Sabtu, 15 November 2014

Story : Hide and Seek Chapter 4


Story : Hide and Seek Chapter 4


*Read :
              Prologue 

              Chapter 1

             Chapter 2
            
             Chapter 3

             Chapter 5

             Chapter 6

*Read Another Story :


One Shot-Stories


Hide and Seek
[Don’t let Her Find You...]

Chapter 4 Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
Kazuya menghadang Yukari, Ryo dan Aoi di dalam rumah keluarga Yamasaki!!
Ternyata, ia sudah ada di dalam rumah itu jauh sebelum ketiga sahabat itu sampai di sana dan bermaksud untuk menjebak mereka!
Dengan santainya, ia menodongkan pisau ke arah mereka dan menyuruh mereka untuk melakukan permainan ‘Hide and Seek’, bahkan dengan mudahnya ia mengatakan akan membunuh mereka kalau tidak mengikut cara bermainnya!!
Melihat tidak ada kemungkinan lain untuk selamat selain mengikuti Kazuya, Yukari membuat suatu keputusan demi keselamatan mereka bertiga, yaitu dengan mengikuti permainan Kazuya.
Ditengah-tengah keputusasaan yang melanda mereka bertiga, Aoi menceritakan kepada Ryo tentang masa lalunya yang kelam dan awal pertemuannya dengan Yukari yang mengubah jalan hidupnya.
Sebuah permintaan dari Aoi kepada Ryo-pun terlontar dari mulutnya.

“Kalau seandainya... Kalau seandainya aku mati di sini, tolong jaga Yukari-chan untukku, ya?”

Apa maksud perkataan Aoi?
Sebelum dapat menemukan apa maksud sesungguhnya di balik kalimat yang terdengar sangat menyedihkan itu, permainan kematian itu sudah akan di mulai...
***-***
Kazuya, Yukari, Ryo dan juga Aoi berkumpul di daerah sekitar dapur.
Mereka terdiam sejenak sampai Kazuya menghela nafasnya dan berkata pada mereka bertiga,
“Kalian sudah siap?”

Deg

Rasanya pertanyaan itu sangat berat untuk dijawab.
Yukari melirik ke arah Aoi dan Aoi juga melirik ke arahnya.
Mata mereka berdua bertemu.
“Aoi...Kau siap?”
“......”
Aoi terdiam sesaat.
Ia mengalihkan pandangannya dari Yukari ke arah lantai.
“Aoi...”
Kata Yukari pelan yang menyardari bahwa mungkin Aoi sebenarnya tidak pernah siap untuk memainkan permainan ini.
Siapapun juga tidak akan pernah siap untuk mati di tempat ini.
Tapi, setelah menghela nafas beberapa kali, Aoi kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Yukari.
“Aku siap.”
Yukari tertegun kemudian membalas senyuman gadis berambut hitam panjang itu.
“Aku juga siap.”
Kali ini, Yukari mengalihkan pandangannya ke arah Ryo.
“Bagaimana denganmu?”
“Fu fu fu, kalau Fujiwara-kun, pasti sudah siap.”
 Aoi menjawab dengan cerianya.
“Ja--Jangan menjawab pertanyaan yang ditujukan untukku apalagi sampai menjawab seenakmu!”
“He he.”
 Tawa Aoi.
“Haah...Apapun yang terjadi...Kita harus siap’kan?”
“Hm.”
 Yukari menganggukkan kepalanya.
Perlahan, tangannya menggengam tangan pemuda berambut putih itu dan tentu saja, itu langsung membuat Ryo kaget.
Aoi juga melakukan hal yang sama.
 Ia menggenggam tangan Yukari
Aoi kemudian menyodorkan tangannya ke arah Kazuya diikuti oleh Ryo.
Sambil tersenyum, Kazuya meraih tangan mereka berdua.
Sekarang, mereka berdua telah membentuk lingkaran sambil bergandengan tangan.
“Kami sudah siap.”
 Kata Yukari ke arah Kazuya.
“Hm! Baiklah. Kita mulai sekarang. Pejamkan mata kalian dan nyanyikan lagunya. Kalian tahu ‘lagu’ itu’kan?”
Mereka bertiga menganggukkan kepala perlahan.
Lagu itu...
Adalah lagu yang akan mengantar mereka ke dalam permainan kematian ini.
Perlahan, mereka berempat memejamkan mata dan mulai bernyanyi.

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’

Grep

Yukari tertegun.
Ia melihat ke bawah dan melihat tangan Aoi menggenggam tangannya lebih erat lagi.
“Aoi...”
Yukari berkata pelan.
[Tunggulah...sebentar lagi semua ini akan segera berakhir...]

‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’

Angin dingin berhembus dengan perlahan, membuat dahan pohon menggores dinding rumah ini dan menimbulkan suara goresan yang menyebabkan suasana semakin mengerikan.
Jantung mereka berdebar semakin kencang.
Keringat dingin mengucur semakin deras.
Rasanya suara nyanyian itu seperti bergema ke seluruh ruangan.
Memanggil si arwah gentayangan si anak kedua untuk bermain bersama mereka.

‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’

Sebentar lagi...
Sebentar lagi permainan ini akan di mulai...
Tinggal satu bait terakhir...
Tubuh mereka bergetar dengan hebatnya.
Rasanya seperti ingin lari dan berteriak sekerasnya keluar dari rumah berhantu ini...untuk selamanya.
Rasanya air mata ingin menetes dari mata mereka.
Namun, lagu kematian itu telah dinyanyikan...
Sayang sekali...
Tidak ada jalan untuk menghentikan permainan ini.
Dan...

‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’

 Permainan telah di mulai.

AAAAAAAAH!!!!
 Mereka berempat berteriak serempak.
Dengan cepat dan tidak beraturan, mereka segera berlari sekuat yang mereka bisa menuju ke gudang, di mana lemari tua itu berada.
Sesekali langkah mereka hampir goyah dan mereka hampir terjatuh, atau tak sengaja menabrak dinding yang berada di dekatnya atau saling menabrak satu sama lain.
Nafas mereka mulai terengah-engah, tapi mereka tetap memaksakan langkah mereka untuk terus berlari.
Mereka tidak ingin mati.
Mereka tidak akan mati!
Ya!!
Kalau mereka bergegas dan menyelesaikan giliran mereka, maka mereka akan segera keluar dan permainan ini akan seera berakhir!
Ya!
Ya!!
YA!!!!
Jadi, cepat!
Cepat!!
Cepat!!!
CEPAT!!!!
SELESAIKAN GILIRAN INI!!!!
“Cepat!!!”
 Yukari berteriak, tidak tahu dan tidak peduli apakah ada yang merespon ucapannya barusan atau tidak.
Air mata mulai menetes membasahi wajah Yukari dan Aoi.
Mereka berlari sambil terus berteriak ‘Aku tidak ingin mati!!!’ dengan suara keras.
Mereka tidak ingin mati.
Akhirnya, tempat yang mereka tuju sudah ada di depan mata.
Kazuya yang berlari ke arah lemari itu dan membukanya dengan kencang.
Rasanya pintu lemari itu bisa saja terlepas.
“Ha ha...AHA HA HA HA HA!!!!!!
 Kazuya tertawa dengan keras.
 Bersamaan dengan itu, tangannya menancapkan pisau berlumuran darah tersebut ke lemari tua itu.
Kazuya yang sekarang terlihat seperti iblis yang hidup.
Benar-benar menakutkan.
Yukari dan Aoi melihat ke arah Kazuya sambil menggenggam tangan satu sama lain.
“Aku menemukanmu.”
“Aku menemukanmu.”
“Aku menemukanmu.”
3 kali sudah diucapkan.
Apa sudah berakhir?
Kazuya mengangkat pisau itu kemudian terduduk di lantai.
“A--Azamaki-kun!”
Aoi berteriak khawatir dan berlari ke arah Kazuya.
Tapi Kazuya justru tersenyum dan tertawa seperti orang yang telah kehilangan kewarasannya.
“Ha ha ha!!! Akhirnya!!! Aku melakukan permainan ‘Hide and Seek’ ini juga!!! Ha ha ha!!! Benar-benar luar biasa!!!!!! Hebat!!!!! Sensasi yang dihasilkan, teriakan-teriakan ketakutan, semuanya seperti yang aku bayangkan!!!!”
“Apa yang menarik dari hal itu sih?”
Yukari berkata pelan kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Ah.”
Dan arah lain itu adalah arah di mana Ryo sedang berdiri.
“Sudah selesai?”
Ryo berkata dengan suara pelan dan Yukari menanggapinya dengan sebuah senyuman kecil.
“Ya, sudah selesai.”
Yukari kembali memalingkan pandangannya ke arah Kazuya.
“Hey, Kazuya! sekarang kau sudah puas’kan? Ayo, kita harus segera keluar dari sini!!”
“Fu fu fu, ya, aku sangat puas sekali.”
Jawab Kazuya.
Yukari langsung menghela nafas lega kemudian langsung memeluk Aoi.
“Aoi!”
“Yukari-chan!”
“Syukurlah...Tidak ada yang mati...”
“Hm. Kan ada Yukari-chan di sini yang akan melindungi kita.”
“Aoi...Terima kasih...”
Aoi terseyum sambil berkata ‘Sudah,sudah Yukari-chan’ dan mengelus-elus kepala gadis berambut coklat pendek itu dengan lembut.
Rasanya kejadian menegangkan yang mereka berempat alami tadi, terasa sangat singkat.
Sekarang, semuanya sudah berakhir dan mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat.
Sambil berjalan menuju pintu keluar rumah ini, Yukari terus-terusan menyesal karena tidak bisa menemukan adik Chizuko di sini.
Kalau benar adik sahabatnya itu sudah keluar dari rumah ini, kenapa dia tidak pulang?
Atau jangan-jangan...
Adiknya sudah...
Aoi menepuk pundak Yukari dan menyakinkan gadis itu kalau adik Chizuko sudah berada di tempat yang aman dan sekarang sedang baik-baik saja.
Ya...Mungkin saja...
“Akhirnya...Kita bisa keluar juga...”
Yukari berkata pelan sambil memegang dadanya. Rasanya jantungnya masih berdebar sangat kencang.
Aoi melangkah ke depan dan berusaha membuka pintu itu perlahan sementara Yukari, Kazuya dan Ryo menunggu di belakangnya.
“Kazuya.”
Ryo berkata pelan memanggil nama sahabatnya itu.
“Hm.”
“Apa yang akan kau lakukan setelah ini?”
“Apa yang akan aku lakukan? Hah! Tentu saja hal yang biasanya aku lakukan.”
“Bermain permainan horor seperti ini lagi?”
“Tentu saja.”
Mendengar itu, Yukari langsung ikut di dalam pembicaraan mereka berdua.
“Kalau begitu, aku tidak akan mengikuti permainan gilamu lagi. Cukup. Ini yang terakhir kalinya.”
“Benar. Aku, Akihara dan Asahina, kami bertiga tidak akan mengikutimu lagi. Kau sudah berbuat terlalu jauh. Entah apa kami masih bisa menyebutmu sebagai teman. Yang jelas, kau sudah jauh berbeda dengan Kazuya yang dulu.”
“Terserah. Lagipula, aku sudah membuktikannya’kan? Bermain permainan horor seperti ini, tidak akan membuatmu mati! Buktinya kita selamat!! Tidak ada yang harus kalian takuti.”
Kata Kazuya dengan santainya.
Dia sama sekali tidak berubah -_- .
“Umm...”
Tiba-tiba, Aoi yang dari tadi terus terdiam berkata pelan.
“Aoi? Ada apa?”
...............
................................................
............................................................................
“Azamaki-kun...Apa kau mengunci pintunya?”
“Apa? Tidak. Bukannya sejak awal pintunya sudah tidak terkunci? Dan lagi, mana mungkin aku punya kunci rumah ini. Memangnya kenapa?”
“Pintunya tidak bisa dibuka.”

“Hi hi, sekarang giliranku.


A/N : Hai, minna XDD

Akhirnya permainan di mulai!!!
Jujur aja, agak pendek ya?
Aku juga kurang puas sama ch ini, horornya kurang terasa...

Sankyuu buat yang udah mampir!!

 Next Chapter : Ke manapun dan Di manapun Kau bersembunyi

Author,
Fujiwara Hatsune

1 komentar:

  1. iyaya.. memang agak pendek. tapi gapapa. lanjut teruuss, Fujiwara-san! >w<

    BalasHapus