ini sudah buruk.” Kata
Sugata dengan nada dingin.
“Ya sudah!” Hinata
berkata sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Nah, nah. Sudah
hentikan. Kita seharusnya senang karena bisa bertemu dengan teman lama
kita’kan? Ah, tapi...yang membuatku jauh lebih terkejut adalah...”
Satou
menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah lain.
Pada saat yang
sama, Sugata dan Hinata ikut menoleh ke arah yang dilihat oleh pemuda
berkacamata itu.
Di sana, berdiri
seorang gadis berambut merah tua pendek.
“[Ukh...]” Batin Sugata.
“Ha ha, tidak
pernah terbayangkan kalau kau akan berangkat ke upacara pembukaan dengan gadis
manis seperti itu. Kau mengambil langkah awal, ya?” Goda Satou.
“Iya, ya. Ini
pertama kalinya aku melihat Yoshikawa bersama seorang gadis. Dia sepertinya
gadis yang baik. Fu fu fu, bahkan seorang Yoshikawa juga bisa merasakan cinta,
ya?” Hinata ikut-ikutan menggoda pemuda berambut coklat itu.
“Hentikan...Sama
sekali bukan seperti itu. Lagipula, daripada dibilang ‘datang bersama’, kurasa
lebih pantas di bilang sebagai ‘penculikan’.”
Beberapa saat
yang lalu...
“K--Kau...apa
kau murid di SMA Hanasaki!?” Sugata berkata sambil menunjuk ke arah seragam
gadis itu.
“Eh, iya. Aku
baru masuk tahun ini. Hmm...Ah!! Kau juga, ya? Uwaah...kebetulan sekali!” Kata
gadis itu dengan riangnya.
“[Bukan ‘kebetulan sekali’!! Ini
malapetaka!!!!!]” Batin Sugata sambil memasang wajah kesal.
“Ya--Ya sudahlah
kalau begitu. Semoga kau sampai dengan selamat. A--Aku ada urusan penting.
Duluan, ya.” Kata Sugata gugup sambil mengangkat sebelah tangannya setinggi
dada dan langsung berbalik pergi.
“Tunggu dulu!
Kau mau kabur, ya!?” Gadis itu menarik tas Sugata.
“Uwaah!!”
Teriaknya kaget.
Hampir saja ia
kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
“K--Kau itu
apa-apaan sih!? Kau mau aku jatuh dan menderita patah tulang!!?” Teriak pemuda
itu kesal.
“Aku tidak
bermaksud seperti itu, tapi itu tidak baik. Ayo, kita pergi sama-sama.”
Gadis itu
terlihat seperti orang yang berbeda saja.
“Hey, aku mau
pergi atau tidak, itu bukan urusanmu. Dan itu sama sekali tidak ada untungnya
untukmu!! Jadi, biarkan aku pergi!” Sugata berusaha melarikan diri namun gadis
itu tidak melepaskan genggamannya.
“Tidak boleh!
Ayo, nanti kita bisa terlambat.”
Tidak pernah
terbayang di pikiran Sugata bahwa gadis itu akan menggeret tasnya sekaligus
dirinya menuju ke upacara pembukaan.
“[Gadis ini...dia lebih berbahaya dari yang
kupikirkan!!]”
“Kau lihat!? Itu
sih penculikan!!” Gerutu Sugata kesal.
“Tenanglah, dia
tidak berniat buruk’kan? Lagipula, bukannya hal bagus kalau kau datang ke
upacara pembukaan SMA? Reputasimu bisa menjadi lebih baik.” Satou berusaha
menenangkan sahabatnya itu.
“Tidak!! Aku tidak
peduli dengan hal bodoh seperti itu!!! Ukh...sekarang aku benar-benar merasa
seperti orang bodoh...Bisa-bisanya aku kalah dari gadis seperti itu!
Sialaaaan!!!!”
“Ngomong-ngomong,
aku belum pernah melihat gadis itu sebelumnya? Kau tahu namanya?” Tanya Hinata
penasaran.
“Tidak tahu dan
tidak mau tahu.” Kata Sugata sambil berjalan pergi dan memasukkan tangannya ke
dalam kantong bersamaan dengan murid-murid lainnya yang mulai mengosongkan
ruangan aula.
“Hey, Sugata!!”
Teriak Satou sambil mengikuti Sugata dari belakang diikuti oleh Hinata.
“Ah.”
Hal yang tidak
diinginkan oleh Sugata terjadi.
Gadis itu
sekarang tepat berdiri di depannya.
“Minggir.”
“Eh...? K--Kau
marah, ya?” Tanya gadis itu dengan suara pelan.
“Marah!? Sudah
pasti aku marah!! Kenapa kau seenaknya saja memaksaku untuk datang kemari!? Aku
benci dengan hal membosankan dan tidak penting seperti ini!! Kau tahu? Kau
sudah membuat hariku yang sudah buruk menjadi semakin buruk!!!! Baguslah, aku
sekarang jadi semakin membenci kota ini!”
“Membenci kota
ini...? Ke--Kenapa...?”
“Karena kau!!!
Karena aku bertemu denganmu di sini! Di kota menyebalkan ini!! Sudah sana cepat
minggir! Huh!!” Sugata berteriak keras ke arah gadis itu kemudian mendorongnya
dengan keras.
“Ah!” Teriaknya
terjatuh ke lantai.
“Oi,
Yoshikawa!!” Kata Hinata kesal ke arah Sugata sambil memegang tubuh gadis
berambut merah pendek itu.
Namun Sugata
tidak peduli dan terus berjalan.
“[Dasar gadis itu!! Aku paling benci orang
yang tidak peka seperti dia! Ukh...semoga saja aku tidak berada satu kelas
dengannya...Ya..Hanya bertemu di sekolah tidak masalah, asalkan aku tidak harus
melihat wajahnya tiap hari di kelas yang sama denganku.]”
“Si Sugata
itu...Ah, kau tidak apa-apa’kan?” Tanya Satou ke arah gadis itu.
Gadis itu terlihat
sedih sesaat kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.
“Hm. Aku
baik-baik saja. Terima kasih, ya.”
“Ayo, berdiri.
Namaku Akazawa Hinata.” Kata Hinata sambil membantu gadis tersebut berdiri.
“Kalau aku Satou
Koichiiro. Namamu siapa?”
“Aku Morisaki
Yui. senang bisa berkenalan dengan kalian berdua, Satou-kun, Akazawa-san.”
“Kau tidak perlu
memanggilku seperti itu. Kau bisa panggil aku ‘Hinata’, Yui- chan.” Hinata
berkata sambil tersenyum.
“Ah, iya.
Hinata-chan!” Yui berkata dengan nada gembira.
“ ’Yui’, ya? Nama yang manis. Seperti
orangnya.” Puji Satou.
Mendengar pujian
itu, Yui bukannya merasa senang namun malah memasang wajah takut sambil berkata
‘eh?!’ dan mendekatkan tubuhnya ke arah Hinata.
“Morisaki-san?
A--apa aku berkata sesuatu yang salah?” Satou terlihat panik sambil berusaha
mencari tahu apa kesalahannya.
“Kau itu!
Seorang gadis akan langsung merasa was-was jika kau tiba-tiba berkata seperti
itu!! Memangnya siapa kau? Laki-laki penggoda? Hentai!”
“UKH!!” Mendengar
kata ‘hentai’, Satou langsung tertegun.
“Tidak seperti
itu. Aku bahkan belum pernah menyentuh seorang gadis. Aku hanya bermaksud
memujimu. Sungguh.”
“I--iya, maaf,
ya, tadi aku sudah membuatmu merasa bersalah, Tidak apa-apa. Aku hanya merasa
sedikit malu karena jarang sekali ada laki-laki yang memujiku seperti itu. He
he, tapi terima kasih, ya.” Kata Yui sambil tersenyum malu.
“Oh, jadi
begitu. Syukurlah.” Kata Satou sambil menghela nafas lega.
Hampir saja
seorang gadis mengira dirinya adalah seorang penggoda.
“Nah, Yui-chan,
ayo kita ke kelas. Semoga saja kita bertiga satu kelas. Ah, dengan si bodoh itu
juga.”
“’Si bodoh’?”
Tanya Yui dengan wajah polos.
“Ah, laki-laki
yang kau culik kemari. Sugata Yoshikawa.” Jelas satou.
“Oh...jadi
namanya ‘Sugata’?” Kata Yui memastikan.
Hinata
menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan ke kelas.
Satou mengikuti
di belakang sementara Yui berada di samping Hinata.
Ia memandang ke
arah langit biru, kemudian melihat ke bawah dan tersenyum kecil.
“Sugata...kun...”
***-***
“[Bohong...Ini bohong’kan...]”
“Pe--perkenalkan
semuanya, namaku Morisaki Yui! Se--senang berkenalan dengan kalian semua.
M--mohon bantuannya!!” Kata Yui sambil membungkukkan badannya.
“Wah...kita
beruntung...di kelas kita ada gadis secantik dia...” Kata seorang murid
laki-laki yang duduk di bangku belakang.
“Manisnya...”
Puji murid-murid lain.
“Ah.” Yui tak
sengaja melihat ke arah Sugata, kemudian tersenyum ke arahnya.
Sementara Sugata
hanya menundukkan kepalanya. Aura-aura berwarna gelap bisa terlihat
disekelilingnya.
“[Ukh...bukan
hanya di padang bunga...bukan hanya di sekolah...sekarang aku dan dia berada di
satu kelas yang sama untuk setahun...Ini bohong...ini pasti mimpi...Ya!! Saat
ini, aku pasti masih tertidur di tempat tidurku dan semua ini belum terjadi!!
Ya! Pasti seperti itu!!! Ayo!! BANGUNLAH!!!! DIRIKUUUUUUUUU!!!!!!]”
“A--ano,
Sugata-kun...”
“APA!!!!?”
DEG!!!
Seluruh kelas
tiba-tiba dipenuhi oleh atmosfir yang aneh.
“A--ano...mo--mohon
kerja samanya untuk satu tahun ke depan he he...” Meskipun sedikit terkejut,
Yui berusaha tersenyum di hadapan Sugata.
“Aku akan
bekerja sama denganmu asalkan kau tidak dekat-dekat denganku!! [Ukh...kenapa harus seperti ini...]”
Sugata berkata sambil tetap duduk di tempat duduknya.
“.........” Yui berjalan
perlahan sambil menundukkan kepalanya melewati Sugata dan duduk di kursinya.
“Hey, hey.”
Tiba-tiba, seseorang memanggil Yui dari bangku sebelah.
“?”
“Kau cantik
sekali. Mau bersenang-senang bersama denganku? Wahai tuan putri?” Kata pemuda
berambut pirang itu sambil mengedipkan sebelah mata.
“E...Etto...Etto...Kanzaki-san’kan? A--aku tidak
tahu harus menjawab apa...” Kata Yui sambil tersenyum malu.
“Tidak usah
menjawab apapun. Cukup dengan satu kali anggukan dan aku akan menjadikanmu
sebagai milikku sepenuhnya.” Pemuda bernama Kanzaki itu berkata dengan penuh
kepercayaan diri kepada gadis yang bahkan baru pertama kali ditemuinya.
“Etto...Etto...[Ba--Bagaimana
iniiiii????]” Yui menundukkan wajahnya, tidak tahu harus menjawab apa.
“ ’Milikku’ apanya? Huh, menjijikkan sekali.
Padahal baru pertama kali bertemu tapi sudah sok merayu seperti itu.” Sugata
berkata dengan nada tidak peduli sambil melirik ke arah jendela.
Namun disengaja
atau tidak, suara itu cukup keras sehingga membuat Kanzaki dan Yui sedikit
tertegun dan menoleh ke arahnya.
Sugata tidak
menoleh ke arah mereka dan terus memandang keluar jendela.
Kanzaki tidak
mempedulikannya dan mulai menggoda gadis-gadis lain di sekitarnya dan memberi
Yui kesempatan untuk bernafas lega.
Dan sesekali,
gadis pemalu itu melirik ke arah Sugata.
***-***
Kegiatan
selanjutnya adalah pengenalan bagian-bagian dari gedung sekolah ini.
Semua murid
kelas 1 yang terdiri atas 4 kelas mengambil rute yang berbeda-beda.
Untuk kelas
Sugata, kelas 1-C, tur di mulai dari lantai 2.
Guru yang
menjadi wali kelas mereka, Tomohara Tomoki, seorang guru paruh baya dengan
rambut coklat pendek, membawa mereka ke lantai 2.
“Baiklah
semuanya. Etto, ini adalah ruangan
laboratorium di mana kita akan mengadakan berbagai kegiatan praktek di
dalamnya. Tapi ingat, jangan menyentuh bahan-bahan kimia yang berbahaya itu
tanpa pengawasan guru kalian. Ah, Hey! Kanzaki!! Jangan sentuh cairan itu!!!”
Teriak Tomohara-sensei yang terkejut ketika melihat Kanzaki sudah berada di
dalam ruangan lab.
Selagi
Tomohara-sensei mengejar Kanzaki yang mulai berkeliaran di dalam lab,
murid-murid yang lain mengambil kesempatan untuk melihat bahan-bahan kimia yang
mencurigakan itu dari dekat.
“Eh, cairan ini
warnanya cerah sekali.”
“Yang ini baunya
tidak enak! Ukh.”
“Kalau kau
kusiram ini, kau bisa jadi katak tidak, ya?”
“Hey, jangan
bercanda. Kau hanya ingin aku menciummu’kan??”
“Apaan sih!? Aha
ha ha”
“Murid-murid,
tolong jangan sentuh cairan-cairan itu. Ah, Kanzaki!!!!”
Sementara itu,
Sugata hanya memperhatikan Tomohara-sensei yang terlihat panik sambil mengejar
murid-muridnya dan memperingati mereka satu-satu untuk menjauhi bahan-bahan
kimia itu.
Haah...kasihan sekali
dia...
“Heh...Memangnya
kalian anak SD...” Kata Sugata pelan dengan ekspresi tidak suka.
Sugata terdiam
sebentar kemudian ikut masuk ke dalam ruangan lab.
Perlahan, ia
memperhatikan sekelilingnya.
“Hooo..ada
banyak sekali bahan kimia di sini. Ukh...dan semuanya memang terlihat
mencurigakan.”
Sugata
melihat-lihat berbagai macam bahan kimia yang terpajang di sana dengan berbagai
macam warna.
Tiba-tiba, salah
satu bahan kimia itu menarik perhatian Sugata.
“Apa ini?”
Ketika akan
menuangkan sedikit cairan itu ke tangannya, tiba-tiba Yui datang dan langsung
mendorong Sugata!
“Sugata-kun!!
Ja--Jangan!!!!”
“Howaaah!!!”
Akibatnya,
Sugata jatuh ke lantai dengan keras sementara Yui terjatuh tepat di atas tubuh
Sugata.
Semua murid yang
dari tadi asyik memperhatikan bahan-bahan kimia di ruangan itu seperti sesuatu
yang luar biasa, langsung menghentikannya dan melihat ke arah Yui dan Sugata.
“Aduuh...” Kata
Yui dengan suara kecil sambil mengusap-usap belakang kepalanya.
Yui yang sadar
kalau ia berada di atas tubuh Sugata, langsung meloncat kaget dan bangkit
berdiri.
“Su--Sugata-kun!?
Kau baik-baik saja?” Tanya Yui khawatir.
“Aku tidak
baik-baik saja!! Apa-apaan sih, tiba-tiba mendorongku seperti itu!!? Ukh.”
Sugata berteriak kesal ke arah Yui sambil memegangi tangan kirinya.
“Ha--Habisnya...Sugata-kun...”
Yui berkata dengan nada bicara seolah ingin menangis.
“Tch! Gara-gara
kau juga, botolnya sampai pecah. [Kalau
aku disuruh mengganti bagaimana?!!].”
Sugata yang
masih terduduk di tempatnya, berkata sambil menggaruk-garuk rambut bagian
belakangnya.
Ketika dia
melihat ke sampingnya, dia bisa melihat pecahan botol itu beserta cairannya
yang tumpah.
“Hm?”
Tiba-tiba saja,
lantai tempat di mana cairan itu tumpah, mulai melepuh.
Perlahan-lahan,
sebuah lubang yang tidak cukup besar terbentuk di tempat bekas cairan itu
jatuh.
“U--Uwaaah!!! [A-a-a-a-a-a-a-apa itu!!!!?].”
Tomohara-sensei
yang mendengar suara ribut-ribut langsung berjalan ke arah Sugata.
“Ah, sepertinya
kau tidak sengaja menjatuhkan cairan asam.” Kata Tomohara-sensei tanpa rasa
panik sedikitpun.
“[A--A-A-A-A-ASAM!!!!!?]” Batin Sugata
panik.
Tomohara-sensei
berbalik ke arah murid-murid lain yang memasang ekspresi ketakutan.
“Nah,
murid-murid. Itulah sebab kenapa kalian harus berhati-hati.”
“[Kalian saja yang kurang kerjaan!! Kenapa
kalian harus menyimpan cairan berbahaya seperti itu di sini!!? Aku yakin kalian
juga pasti menyimpan air keras’kan!?].” Batin Sugata sambil melemparkan
tatapan kesal ke Tomohara-sensei yang kini berdiri membelakanginya.
“Ayo, kita
lanjutkan ke ruangan selanjutnya.” Kata Tomohara-sensei sambil melangkah keluar
dari ruangan lab, diikuti oleh murid-murid lain yang langsung berkata ‘Baik,
Sensei!!!’.
Sementara itu,
Sugata masih terdiam di tempatnya sambil melihat bekas cairan asam itu tumpah.
Perlahan, ia
menghela nafasnya.
Kalau saja tadi
dia benar-benar melakukan hal bodoh itu, tangannya pasti sudah tidak utuh lagi
sekarang.
“Hahh...Hampir
saja.”
“Hampir saja,
ya?”
“Ha?” Sugata
menoleh ke sampingnya, hanya untuk mendapati Kanzaki yang kini berdiri sambil
memasukkan tangan di saku celananya.
“Yo! Kau...
kalau tidak salah...Sugata Yoshikawa. Benar’kan? Aku hanya ingin memastikan
kalau aku tidak salah menyebut namamu.” Kanzaki berkata dengan senyuman di
wajahnya.
“Tidak. Dan kau
ini...”
“Kan-Za-Ki!
Kanzaki Shiro-desu.”
“Oh iya. Aku
lupa.” Kata Sugata pelan tanpa menatap ke arah Kanzaki.
Mendengar itu,
Kanzaki tidak merasa kesal atau apapun karena seseorang telah melupakan
namanya, namun justru tertawa dengan keras.
“Aha ha ha XDD.”
“!!?”
“Ha ha...Ah...Kau
menarik.” Kata Kanzaki sambil menghapus air matanya karena terlalu banyak
tertawa.
“[Menarik?] Maaf, ya, tapi aku tidak punya
hobi seperti itu.” Sugata bangkit berdiri kemudian merapikan seragamnya.
“Ho, kau mau
pergi begitu saja? Tidak ingin mengucapkan terima kasih pada seseorang yang
telah menyelamatkan nyawamu??” Tanya Kanzaki sambil sedikit membungkukkan
badannya kemudian melirik ke arah Yui yang ternyata masih ada di ruangan itu.
Melihat Sugata
menoleh ke arahnya, Yui langsung terkejut dan memalingkan wajahnya.
“E--Etto...”
Sugata terdiam
sesaat kemudian menoleh kembali ke arah Kanzaki di hadapannya.
“Apa harus?”
Tanya Sugata ke arah Kanzaki.
“Aha ha, kenapa
kau bertanya hal seperti itu padaku? Tapi, kalau tidak ada gadis itu, kau sudah
tidak memiliki sebelah tangan sekarang ini. Yah, terserah kau mau melakukan
apa. Aku duluan, ya.” Kata Kanzaki sambil menepuk pundak Sugata sebelum
akhirnya keluar dari ruangan lab. dengan santainya.
“Kenapa dengan
dia?” Sugata berkata pelan sambil melirik ke arah Kanzaki pergi.
“Ano...”
Sugata tertegun
ketika mendengar suara mungil Yui.
Ia terlihat
rapuh dan juga sangat lemah.
Namun, justru
itulah yang membuat orang-orang ingin melindungi gadis seperti dirinya.
Untuk Sugata,
itu hanyalah menjadi sesuatu yang merepotkan.
“Jadi, kau
berdiri di sana dan menunggu aku mengucapkan terima kasih padamu karena telah
menolongku tadi?”
“E--Eh...Ti--Tidak
seperti itu. Aku sama sekali tidak mengharapkan kau berterima kasih padaku. Aku
melakukan itu, karena aku tahu kalau cairan itu berbahaya. Dan ketika melihat
dirimu akan menyentuhnya, aku sama sekali tidak bisa menghentikan diriku untuk
tidak menghentikanmu! M--Maaf, ya...Gara-gara aku...kau terjatuh seperti
tadi...” Yui berkata sambil menundukkan kepalanya.
Kenapa justru
dia yang minta maaf?
Kalau di sini
ada yang harus minta maaf, sudah pasti orang itu adalah Sugata.
Tidak seharusnya
ia berkata seperti itu pada orang yang sudah menolongnya.
Sambil terus
memperhatikan Yui yang tidak berkata apapun, Sugata akhirnya menghela nafas dan
berbalik.
“Baik, baik. Aku
merasa tidak enak karena kau minta maaf kepadaku. Kau’kan tidak salah.
Aku...yang sudah salah karena berkata hal seperti itu padamu. Padahal kau sudah
menyelamatkanku. Terima kasih.” Kata Sugata sambil melangkah keluar dari
ruangan ini.
“Ti--Tidak.
Terima kasih, karena sudah menolongku saat di kelas tadi.” Yui tersenyum.
“?” Sugata menghentikan langkahnya dan menoleh ke
arah Yui.
“Kau sudah
berusaha menolongku dari Kanzaki-san’kan? Terima kasih, eh he he.”
“ ’Milikku’ apanya? Huh, menjijikkan sekali.
Padahal baru pertama kali bertemu tapi sudah sok merayu seperti itu.”
Melihat senyuman
Yui, Sugata langsung tertegun.
Jantungnya
berbedar dengan kencang.
Apa ini?
“Aku tidak
bermaksud untuk menolongmu.” Sugata langsung berbalik lagi dan meninggalkan Yui
di ruangan itu sendirian, tidak ingin gadis itu melihat wajahnya yang tiba-tiba
memerah.
“He?”
Yui melipat
kedua tangannya di depan dada.
Mungkin bagi
Yui, kata-kata Sugata itu telah menolong dirinya yang kurang bisa menghadapi
laki-laki seperti Kanzaki.
Dan entah
kenapa...setiap kali mengingat hal itu, jantung Yui terasa berdebar-debar dan
wajahnya selalu berubah menjadi merah.
***-***
Kegiatan ini
berlanjut sampai kira-kira pukul 11.00.
Ketika akan
menuruni tangga ke lantai 1, Sugata tidak sengaja bertemu dengan Satou dan
Hinata yang sama-sama masuk kelas 1-A.
Satou dan Hinata
kemudian melambaikan tangan dan tersenyum ke arahnya, namun Sugata tidak
menanggapinya.
“Satou-kun, Hinata-chan.” Yui berkata sambil
berlari ke arah Satou dan Hinata.
“Ah, Yui-chan.”
“Morisaki-san.
Bagaimana hari pertamamu di sini? Menyenangkan?” Tanya Satou ke arah Yui.
“Hm!
Menyenangkan sekali. Aku bisa berjalan dan melihat-lihat seisi sekolah ini
dengan bebasnya.” Yui bercerita dengan gembira.
“Iya, ya. Kalau
dulu kita hanya bisa memandang bangunan SMA ini dari luar, tak di sangka kalau
sekarang ini kita bisa masuk ke dalamnya.” Hinata berkata sambil melihat-lihat
bangunan sekolah yang didominasi oleh warna putih ini.
“Bangunan ini
tidak sebesar yang kubayangkan.” Sugata berkata pelan.
“Hey, kenapa kau
berkata seperti itu!? Bukannya hal baik kalau kita masih bisa bersekolah di
sini?” Kata Hinata sambil menyipitkan sebelah mata.
“Hm. Sekolah
seperti ini memang cocok untuk kota kecil seperti ini.” Kata Sugata kemudian
berjalan menuruni tangga.
Hinata langsung
menghela nafasnya.
“Haah...Si
Yoshikawa itu...Kupikir sikapnya akan sedikit berubah ketika SMA. Ternyata sama
saja.”
“Mau bagaimana
lagi? Ha ha.” Satou hanya menanggapi perkataan Hinata tentang Sugata dengan
tawa kecil.
Hinata lalu
meletakkan tangannya di pundak Yui.
“Ah, sayang
sekali, ya, Yui-chan. Kita berdua tidak sekelas. Padahal aku ingin sekali
sekelas denganmu. Huh, kenapa juga dari sekian banyak murid, kau harus satu
kelas dengan si bodoh itu?”
Kalau mendengar
ini, si bodoh itu--maksudnya Sugata, pasti akan langsung berteriak ‘Siapa juga
yang mau satu kelas dengan dia!!???’ sambil menunjuk ke arah Yui.
“Hi hi.”
Tiba-tiba, Yui tertawa kecil.
“Hm?” Hinata dan
Satou yang mendengar tawa Yui langsung tertegun dan menoleh ke arah gadis itu.
“Tidak seperti
itu. Aku senang, kok. Bisa satu kelas dengan Sugata-kun. He he.” Kata Yui
sambil tersenyum bahagia.
“Se--serius?”
Hinata bertanya seolah tidak percaya dengan ucapan Yui.
“Hm. Menurutku,
Sugata-kun itu bukan orang yang jahat. Ah, sudah dulu ya. Aku harus kembali ke
kelas.” Yui berkata sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Hinata dan
Satou.
Sementara itu, Hinata dan Satou melambaikan
tangan ke arah Yui dengan wajah bingung.
Dan bel tanda
pulang pun berbunyi.
***-***
A/N : Hai, minna XDD
Awawa, chara-nya udah mulai bermunculaaaaan (???)
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar