Kamis, 21 Agustus 2014

Story : Hide and Seek Chapter 1

HIDE AND SEEK
(Don’t let Her Find You...)

* Read :
              Prologue 

              Chapter 2
            
             Chapter 3
 
              Chapter 4   

             Chapter 5

             Chapter 6

* Read Another Stories :


One Shot-Stories
How To Make A Friend 


Hide and Seek

(Don’t let Her Find You...)


Chapter 1 Tragedi Keluarga Yamasaki dan permainan ‘Hide and Seek’

Sekitar 4 tahun yang lalu, ada sebuah keluarga kecil yang bahagia.
Keluarga Yamasaki.
Keluarga tersebut terdiri atas seorang ayah, ibu, seorang kakak laki-laki dan adik perempuannya.
Mereka hidup dengan bahagia bersama selama bertahun-tahun. Kini sang kakak telah berusia sekitar 13 tahun dan adik perempuannya berumur 10 tahun.
Adik perempuannya sangat menggemari kisah horor, sementara kakaknya agak sedikit penakut. Bisa dibilang kalau adiknya itu adalah maniak film-film horor. Ia suka menjahili kakak laki-lakinya yang penakut dan membenci kisah horor. Itu membuat sang kakak terkadang merasa kesal dengan ulah adiknya itu.
Meskipun begitu, kakak laki-laki itu sangat menyanyangi adiknya, dan selalu melakukan apapun untuk adik kesayangannya itu.
Tapi sayangnya, kebaikan sang kakak itu justru membuat suatu tragedi yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh semua orang yang melihat kejadian itu...
Kejadian yang merupakan sejarah terburuk dalam keluarga Yamasaki yang bahagia, yang kemudian di sebut...

Tragedi Keluarga Yamasaki...

Malam itu, udara dingin yang menusuk masuk melalui jendela. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 19.00. Aneh, kenapa orang tua mereka masih belum pulang? Biasanya mereka selalu sampai di rumah sekitar jam 18.00...
Apa terjadi sesuatu?
Anak pertama menggelengkan kepalanya.
“Ah, mungkin jalanan sedang macet.” Katanya pelan.
Adik perempuannya, dengan rambut hitam panjang yang terurai dan baju berwarna merah muda, mematikan televisi. Mungkin ia sudah bosan dengan film horor yang sudah ia tonton puluhan bahkan ratusan kali.
Mungkin...ia sekarang berharap sesuatu yang melebihi film horor.
Ia berjalan perlahan menghampiri kakak laki-lakinya yang tengah memanaskan sup untuk makan malam.
Onii-chan (kakak laki-laki)?”
Kakaknya mengalihkan pandangan ke arahnya dan tersenyum lalu menanyakan kenapa sang adik memanggilnya.
Sang adik menjawab ‘aku bosan. Mau main?’
Awalnya sang kakak agak sedikit ragu. Entah kenapa ia bisa merasakan hal yang aneh datang dari senyuman adiknya itu.
Ketika sang kakak bertanya permainan apa yang ingin dimainkan oleh adik perempuannya tersebut, sang adik menjawab...
................
.....................................
.......................................................
‘Hide and Seek’?”

Mendengar jawaban adiknya tersebut, ia tersenyum kemudian mengangguk tanda setuju.
Benar, sang kakak akan melakukan apapun untuk sang adik tersayang.
Sayangnya, ini bukanlah permainan ‘Hide and Seek’ biasa...
Peraturannya adalah, semua lampu di dalam rumah harus dimatikan. Kemudian siapkan perlengkapan seperti semangkuk nasi, sebuah salib dan sebuah pisau.
Permainan di mulai dengan sebuah ritual kecil yang terdengar seperti sebuah lagu.

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’

Sebuah lagu yang memberi kesan menyeramkan ketika kita menyanyikannya di sebuah tempat yang sepi dan gelap...
Kemudian, orang yang pertama kali bersembunyi, akan meletakkan semangkuk nasi yang berfungsi sebagai penarik ‘Demon’ (pencari) ditempatnya bersembunyi. Jadi, seolah-olah si pencari itu mencari karena tertarik oleh nasi tersebut.
Sama seperti dalam permainan horor ‘Hitori Kakurenbo’ (One-Man Hide and Seek), di mana kita menggunakan nasi yang nanti akan di masukkan ke dalam tubuh boneka. Gunanya untuk menarik perhatian roh yang nantinya akan terjebak di dalam tubuh boneka ketika boneka itu kembali di jahit. Kemudian akibatnya, boneka berisi roh itu akan hidup dan mengejar kita.
Kira-kira, permainan ini memiliki inti yang sama meskipun tidak menggunakan boneka dan tidak bermaksud untuk mendatangkan roh apapun. Meskipun begitu, game ini sudah terasa cukup horor...
Anehnya, ini tidak terlihat seperti permainan, melainkan seperti skenario sebuah film horor atau mungkin sebuah ritual aneh yang berbau mistis dan sangat menegangkan.
Di mana si orang pertama seperti menjadi seseorang yang sedang memainkan permainan berbau mistis untuk memanggil hantu, yang kemudian akan mendatangkan si pencari untuk mencari dan mengejarnya.
Ketika orang yang bertugas untuk bersembunyi itu sudah sudah siap, ‘Demon’ (pencari) akan menyanyikan lagu ritual itu kemudian mencari tempat orang itu bersembunyi.
Setelah sang ‘Demon’ berhasil menemukan tempat persembunyian orang itu, dia harus berkata ‘Aku menemukanmu’ sebanyak 3 kali sambil menancapkan pisau yang sebelumnya sudah dilumuri oleh darahnya tepat dihadapan si orang yang bersembunyi, sebanyak 3 kali juga.
Setelah itu ia akan berkata ‘selanjutnya, giliranmu untuk menjadi ‘Demon’.
Permainan yang sebenarnya barulah akan dimulai dari tahap ini.
Sang ‘Demon’ harus dengan cepat meninggalkan ruangan itu dan berlari untuk bersembunyi.
Kini, ‘orang yang sebelumnya bersembunyi’ , telah berubah menjadi ‘Demon’ dan bertugas untuk mencari, menggunakan pisau yang sudah ditancapkan dihadapannya tadi.
Tetesan darah itu akan digunakan olehnya sebagai petunjuk untuk mencari orang yang sekarang bersembunyi. Supaya ia tidak bisa lolos dan dengan merasakan darah itu, ia bisa tahu dimana orang itu berada.
Sekali lagi, lagu itu dinyanyikan.

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’


Jika ‘orang yang sekarang bersembunyi’  ingin mengakhiri permainan ini, ia harus berlari ataupun berjalan, tanpa ketahuan oleh ‘Demon’, menuju ke tempat di mana  orang yang sebelumnya bersembunyi.
Di sana terletak semangkuk nasi yang sudah disiapkan. Dengan cepat, sebelum sang ‘Demon’ berhasil menemukannya, orang itu harus segera memakan nasi itu sampai habis. Jika nasi itu berfungsi sebagai penarik roh (dalam permainan ini ‘Demon’) maka dengan memakan nasi itu, berarti kita telah melakukan penolakan terhadap roh itu. Kemudian, tancapkan salib itu sebanyak 3 kali di tempat sebelumnya pisau itu tertancap sambil berkata ‘aku menang’ sebanyak 3 kali juga.
Dengan begitu, permainan ini akan berakhir dan orang itu akan menang. Sang ‘Demon’ akan menang jika ia berhasil menemukan si orang yang bersembunyi dan menusukkan pisau itu ke tubuhnya (dalam permainan ini, tentu saja tidak akan ada tusuk-menusuk. Meskipun sang adik berharap seperti itu, tapi tidak mungkin jika ia harus membunuh kakaknya, di rumahnya sendiri dan menggantinya dengan ‘menggores’ meskipun itu juga akan terasa sakit).
Ya, sebuah permainan yang sangat mengerikan bukan?

Awalnya sang kakak tidak setuju dengan permainan gila ini. Tapi sang adik, yang sepertinya sudah teracuni oleh film-film berbau horor, ingin setidaknya merasakan pengalaman seperti ini sekali dalam seumur hidupnya. Apalagi, orang tua mereka tidak ada di dalam rumah saat ini. Sebuah kesempatan yang tidak akan datang 2 kali.
Hanya sekali saja...
Sambil berpikir seperti itu, sang kakak yang baik hati menuruti apa yang diminta oleh adik kesayangannya itu.

Permainan di mulai...
sang kakak yang pertama berperan sebagai ‘Demon’, mulai bernyanyi dan menghitung...

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’


Suasana rumah yang sangat gelap tanpa penerangan apapun, membuat Sang kakak merasa sedikit kesulitan mencari saudaranya. Ia melihat ke setiap sudut di rumahnya...tapi ia tidak bisa menemukan adiknya.
“Di mana kau?” Katanya pelan sambil terus menyusuri setiap bagian rumahnya.
Sementara, adik perempuannya yang ternyata bersembunyi di dalam sebuah lemari tua yang berada di dalam gudang itupun tertawa kecil.
 “Hi hi hi, Onii-chan tidak akan bisa menemukanku di dalam sini” Katanya pelan.
Lewat beberapa menit...si anak pertama masih belum bisa menemukan keberadaan sang adik. Sang kakak semakin merasa ketakutan. Rumah yang sangat gelap dan menimbulkan suara-suara serta bayangan-bayangan aneh yang mengerikan ditambah dengan udara dingin yang masuk melalui jendela yang terbuka...membuatnya ingin langsung berlari dan menyalakan semua lampu yang ada di rumah mereka. Namun, hal itu akan melanggar peraturan yang sudah mereka ciptakan sendiri. Jadi, sang kakak mengurungkan niatnya.
Sepertinya, mematikan semua lampu di rumah ini adalah ide yang buruk. Sangat buruk. Anak pertama pun memutuskan untuk mencari adiknya di dalam kamarnya yang terletak cukup jauh dari tempat ia memulai permainan ini. Yaitu, di dapur.
 Di sanalah, si anak pertama membuat kesalahan pertama.
Ya. Dia lupa mematikan kompor yang sedang ia gunakan untuk memanaskan sup. Akibatnya, kompor tersebut meledak dan membuat seisi rumah itu terbakar dengan kecepatan yang luar biasa.
 Anak pertama yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres, berbalik kembali kearah dapur dan melihat bahwa asap dan api sudah menyelimuti seluruh bagian dapur dan mulai menyebar ke seluruh bagian rumah yang lain.
 Anak pertama yang ketakutan langsung berlari mencari jalan keluar dari api yang sangat panas dan asap yang membuat nafasnya menjadi semakin sesak!!
 Akhirnya, anak pertama berhasil keluar dari rumah keluarganya. Di luar, ia melihat tetangga-tetangga mereka mulai berjalan keluar dari rumah mereka dan membantu memadamkan rumah keluarga Yamasaki.
Pemadam kebakaran pun sudah datang dan menyemprotkan selang berisi air kearah rumah yang terbakar itu.
Seorang tetangga tiba-tiba datang menghampiri anak pertama dan mengatakan sesuatu...sesuatu yang membuat si anak pertama lebih memilih mati...
Dia mengatakan, “Di mana adikmu?”
Dan...saat itulah si anak pertama menyadari... kalau ia telah membuat kesalahan kedua...

Keesokkan harinya, setelah api berhasil dipadamkan, si anak pertama segera berlari masuk ke dalam rumah mereka yang nyaris hancur. Seluruh bagian rumah itu berubah menjadi hitam akibat terkena panasnya api yang menjalar masuk dan membakar rumah mereka. Tidak banyak yang tersisa di rumah mereka. Anak pertama pun memasuki ruangan gudang... dan di sana, ia melihat sesuatu. Sebuah lemari tua. Anehnya, lemari itu masih utuh dan tidak terbakar sedikitpun!!
Anak pertama itupun melangkah perlahan kearah lemari tua itu dan membukanya.
........................
...............................................
..............................................................................
 Kosong.
 Tidak ada apapun di dalam lemari itu. Setelah itu, si anak pertama pergi dan meninggalkan rumah itu, keberadaannya seolah menghilang dari muka bumi ini dan tidak pernah terdengar lagi kabarnya.
Ironisnya, ternyata orang tua mereka juga meninggal akibat kecelakaan mobil ...di saat yang sama... saat rumah mereka terbakar...
Rumornya, si anak kedua tidak pernah pergi meninggalkan rumah itu. Banyak orang yang berjalan di dekat bekas rumah mereka yang masih berdiri sampai saat ini, yang mendengar suara-suara aneh!! Seperti Hi hi hi...Onii-chan tidak akan bisa menemukanku di sini atau Ayo, temukan aku...aku ada di sini... Ada juga yang mendengar suara orang seperti menghitung...1...2...3...dan yang paling sering terdengar adalah sebuah suara nyanyian...

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’


Akibatnya, banyak orang yang penasaran dan ada juga yang menyelidiki sampai masuk ke dalam rumahnya. Semua orang yang pernah memasuki rumah itu...memiliki satu cerita yang sama...yaitu suara misterius itu berasal dari dalam lemari tua yang berada di dalam gudang rumah tersebut.
Banyak orang yang berusaha menyingkirkan lemari tua, tempat si anak kedua bersembunyi itu ke tempat lain. Tapi, anehnya...lemari tua itu selalu kembali ke tempat yang sama. Banyak orang yang meyakini bahwa roh si anak kedua masih berada di dalam lemari itu...menunggu sang kakak untuk menemukannya dan melanjutkan kembali permainan ‘Hide and Seek’...
***-***
“Sudah! Hentikaaaaaaan!! Aoi, cepat nyalakan lampunya!!” Teriak seorang gadis berambut coklat pendek sebahu.

Dengan cepat, Aoi langsung bangkit dari tempat duduknya dan menyalakan lampu, membuat ruangan yang sebelumnya gelap itu menjadi terang.
“Haaah...dasar! Kalau begini terus aku tidak akan bisa mematikan lampu ketika aku tidur nanti! Coba lihat! Suasana kamarku jadi suram begini’kan!?” Gerutu gadis berambut coklat pendek itu. Berbeda dengan rambut hitam milik Aoi yang panjang sepunggung.
Kini kamarnya telah diselimuti oleh aura mistis yang aneh. Rasanya sangat menyeramkan.
Seorang pemuda berambut hitam yang mengenakan topi, langsung bangkit berdiri.
 “Kenapa kau jadi ribut seperti itu sih, Yukari!? Merusak suasana saja!!”
Gadis bernama Yukari itu bangkit berdiri sambil mengacungkan jari telunjuknya tepat ke wajah pemuda itu.
 “Hey, Kazuya!! Ini semua gara-gara kau!!”
Yukari menuduh Kazuya, yang dari tadi duduk dengan santainya di atas tempat tidurnya (sementara yang lainnya duduk di atas lantai), karena telah membuat suasana kamarnya menjadi suram seperti ini.
Sayangnya, pemuda bernama Kazuya tidak berniat untuk kalah dari Yukari. Dengan segera, ia bangkit dari atas tempat tidur milik Yukari yang didominasi oleh warna pink itu, kemudian memasang ekspresi yang berkata ‘aku tidak akan kalah’ dan meletakkan tangannya dipinggang.
“Kenapa gara-gara aku!!?” Balasnya.
Yukari tertegun mendengar balasan dari Kazuya. Sama sekali tidak terdengar rasa bersalah dari perkataannya barusan. Padahal ia mengharapkan Kazuya untuk berkata seperti ‘Oh, maaf’kan aku, Yukari-chan. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi’. Bukannya malah balik menyerang dan membalasnya dengan ucapan sekasar itu.
Perlahan, Yukari menghela nafasnya. Berusaha menenangkan diri, setelah itu, ia kembali menatap Kazuya.
 “Dengar ya, Azamaki Kazuya! Itu gara-gara kau selalu menceritakan cerita-cerita horror yang tidak penting seperti itu!!” Bentaknya.
Kazuya berkata ‘heh’ kemudian membalas ucapan gadis itu.
 “Memang kenapa kalau aku suka dengan cerita-cerita horor!!? Oh! Aku tahu!! kau mau bilang kalau kau takut!? Benar’kan?” Kazuya berbicara dengan nada mengejek. Tentu saja, hal itu membuat Yukari yang emosional langsung naik darah.
 “Bukan seperti itu! Itu karena kau selalu menceritakannya di rumahku! Di kamarku!! Memang tidak ada tempat yang lain!? Kenapa tidak di rumahmu saja?? Oh, kau takut nanti rumahnya jadi bersuasana seperti di rumahku sekarang ini!!!?” Kata Yukari kasar.
“Apa kau bilang!!!?” Kazuya berusaha membalas ucapan Yukari tapi Aoi menghentikan mereka.
Berbeda dengan Yukari yang terlihat lebih energik dan emosional, Aoi terlihat tenang seperti air. Mungkin karena itu mereka berdua cukup cocok dan bisa bersahabat dengan baik.
“Sudah, jangan ribut-ribut seperti itu, Yukari-chan, Azamaki-kun. Nanti orang tua Yukari-chan akan mengusir kita. Dan lagi, alasan kenapa kita selalu berkumpul di rumah Yukari-chan, Itu karena rumah Yukari-chan yang paling besar. Jadi, enak buat kumpul-kumpul seperti ini. Lagipula Yukari-chan, aku tidak tahu kamu takut sama cerita horror?”  
 Yukari langsung mengalihkan pandangannya kearah gadis berambut hitam panjang itu.
 “Kamu juga, Aoi! Kenapa kau malah kadi ikut-ikutan si maniak cerita horor ini?!! Ah, dan kenapa kau menyudutkanku seperti itu? Kupikir kau ada dipihakku!!”
Aoi tertawa kecil.
 “He he he...Maaf.”
“Diamlah. Kalian berisik sekali.” Pemuda berambut putih berantakan yang terus duduk di sudut pojok kamar Yukari tiba-tiba angkat bicara.
 Mereka bertiga langsung mengalihkan pandangannya kearah pemuda yang berwajah sedikit suram dan pucat itu.
 “Wajahmu kenapa, Ryo? Pucat sekali.” Tanya Kazuya.
“Biarkan saja! Wajah Ryo memang selalu seperti itu.” Jawab Yukari.
“Aku tidak bertanya sama kamu! Dasar gorilla!” Balasnya.
 “Apa kau bilang!!? Kau menantangku, ya!!!? Dan, siapa yang kau sebut dengan sebutan ‘gorilla’??!” Teriak gadis pemarah itu.
“Yukari-chan, jangan marah-marah terus.” Kata Aoi berusaha menenangkan kedua sahabatnya yang selalu bertengkar itu. Terkadang Aoi juga bersikap seperti ibu mereka berdua.
“Lihat! Dengarkan apa kata Asahina! Jangan marah-marah terus! Nanti cepat tua lho!!” Kata Kazuya sambil tersenyum.
“Huh! Terserah!! Tidak ada gunanya bicara sama kamu!” Yukari kembali duduk di tempatnya. Tentunya dengan ekspresi wajah kesal.
“Ehm!”
Kazuya kembali melanjutkan pembicaraan mereka.
 “Jadi, bagaimana? Bukannya cerita itu sangat menarik?”.
 “Sebenarnya...agak sedikit menyeramkan sih. Aku tidak bisa membayangkan jiwa si anak kedua masih terperangkap di rumah itu. Kasihan sekali.” Aoi terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ia sedang memikirkan perasaan tersiksa dari si anak kedua yang tidak bisa pergi meninggalkan rumah itu.
 “Kalau menurutku, kejadian itu terjadi karena kesalahan si anak pertama. Seandainya saja dia tidak lupa mematikan kompor dan menyelamatkan adiknya saat kebakaran itu terjadi, hal ini tidak akan terjadi” Tambah Yukari. Meskipun terlihat ketaktuan pada awalnya, tapi sepertinya Yukari cukup tertarik juga dengan kisah yang diceritakan oleh Kazuya. Mau bagaimana lagi. Ini memang cerita yang sangat menarik.
Kazuya mengalihkan pandangannya kearah Ryo.
 “Bagaimana menurutmu?”.
“Aku tidak peduli.” Jawab pemuda dingin itu singkat.
 “Hah! Kau itu! Selalu saja sok bersikap dingin! Kau pikir dengan sikapmu yang sok ‘cool’ itu, bisa menarik perhatian gadis-gadis?!!”.
Ryo todak menanggapi ucapan Kazuya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Tch! Dasar.” Gumam Kazuya pelan.
 Kazuya langsung mengalihkan pandangannya lagi kearah 2 gadis itu.
“Jadi, apa yang sebenarnya kau rencanakan?” Tanya Yukari tiba-tiba. Sepertinya ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kazuya.
Yukari, Aoi dan Ryo sudah berteman dengan Kazuya yang maniak film horor ini sejak masuk SMA.
Pada awalnya, Yukari dan Aoi (yang sudah berteman sejak SMP) sama sekali tidak tertarik dengan kisah horor, namun setelah mereka mengenal Kazuya, entah kenapa mereka berteman (meskipun Yukari sepertinya tidak cocok dengan Kazuya karena mereka selalu bertengkar. Atau mungkin, itu justru karena mereka cocok). Ditambah lagi dengan adanya Ryo, yang sudah berteman dengan Kazuya sejak SMP (sebenarnya, Ryo tidak pernah mengatakan kalau ia setuju untuk menjadi teman Kazuya).
Mereka juga pasti tahu satu kebiasaan buruk Kazuya yang tidak akan bisa dihilangkan sampai kapanpun...setiap kali ia menceritakan suatu kisah horor...pasti ada sesuatu yang ingin dilakukannya. Jika itu berupa film, maka ia ingin sekali menontonnya. Itu mungkin cukup simpel...tapi bagaimana kalau itu berupa permainan?
Apa yang akan dia lakukan kalau seandainya kisah horor itu berupa sebuah permainan kematian?
“Rencanakan? Apanya?” Tanya Kazuya bingung.
 “Tidak usah sok terlihat bingung seperti itu, Kazuya! Aku tahu, kalau kau menceritakan kisah horor pada kami, kau pasti selalu ingin melakukan sesuatu yang aneh-aneh’kan! Jadi, cepat katakan sebelum kesabaranku habis!!” Teriak Yukari kearah Kazuya.
 “Baik! Baik!! Akan kukatakan pada kalian!” Kata Kazuya terlihat kesal.
Kazuya menghela nafasnya.
 “Begini, aku dengar sebuah cerita dari seseorang. Katanya, kalau kita bermain permainan ‘Hide and Seek’ di rumah keluarga Yamasaki itu, kita bisa bertemu dengan roh gentayangan yang masih mengharapkan kehadiran sang kakak itu!!” .
“Lalu maksudmu?” Tanya Yukari penasaran dengan kalimat selanjutnya yang akan dikatakan oleh Kazuya.
“Jadi” Kazuya melanjutkan.
 “Aku menceritakan cerita ini pada kalian karena aku ingin menyelidiki tentang rumor itu!! Aku ingin melakukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu!”.
Yukari dan Aoi terlihat sangat kaget. Tubuh mereka berdua serasa membatu begitu mendengar kata-kata itu terlontar dari pemuda berambut hitam itu. Rasanya sangat sulit untuk mempercayainya, tapi lebih sulit lagi untuk menganggap bahwa ucapan barusan yang diucapkan dengan nada dingin itu... adalah sebuah kebohongan yang kejam.
Dengan segera, ia bangkit berdiri dan menghentakkan kaki ke lantai dengan keras!
 “Apa!? Kau gila ya!!?” Teriak Yukari tiba-tiba.
“Aku tidak gila.” Jawab Kazuya dengan nada santai.
 Yukari melempar bantal yang ada di atas tempat tidurnya kearah Kazuya.
 “Tidak gila apanya!? Kau barusan bilang mau menyelidiki tentang kisah itu! Kau mau memainkan permainan itu di sana!!? Jangan bercanda!!”.
Kazuya langsung menangkis bantal yang di lemparkan kearahnya.
“Aku juga tidak bercanda! Lagipula, ini bukan yang pertama kalinya’kan kita melakukan hal-hal yang berbau mistis seperti ini!? Ayolah! Ini pasti akan menarik!!”.
“Apa kau yakin mau melakukan hal itu, Azamaki-kun? Aku sedikit merasa ketakutan” Kata Aoi sambil memasang ekspresi ketakutan di wajahnya. Ekspresi tenang di wajahnya yang biasanya berkata ‘tenang, semuanya akan baik-baik saja’ tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi. Sepertinya ia juga sangat terkejut dengan perkataan Kazuya barusan.
Siapa yang tidak akan terkejut ketika salah seorang temanmu mengajakmu memainkan permainan yang bisa saja berujung pada kematian?
 “Jangan takut seperti itu, Asahina! Bukannya kau selalu ikut di dalam semua kegiatan yang kita lakukan? Masa kau masih merasa ketakutan dengan hal-hal seperti itu?” Kata Kazuya. Ia berusaha membujuk Aoi dan menyakinkan gadis berambut hitam panjang itu untuk percaya dengannya.
“Entahlah...” Jawab Aoi tidak yakin.
“Hey! Dengar ya, maniak cerita horror!! Menurutmu, ketakutan kami terhadap hantu bisa menghilang begitu saja hanya karena kita selalu mengikuti permainan anehmu itu! Kau paham tidak! Terakhir, kau membuat kami hampir mati jantungan dengan permainan ‘Hitori Kakurenbo’ dan membuat kami ketakutan setengah mati dengan permainan menggunakan ‘Oujia Board’!! atau ketika kita memainkan ‘Kokkuri-san’!!?” Yukari kembali mengeluarkan semua amarahnya kearah pemuda penyuka cerita horror itu.
“Memangnya ada apa dengan permainan itu!?” Balasnya.
 “Waktu itu, kita bisa saja mati.” Kata Ryo yang dari tadi terus terdiam itu. Ekspresinya datar seperti biasa. Tapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang mulai menumpuk di dalam tubuhnya.
 “Mati apanya!? Buktinya, sekarang kita masih hidup! Lagipula permainan itu tidak ada apa-apanya!” Kata Kazuya kearah pemuda pendiam itu.
“Itu karena permainan yang kita lakukan gagal!  Sewaktu memainkan ‘Hitori Kakurenbo’ ,kita beruntung waktu itu karena kita lupa memasukkan potongan kuku kita ke dalam boneka itu! Coba saja! Bagaimana jadinya kalau boneka itu benar-benar hidup dan mengejar kita!? Masih mau bilang kalau permainan itu tidak ada apa-apanya!!?” Yukari berkata sambil kembali mengingat kejadian sewaktu mereka berempat memainkan permainan yang seharusnya tidak mereka mainkan itu.
“Bukan masalah’kan? Sejujurnya aku ingin agar boneka itu hidup dan mengejar kita! Aku ingin melihat, apa benar boneka itu bisa hidup dan membunuh kita!” Kata Kazuya.
“Jangan bicara seperti itu! Kita ini masih beruntung, Azamaki-kun. Jangan berharap yang aneh-aneh seperti itu!” Aoi mengingatkan sahabatnya itu. Dia benar. Mereka masih beruntung karena tidak mati.
“Kalian pikir aku peduli!? Ayolah! Aku berani jamin kalau permainan ini akan sangat menyenangkan!” Kazuya masih berusaha menyakinkan ketiga sahabatnya itu. Sepertinya keinginannya untuk melakukan permainan aneh itu sangat kuat. Entah apa yang merasukinya. Karena orang normal tidak akan pernah mendekat apalagi masuk ke dalam rumah bekas keluarga Yamasaki yang sudah setengah terbakar itu.
 “Menyenangkan apanya!? Kalau kau masih mau memainkan permainan ‘Hide and seek’ di rumah itu, lakukan saja sendiri!! Aku sudah tidak mau ikut-ikutan lagi denganmu!!” Kata Yukari tidak setuju dengan ide Kazuya. Tubuhnya sedikit bergetar ketika ia berkata seperti itu. Meskipun kelihatan kasar dan selalu berteriak ketika sedang marah, Yukari cukup penakut. Tidak ada yang tahu, apa yang membuatnya mampu bertahan dengan semua kegiatan serta permainan aneh yang selalu dilakukan oleh Kazuya itu.
“Ayolah, Yukari! Bukankah selama ini kita selalu berempat dalam melakukan permainan-permainan mistis itu!? Lagipula, cara memainkan permainan ini tidak jauh berbeda dengan permainan ‘Hitori Kakurenbo’!” Paksanya.
“Justru itu yang membuat kami ketakutan, Azamaki-kun. Aku tidak mau lagi memainkan permainan seperti ‘Hitori Kakurenbo’. Aku tidak suka permainan yang mampu membahayakan nyawa seperti itu!” Aoi yang biasanya selalu berbicara dengan suara pelan dan tenang itu kini berteriak. Suaranya terdengar gemetar dan ketakutan dapat terasa dari perkataannya barusan.
Ya, saat ini, tidak ada seorangpun di dalam ruangan itu yang tidak merasakan sensasi ketakutan yang luar biasa di sekujur tubuh mereka.
 Yukari tertegun.
 “Membahayakan nyawa?”
 “Azamaki-kun bilang permainan ini mirip dengan permainan ‘Hitori Kakurenbo’. Berarti, ada kemungkinan kalau kita harus bermain ‘Hide and seek’ dengan roh si anak kedua keluarga Yamasaki! Bagaimana kalau roh itu benar-benar mengejar kita!? Bagaimana kalau kita terbunuh kali ini !!?” Teriak Aoi yang biasanya selalu terlihat cukup tenang ini, panik.
Mendengar ucapan Aoi yang terdengar panik, Kazuya justru tidak bermaksud untuk mengatakan hal seperti ‘Aku mengerti. Tidak akan kulakukan permainan itu. Kau tenang saja. Aku hanya bercanda’.
Ya, semua berharap bahwa apa yang diinginkan oleh Kazuya saat ini, yaitu bermain game ‘Hide and Seek’ di rumah keluarga Yamasaki itu hanya candaan belaka untuk menakut-nakuti mereka bertiga.
Ya...seandainya saja Kazuya berkata seperti itu...
 “Siapa bilang kalau kita akan terbunuh!? Memang , semua orang yang masuk ke rumah itu dan melaukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu...tidak pernah keluar dari rumah keluarga Yamasaki. Tapi aku yakin, kalau kita tidak akan mati kali ini!! Aku berani jamin.”
Sayangnya, itu adalah cara Kazuya untuk menghibur teman-temannya yang ketakutan. Dengan mengatakan bahwa meskipun mereka memainkan permainan itu, mereka tidak akan mati.
Bukannya merasa tenang dan percaya dengan ucapan Kazuya, mereka bertiga justru semakin ketakutan. Tubuh Yukari sedikit bergetar, Aoi menutup mulutnya dengan kedua tangan sedangkan Ryo mengangkat sebelah alisnya tanda bahwa ia sedang terkejut.
“K--kau berani jamin!!? Kau pikir kau siapa berani menjamin nyawa kami!!? Kalau seandainya...kita benar-benar mati, apa yang akan kau lakukan?!! Apa kau bisa bertanggung jawab!? Tidak’kan?! Kalau begitu, kau tidak usah mengatakan hal yang tidak bisa kau lakukan seperti itu!” Yukari berteriak ke arah Kazuya yang masih duduk dengan santainya di atas tempat tidur gadis itu.
 “Iya, Azamaki-kun! Aku tidak mau lagi main-main dengan hal seperti itu! Kau tahu tidak sih, aku selalu merasa ketakutan setengah mati ketika kau mengajakku untuk melakukan semua permainan bodoh itu! Aku sudah tidak mau lagi merasakan perasaan seperti itu! Aku sudah capek!!” Kata Aoi keras.
“Ayolah, Asahina. Apa kau tidak ingin merasakannya?” Tanya Kazuya.
 “Merasakan apa!?” Balasnya.
 Kazuya tersenyum.
 “Tentu saja merasakan semua perasaan itu! Rasa ketakutan yang luar biasa!! Apa kau tidak ingin merasakannya!? Jantung yang terus berdebar-debar!! Dan perasaan yang muncul ketika mengetahui kalau ada sesuatu yang mengejar kita dari belakang!!!”.
“Pikiran itu meracunimu” Kata Ryo dengan nada yang tetap datar.
Kazuya langsung menoleh kearah sahabatnya itu.
 “Ryo...Ryo...sahabatku. Aku tahu kalau kau juga menyukai perasaan itu. Iya’kan?”.
“Apa maksudmu?” Tanyanya.
 “Sudahlah. Aku sudah tahu. Meskipun kau selalu tampil sok keren dan jarang menunjukkan emosimu, tapi aku tahu. Setiap kali kita memainkan permainan itu, kau selalu berubah. Aku bisa melihat senyuman iblis itu di wajahmu” Kata Kazuya dengan senyuman di wajahnya.
 Ryo terdiam sejenak kemudian kembali bicara .
“Tentu saja. Karena aku memang iblis.”
Mereka bertiga langsung tertegun dengan ucapan sahabat mereka yang pendiam itu.
“Maksudmu apa, Ryo!? Kau juga ingin menakut-nakuti kami!? Tolong hentikan!!” Tuduh Yukari.
“Sudahlah. Jangan pedulikan aku.” Jawabnya singkat.
 “Baiklah! Mari kita kembali ke topik semula.” Kata Kazuya.
“Tidak! Kalau maksudmu ‘ke topik semula’ itu permainan ‘Hide and Seek’ gila di rumah keluarga itu, aku tidak mau!!” Yukari kembali berteriak dengan kerasnya. Yukari berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Entah sudah berapa banyak energi yang ia keluarkan hanya untuk berteriak dan membalas ucapan Kazuya.
 “Yukari, apa kau tidak penasaran dengan rumah itu!? Apa kau tidak ingin merasakan suatu permainan yang berbahaya sekali saja seumur hidupmu!?” Tanya Kazuya berusaha menyakinkan.
“Dengar ya! Selama aku berteman denganmu, ini bukan pertama kalinya aku memainkan permainan atau melakukan ritual menyeramkan yang berbahaya!! Sudah berulang kali aku melakukannya dan aku tidak ingin melakukan hal itu lagi! Sudah cukup!! Sebagai sahabatmu, aku ingin kau menghentikan hobi burukmu itu!!” Yukari berusaha menghentikan niat gila Kazuya yang sepertinya sudah tidak bisa di tahan lagi.
Kazuya melangkah mendekati sahabatnya itu.
 “Kalau kau adalah temanku, lebih baik kau ikuti cara bermainku!”
“Kau pikir kau ini siapa!? Dewa!? Jangan pikir kau bisa seenaknya mengatur jalan hidup kami!!” Balasnya sambil menunjuk Kazuya dan melangkah mundur dengan perlahan.
“Kalian berdua! Hentikan!! Lebih baik kita pulang saja hari ini!! Pertemuan ini cukup sampai di sini saja” Aoi berteriak sambil bangkit berdiri.
Yukari dan Kazuya sama-sama merasakan sebuah hantaman besar di wajah mereka ketika Aoi berteriak untuk menghentikan mereka.
Entah kenapa, mereka berdua yang selalu saja adu argumen sejak tadi, sama sekali tidak bisa membalas ucapan Aoi dan hanya bisa terdiam dengan kepala tertunduk.
Dibandingkan dengan Ryo dan juga Aoi yang sedikit bicara, Yukari dan Kazuya selalu saja saling balas ketika salah satu dari mereka bicara dan tidak mau kalah satu sama lain. Karena itu, pembicaraan di rumah ini lebih banyak didominasi oleh suara mereka berdua. Kini mereka sudah terlalu lelah untuk saling balas dan sepertinya sudah kehabisan kata-kata.
“Yukari? Kau baik-baik saja? Ibu mendengar suara teriakan yang ribut sekali.” Tanya ibu Yukari dari bawah.
Ternyata pembicaraan mereka telah terdengar oleh seisi rumah Yukari. Untung saja isi dari pembicaraan mereka tidak terdengar begitu jelas.
Bagaimana tanggapan orang tuamu ketika kau berkumpul bersama dengan teman-temanmu, di dalam kamarmu dan membicarakan tentang suatu hal yang tidak seharusnya dibicarakan? Kisah horor, permainan kematian?
“Huh.” Ryo bangkit berdiri dan berjalan pelan ke arah pintu.
“Mau ke mana kau? Pembicaraan ini belum selesai!” Kazuya berkata sehingga Ryo menghentikan langkahnya.
Ia berbalik kemudian berkata pelan,
“Apa yang dikatakan Asahina benar. Kurasa pembicaraan ini sudah terlalu jauh. Lebih baik sekarang kita pulang. Lagipula orang tua Akihara sepertinya sudah mulai curiga dengan tingkah aneh kita.”
Mereka bertiga terdiam kemudian Kazuya memalingkan wajahnya dan berkata ‘Tch!’ kemudian berjalan keluar dari kamar Yukari.
Yukari menghela nafas lega dan duduk di atas kasurnya.
“Haah...untung saja pembicaraan tidak jelas ini segera berakhir.” Yukari menghentikan kata-katanya ketika matanya bertemu dengan mata Ryo yang sedang berdiri di dekat pintu.
“Kuh!” Yukari segera memalingkan wajahnya yang entah kenapa berubah menjadi merah.
“Ya sudah, aku pulang dulu, ya, Yukari-chan! Fujiwara-kun!! Sampai jumpa besok di sekolah.” Aoi tersenyum kecil kemudian berjalan meninggalkan kamar Yukari.
Senyum Aoi terasa sangat damai, membuat suasana suram yang sebelumnya memenuhi kamar Yukari mulai menghilang.
Kini, yang ada di ruangan itu hanya Yukari dan Ryo. Untuk beberapa saat, mereka berdua terdiam di tempatnya.
“Jadi...” Yukari berkata pelan sambil menundukkan kepalanya.
“Ke--kenapa kau masih ada di sini!!? Yang lain’kan sudah pulang! Kenapa kau belum pulang juga! dan lagipula, bukannya kamu yang pertama kali berdiri tapi kenapa justru keluar yang paling terakhir!!?” Yukari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Ryo dan menatap tajam ke arahnya. wajahnya terlihat merah.
Ryo terdiam kemudian tersenyum kecil. Itu adalah senyuman pertama yang ia buat sejak tadi.
“Fuh...Apa pantas kau berkata seperti itu dengan wajah merah seperti itu? Aku tahu, kau tidak bermaksud mengusirku tapi justru menginginkanku untuk tinggal di sini lebih lama denganmu’kan?”
“Glek!! A--apa yang kau bilang!!? Untuk apa aku ingin berduaan dengan lelaki pendiam sepertimu!? Kalau kau ingin lebih dekat denganku, hilangkan dulu lingkaran hitam di bawah matamu itu!!” Teriaknya dengan wajah semakin merah.
“Fu fu, aku hanya bercanda. Kenapa? Tidak lucu, ya?” Kata pemuda berambut putih itu sambil tersenyum kecil.
“Sama sekali tidak lucu tahu!! Kau tahu? Kau tidak pandai melucu! Jadi, lebih baik kau segera pergi dari kamarku sebelum bantal ini mengarah ke arah wajahmu!!” Yukari mengancam Ryo sambil mengangkat bantal yang berada di dekatnya.
Dengan perlahan, Ryo berjalan keluar dari kamar Yukari dan menutup pintu, meninggalkan gadis berambut pendek itu sendirian di kamarnya yang didominasi oleh warna pink dan putih.
“Huh...” Sambil membaringkan dirinya, Yukari menghela nafas. Pandangannya tertuju ke arah langit-langit kamarnya.

“Tentu saja merasakan semua perasaan itu! Rasa ketakutan yang luar biasa!! Apa kau tidak ingin merasakannya!? Jantung yang terus berdebar-debar!! Dan perasaan yang muncul ketika mengetahui kalau ada sesuatu yang mengejar kita dari belakang!!!”.

“Hmm...perasaan seperti itu sih...aku...” Yukari perlahan membalik tubuhnya dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal miliknya.
“Juga ingin merasakannya...tapi aku terlalu merasa takut untuk itu...”
***-***
A/N : Hai, minna
...............
Sebenarnya Hide and Seek ada ilustrasinya, cuma aku berhenti di ch satu jadi sekalian ga usah aku kasih aja, kalau mau lihat, lihat aja di Ngomik-ku :)

Makasih buat yang udah mampir!!

Next Chapter :  Keputusan 3 Orang Itu

Author,
Fujiwara Hatsune

1 komentar: