HIDE AND SEEK
(Don’t let Her Find You...)
* Read :
Prologue
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
* Read Another Stories :
One Shot-Stories
How To Make A Friend
Hide and Seek
(Don’t let Her Find You...)
Chapter 1 Tragedi Keluarga Yamasaki dan permainan ‘Hide and Seek’
Sekitar 4 tahun yang lalu, ada
sebuah keluarga kecil yang bahagia.
Keluarga Yamasaki.
Keluarga tersebut terdiri atas
seorang ayah, ibu, seorang kakak laki-laki dan adik perempuannya.
Mereka hidup dengan bahagia
bersama selama bertahun-tahun. Kini sang kakak telah berusia sekitar 13 tahun
dan adik perempuannya berumur 10 tahun.
Adik perempuannya sangat
menggemari kisah horor, sementara kakaknya agak sedikit penakut. Bisa dibilang
kalau adiknya itu adalah maniak film-film horor. Ia suka menjahili kakak
laki-lakinya yang penakut dan membenci kisah horor. Itu membuat sang kakak
terkadang merasa kesal dengan ulah adiknya itu.
Meskipun begitu, kakak laki-laki
itu sangat menyanyangi adiknya, dan selalu melakukan apapun untuk adik kesayangannya
itu.
Tapi sayangnya, kebaikan sang
kakak itu justru membuat suatu tragedi yang tidak akan pernah bisa dilupakan
oleh semua orang yang melihat kejadian itu...
Kejadian yang merupakan sejarah
terburuk dalam keluarga Yamasaki yang bahagia, yang kemudian di sebut...
Tragedi Keluarga Yamasaki...
Malam itu, udara dingin yang
menusuk masuk melalui jendela. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 19.00.
Aneh, kenapa orang tua mereka masih belum pulang? Biasanya mereka selalu sampai
di rumah sekitar jam 18.00...
Apa terjadi sesuatu?
Anak pertama menggelengkan
kepalanya.
“Ah, mungkin jalanan sedang
macet.” Katanya pelan.
Adik perempuannya, dengan rambut
hitam panjang yang terurai dan baju berwarna merah muda, mematikan televisi.
Mungkin ia sudah bosan dengan film horor yang sudah ia tonton puluhan bahkan
ratusan kali.
Mungkin...ia sekarang berharap
sesuatu yang melebihi film horor.
Ia berjalan perlahan menghampiri
kakak laki-lakinya yang tengah memanaskan sup untuk makan malam.
“Onii-chan (kakak laki-laki)?”
Kakaknya mengalihkan pandangan ke
arahnya dan tersenyum lalu menanyakan kenapa sang adik memanggilnya.
Sang adik menjawab ‘aku bosan.
Mau main?’
Awalnya sang kakak agak sedikit
ragu. Entah kenapa ia bisa merasakan hal yang aneh datang dari senyuman adiknya
itu.
Ketika sang kakak bertanya
permainan apa yang ingin dimainkan oleh adik perempuannya tersebut, sang adik
menjawab...
................
.....................................
.......................................................
“ ‘Hide and Seek’?”
Mendengar jawaban adiknya
tersebut, ia tersenyum kemudian mengangguk tanda setuju.
Benar, sang kakak akan melakukan
apapun untuk sang adik tersayang.
Sayangnya, ini bukanlah permainan
‘Hide and Seek’ biasa...
Peraturannya adalah, semua lampu
di dalam rumah harus dimatikan. Kemudian siapkan perlengkapan seperti semangkuk
nasi, sebuah salib dan sebuah pisau.
Permainan di mulai dengan sebuah
ritual kecil yang terdengar seperti sebuah lagu.
‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk
mencarimu...’
Sebuah lagu yang memberi kesan
menyeramkan ketika kita menyanyikannya di sebuah tempat yang sepi dan gelap...
Kemudian, orang yang pertama kali
bersembunyi, akan meletakkan semangkuk nasi yang berfungsi sebagai penarik ‘Demon’ (pencari) ditempatnya
bersembunyi. Jadi, seolah-olah si pencari itu mencari karena tertarik oleh nasi
tersebut.
Sama seperti dalam permainan
horor ‘Hitori Kakurenbo’ (One-Man Hide
and Seek), di mana kita menggunakan nasi yang nanti akan di masukkan ke
dalam tubuh boneka. Gunanya untuk menarik perhatian roh yang nantinya akan
terjebak di dalam tubuh boneka ketika boneka itu kembali di jahit. Kemudian
akibatnya, boneka berisi roh itu akan hidup dan mengejar kita.
Kira-kira, permainan ini memiliki
inti yang sama meskipun tidak menggunakan boneka dan tidak bermaksud untuk
mendatangkan roh apapun. Meskipun begitu, game ini sudah terasa cukup horor...
Anehnya, ini tidak terlihat
seperti permainan, melainkan seperti skenario sebuah film horor atau mungkin
sebuah ritual aneh yang berbau mistis dan sangat menegangkan.
Di mana si orang pertama seperti
menjadi seseorang yang sedang memainkan permainan berbau mistis untuk memanggil
hantu, yang kemudian akan mendatangkan si pencari untuk mencari dan
mengejarnya.
Ketika orang yang bertugas untuk
bersembunyi itu sudah sudah siap, ‘Demon’
(pencari) akan menyanyikan lagu ritual itu kemudian mencari tempat orang itu
bersembunyi.
Setelah sang ‘Demon’ berhasil menemukan tempat persembunyian orang itu, dia harus
berkata ‘Aku menemukanmu’ sebanyak 3 kali sambil menancapkan pisau yang
sebelumnya sudah dilumuri oleh darahnya tepat dihadapan si orang yang
bersembunyi, sebanyak 3 kali juga.
Setelah itu ia akan berkata
‘selanjutnya, giliranmu untuk menjadi ‘Demon’.
Permainan yang sebenarnya barulah
akan dimulai dari tahap ini.
Sang ‘Demon’ harus dengan cepat meninggalkan ruangan itu dan berlari
untuk bersembunyi.
Kini, ‘orang yang sebelumnya
bersembunyi’ , telah berubah menjadi ‘Demon’
dan bertugas untuk mencari, menggunakan pisau yang sudah ditancapkan
dihadapannya tadi.
Tetesan darah itu akan digunakan
olehnya sebagai petunjuk untuk mencari orang yang sekarang bersembunyi. Supaya
ia tidak bisa lolos dan dengan merasakan darah itu, ia bisa tahu dimana orang
itu berada.
Sekali lagi, lagu itu
dinyanyikan.
‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk
mencarimu...’
Jika ‘orang yang sekarang
bersembunyi’ ingin mengakhiri permainan
ini, ia harus berlari ataupun berjalan, tanpa ketahuan oleh ‘Demon’, menuju ke tempat di mana orang yang sebelumnya bersembunyi.
Di sana terletak semangkuk nasi
yang sudah disiapkan. Dengan cepat, sebelum sang ‘Demon’ berhasil menemukannya, orang itu harus segera memakan nasi
itu sampai habis. Jika nasi itu berfungsi sebagai penarik roh (dalam permainan
ini ‘Demon’) maka dengan memakan nasi
itu, berarti kita telah melakukan penolakan terhadap roh itu. Kemudian,
tancapkan salib itu sebanyak 3 kali di tempat sebelumnya pisau itu tertancap
sambil berkata ‘aku menang’ sebanyak 3 kali juga.
Dengan begitu, permainan ini akan
berakhir dan orang itu akan menang. Sang ‘Demon’
akan menang jika ia berhasil menemukan si orang yang bersembunyi dan menusukkan
pisau itu ke tubuhnya (dalam permainan ini, tentu saja tidak akan ada
tusuk-menusuk. Meskipun sang adik berharap seperti itu, tapi tidak mungkin jika
ia harus membunuh kakaknya, di rumahnya sendiri dan menggantinya dengan
‘menggores’ meskipun itu juga akan terasa sakit).
Ya, sebuah permainan yang sangat
mengerikan bukan?
Awalnya sang kakak tidak setuju
dengan permainan gila ini. Tapi sang adik, yang sepertinya sudah teracuni oleh
film-film berbau horor, ingin setidaknya merasakan pengalaman seperti ini
sekali dalam seumur hidupnya. Apalagi, orang tua mereka tidak ada di dalam
rumah saat ini. Sebuah kesempatan yang tidak akan datang 2 kali.
Hanya sekali saja...
Sambil berpikir seperti itu, sang
kakak yang baik hati menuruti apa yang diminta oleh adik kesayangannya itu.
Permainan di mulai...
sang kakak yang pertama berperan
sebagai ‘Demon’, mulai bernyanyi dan
menghitung...
‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk
mencarimu...’
Suasana rumah yang sangat gelap
tanpa penerangan apapun, membuat Sang kakak merasa sedikit kesulitan mencari
saudaranya. Ia melihat ke setiap sudut di rumahnya...tapi ia tidak bisa menemukan
adiknya.
“Di mana kau?” Katanya pelan
sambil terus menyusuri setiap bagian rumahnya.
Sementara, adik perempuannya yang
ternyata bersembunyi di dalam sebuah lemari tua yang berada di dalam gudang
itupun tertawa kecil.
“Hi hi hi, Onii-chan
tidak akan bisa menemukanku di dalam sini” Katanya pelan.
Lewat beberapa menit...si anak
pertama masih belum bisa menemukan keberadaan sang adik. Sang kakak semakin
merasa ketakutan. Rumah yang sangat gelap dan menimbulkan suara-suara serta bayangan-bayangan
aneh yang mengerikan ditambah dengan udara dingin yang masuk melalui jendela
yang terbuka...membuatnya ingin langsung berlari dan menyalakan semua lampu
yang ada di rumah mereka. Namun, hal itu akan melanggar peraturan yang sudah
mereka ciptakan sendiri. Jadi, sang kakak mengurungkan niatnya.
Sepertinya, mematikan semua lampu
di rumah ini adalah ide yang buruk. Sangat buruk. Anak pertama pun memutuskan
untuk mencari adiknya di dalam kamarnya yang terletak cukup jauh dari tempat ia
memulai permainan ini. Yaitu, di dapur.
Di sanalah, si anak pertama membuat kesalahan
pertama.
Ya. Dia lupa mematikan kompor
yang sedang ia gunakan untuk memanaskan sup. Akibatnya, kompor tersebut meledak
dan membuat seisi rumah itu terbakar dengan kecepatan yang luar biasa.
Anak pertama yang menyadari ada sesuatu yang
tidak beres, berbalik kembali kearah dapur dan melihat bahwa asap dan api sudah
menyelimuti seluruh bagian dapur dan mulai menyebar ke seluruh bagian rumah
yang lain.
Anak pertama yang ketakutan langsung berlari
mencari jalan keluar dari api yang sangat panas dan asap yang membuat nafasnya
menjadi semakin sesak!!
Akhirnya, anak pertama berhasil keluar dari
rumah keluarganya. Di luar, ia melihat tetangga-tetangga mereka mulai berjalan
keluar dari rumah mereka dan membantu memadamkan rumah keluarga Yamasaki.
Pemadam kebakaran pun sudah
datang dan menyemprotkan selang berisi air kearah rumah yang terbakar itu.
Seorang tetangga tiba-tiba datang
menghampiri anak pertama dan mengatakan sesuatu...sesuatu yang membuat si anak
pertama lebih memilih mati...
Dia mengatakan, “Di mana adikmu?”
Dan...saat itulah si anak pertama
menyadari... kalau ia telah membuat kesalahan kedua...
Keesokkan harinya, setelah api
berhasil dipadamkan, si anak pertama segera berlari masuk ke dalam rumah mereka
yang nyaris hancur. Seluruh bagian rumah itu berubah menjadi hitam akibat
terkena panasnya api yang menjalar masuk dan membakar rumah mereka. Tidak
banyak yang tersisa di rumah mereka. Anak pertama pun memasuki ruangan
gudang... dan di sana, ia melihat sesuatu. Sebuah lemari tua. Anehnya, lemari
itu masih utuh dan tidak terbakar sedikitpun!!
Anak pertama itupun melangkah
perlahan kearah lemari tua itu dan membukanya.
........................
...............................................
..............................................................................
Kosong.
Tidak ada apapun di dalam lemari itu. Setelah
itu, si anak pertama pergi dan meninggalkan rumah itu, keberadaannya seolah
menghilang dari muka bumi ini dan tidak pernah terdengar lagi kabarnya.
Ironisnya, ternyata orang tua
mereka juga meninggal akibat kecelakaan mobil ...di saat yang sama... saat
rumah mereka terbakar...
Rumornya, si anak kedua tidak
pernah pergi meninggalkan rumah itu. Banyak orang yang berjalan di dekat bekas
rumah mereka yang masih berdiri sampai saat ini, yang mendengar suara-suara
aneh!! Seperti “Hi hi hi...Onii-chan tidak akan bisa menemukanku di sini” atau “Ayo,
temukan aku...aku ada di sini...” Ada juga yang mendengar suara orang
seperti menghitung...”1...2...3...”dan yang paling sering
terdengar adalah sebuah suara nyanyian...
‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’
‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk
mencarimu...’
Akibatnya, banyak orang yang
penasaran dan ada juga yang menyelidiki sampai masuk ke dalam rumahnya. Semua
orang yang pernah memasuki rumah itu...memiliki satu cerita yang sama...yaitu
suara misterius itu berasal dari dalam lemari tua yang berada di dalam gudang
rumah tersebut.
Banyak orang yang berusaha
menyingkirkan lemari tua, tempat si anak kedua bersembunyi itu ke tempat lain.
Tapi, anehnya...lemari tua itu selalu kembali ke tempat yang sama. Banyak orang
yang meyakini bahwa roh si anak kedua masih berada di dalam lemari
itu...menunggu sang kakak untuk menemukannya dan melanjutkan kembali permainan ‘Hide and Seek’...
***-***
“Sudah! Hentikaaaaaaan!! Aoi,
cepat nyalakan lampunya!!” Teriak seorang gadis berambut coklat pendek sebahu.
Dengan cepat, Aoi langsung
bangkit dari tempat duduknya dan menyalakan lampu, membuat ruangan yang
sebelumnya gelap itu menjadi terang.
“Haaah...dasar! Kalau begini
terus aku tidak akan bisa mematikan lampu ketika aku tidur nanti! Coba lihat!
Suasana kamarku jadi suram begini’kan!?” Gerutu gadis berambut coklat pendek
itu. Berbeda dengan rambut hitam milik Aoi yang panjang sepunggung.
Kini kamarnya telah diselimuti
oleh aura mistis yang aneh. Rasanya sangat menyeramkan.
Seorang pemuda berambut hitam
yang mengenakan topi, langsung bangkit berdiri.
“Kenapa kau jadi ribut seperti itu sih,
Yukari!? Merusak suasana saja!!”
Gadis bernama Yukari itu bangkit
berdiri sambil mengacungkan jari telunjuknya tepat ke wajah pemuda itu.
“Hey, Kazuya!! Ini semua gara-gara kau!!”
Yukari menuduh Kazuya, yang dari
tadi duduk dengan santainya di atas tempat tidurnya (sementara yang lainnya
duduk di atas lantai), karena telah membuat suasana kamarnya menjadi suram
seperti ini.
Sayangnya, pemuda bernama Kazuya
tidak berniat untuk kalah dari Yukari. Dengan segera, ia bangkit dari atas
tempat tidur milik Yukari yang didominasi oleh warna pink itu, kemudian memasang
ekspresi yang berkata ‘aku tidak akan kalah’ dan meletakkan tangannya
dipinggang.
“Kenapa gara-gara aku!!?”
Balasnya.
Yukari tertegun mendengar balasan
dari Kazuya. Sama sekali tidak terdengar rasa bersalah dari perkataannya
barusan. Padahal ia mengharapkan Kazuya untuk berkata seperti ‘Oh, maaf’kan
aku, Yukari-chan. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi’. Bukannya malah
balik menyerang dan membalasnya dengan ucapan sekasar itu.
Perlahan, Yukari menghela
nafasnya. Berusaha menenangkan diri, setelah itu, ia kembali menatap Kazuya.
“Dengar ya, Azamaki Kazuya! Itu gara-gara kau
selalu menceritakan cerita-cerita horror yang tidak penting seperti itu!!”
Bentaknya.
Kazuya berkata ‘heh’ kemudian membalas
ucapan gadis itu.
“Memang kenapa kalau aku suka dengan
cerita-cerita horor!!? Oh! Aku tahu!! kau mau bilang kalau kau takut!? Benar’kan?”
Kazuya berbicara dengan nada mengejek. Tentu saja, hal itu membuat Yukari yang
emosional langsung naik darah.
“Bukan seperti itu! Itu karena kau selalu
menceritakannya di rumahku! Di kamarku!! Memang tidak ada tempat yang lain!?
Kenapa tidak di rumahmu saja?? Oh, kau takut nanti rumahnya jadi bersuasana
seperti di rumahku sekarang ini!!!?” Kata Yukari kasar.
“Apa kau bilang!!!?” Kazuya
berusaha membalas ucapan Yukari tapi Aoi menghentikan mereka.
Berbeda dengan Yukari yang
terlihat lebih energik dan emosional, Aoi terlihat tenang seperti air. Mungkin
karena itu mereka berdua cukup cocok dan bisa bersahabat dengan baik.
“Sudah, jangan ribut-ribut seperti
itu, Yukari-chan, Azamaki-kun. Nanti orang tua Yukari-chan akan mengusir kita. Dan
lagi, alasan kenapa kita selalu berkumpul di rumah Yukari-chan, Itu karena
rumah Yukari-chan yang paling besar. Jadi, enak buat kumpul-kumpul seperti ini.
Lagipula Yukari-chan, aku tidak tahu kamu takut sama cerita horror?”
Yukari langsung mengalihkan pandangannya
kearah gadis berambut hitam panjang itu.
“Kamu juga, Aoi! Kenapa kau malah kadi
ikut-ikutan si maniak cerita horor ini?!! Ah, dan kenapa kau menyudutkanku
seperti itu? Kupikir kau ada dipihakku!!”
Aoi tertawa kecil.
“He he he...Maaf.”
“Diamlah. Kalian berisik sekali.”
Pemuda berambut putih berantakan yang terus duduk di sudut pojok kamar Yukari
tiba-tiba angkat bicara.
Mereka bertiga langsung mengalihkan
pandangannya kearah pemuda yang berwajah sedikit suram dan pucat itu.
“Wajahmu kenapa, Ryo? Pucat sekali.” Tanya
Kazuya.
“Biarkan saja! Wajah Ryo memang
selalu seperti itu.” Jawab Yukari.
“Aku tidak bertanya sama kamu! Dasar
gorilla!” Balasnya.
“Apa kau bilang!!? Kau menantangku, ya!!!?
Dan, siapa yang kau sebut dengan sebutan ‘gorilla’??!” Teriak gadis pemarah
itu.
“Yukari-chan, jangan marah-marah
terus.” Kata Aoi berusaha menenangkan kedua sahabatnya yang selalu bertengkar
itu. Terkadang Aoi juga bersikap seperti ibu mereka berdua.
“Lihat! Dengarkan apa kata Asahina!
Jangan marah-marah terus! Nanti cepat tua lho!!” Kata Kazuya sambil tersenyum.
“Huh! Terserah!! Tidak ada
gunanya bicara sama kamu!” Yukari kembali duduk di tempatnya. Tentunya dengan
ekspresi wajah kesal.
“Ehm!”
Kazuya kembali melanjutkan
pembicaraan mereka.
“Jadi, bagaimana? Bukannya cerita itu sangat
menarik?”.
“Sebenarnya...agak sedikit menyeramkan sih.
Aku tidak bisa membayangkan jiwa si anak kedua masih terperangkap di rumah itu.
Kasihan sekali.” Aoi terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ia
sedang memikirkan perasaan tersiksa dari si anak kedua yang tidak bisa pergi
meninggalkan rumah itu.
“Kalau menurutku, kejadian itu terjadi karena
kesalahan si anak pertama. Seandainya saja dia tidak lupa mematikan kompor dan
menyelamatkan adiknya saat kebakaran itu terjadi, hal ini tidak akan terjadi”
Tambah Yukari. Meskipun terlihat ketaktuan pada awalnya, tapi sepertinya Yukari
cukup tertarik juga dengan kisah yang diceritakan oleh Kazuya. Mau bagaimana
lagi. Ini memang cerita yang sangat menarik.
Kazuya mengalihkan pandangannya
kearah Ryo.
“Bagaimana menurutmu?”.
“Aku tidak peduli.” Jawab pemuda
dingin itu singkat.
“Hah! Kau itu! Selalu saja sok bersikap dingin!
Kau pikir dengan sikapmu yang sok ‘cool’ itu, bisa menarik perhatian
gadis-gadis?!!”.
Ryo todak menanggapi ucapan
Kazuya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Tch! Dasar.” Gumam Kazuya pelan.
Kazuya langsung mengalihkan pandangannya lagi
kearah 2 gadis itu.
“Jadi, apa yang sebenarnya kau
rencanakan?” Tanya Yukari tiba-tiba. Sepertinya ia tahu ada sesuatu yang
disembunyikan oleh Kazuya.
Yukari, Aoi dan Ryo sudah
berteman dengan Kazuya yang maniak film horor ini sejak masuk SMA.
Pada awalnya, Yukari dan Aoi
(yang sudah berteman sejak SMP) sama sekali tidak tertarik dengan kisah horor,
namun setelah mereka mengenal Kazuya, entah kenapa mereka berteman (meskipun
Yukari sepertinya tidak cocok dengan Kazuya karena mereka selalu bertengkar.
Atau mungkin, itu justru karena mereka cocok). Ditambah lagi dengan adanya Ryo,
yang sudah berteman dengan Kazuya sejak SMP (sebenarnya, Ryo tidak pernah
mengatakan kalau ia setuju untuk menjadi teman Kazuya).
Mereka juga pasti tahu satu
kebiasaan buruk Kazuya yang tidak akan bisa dihilangkan sampai
kapanpun...setiap kali ia menceritakan suatu kisah horor...pasti ada sesuatu
yang ingin dilakukannya. Jika itu berupa film, maka ia ingin sekali
menontonnya. Itu mungkin cukup simpel...tapi bagaimana kalau itu berupa permainan?
Apa yang akan dia lakukan kalau
seandainya kisah horor itu berupa sebuah permainan kematian?
“Rencanakan? Apanya?” Tanya
Kazuya bingung.
“Tidak usah sok terlihat bingung seperti itu,
Kazuya! Aku tahu, kalau kau menceritakan kisah horor pada kami, kau pasti
selalu ingin melakukan sesuatu yang aneh-aneh’kan! Jadi, cepat katakan sebelum
kesabaranku habis!!” Teriak Yukari kearah Kazuya.
“Baik! Baik!! Akan kukatakan pada kalian!”
Kata Kazuya terlihat kesal.
Kazuya menghela nafasnya.
“Begini, aku dengar sebuah cerita dari
seseorang. Katanya, kalau kita bermain permainan ‘Hide and Seek’ di rumah keluarga Yamasaki itu, kita bisa bertemu
dengan roh gentayangan yang masih mengharapkan kehadiran sang kakak itu!!” .
“Lalu maksudmu?” Tanya Yukari
penasaran dengan kalimat selanjutnya yang akan dikatakan oleh Kazuya.
“Jadi” Kazuya melanjutkan.
“Aku menceritakan cerita ini pada kalian
karena aku ingin menyelidiki tentang rumor itu!! Aku ingin melakukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu!”.
Yukari dan Aoi terlihat sangat
kaget. Tubuh mereka berdua serasa membatu begitu mendengar kata-kata itu
terlontar dari pemuda berambut hitam itu. Rasanya sangat sulit untuk
mempercayainya, tapi lebih sulit lagi untuk menganggap bahwa ucapan barusan
yang diucapkan dengan nada dingin itu... adalah sebuah kebohongan yang kejam.
Dengan segera, ia bangkit berdiri
dan menghentakkan kaki ke lantai dengan keras!
“Apa!? Kau gila ya!!?” Teriak Yukari
tiba-tiba.
“Aku tidak gila.” Jawab Kazuya
dengan nada santai.
Yukari melempar bantal yang ada di atas tempat
tidurnya kearah Kazuya.
“Tidak gila apanya!? Kau barusan bilang mau
menyelidiki tentang kisah itu! Kau mau memainkan permainan itu di sana!!?
Jangan bercanda!!”.
Kazuya langsung menangkis bantal
yang di lemparkan kearahnya.
“Aku juga tidak bercanda!
Lagipula, ini bukan yang pertama kalinya’kan kita melakukan hal-hal yang berbau
mistis seperti ini!? Ayolah! Ini pasti akan menarik!!”.
“Apa kau yakin mau melakukan hal
itu, Azamaki-kun? Aku sedikit merasa ketakutan” Kata Aoi sambil memasang
ekspresi ketakutan di wajahnya. Ekspresi tenang di wajahnya yang biasanya
berkata ‘tenang, semuanya akan baik-baik saja’ tiba-tiba menghilang seperti
ditelan bumi. Sepertinya ia juga sangat terkejut dengan perkataan Kazuya
barusan.
Siapa yang tidak akan terkejut
ketika salah seorang temanmu mengajakmu memainkan permainan yang bisa saja
berujung pada kematian?
“Jangan takut seperti itu, Asahina! Bukannya
kau selalu ikut di dalam semua kegiatan yang kita lakukan? Masa kau masih
merasa ketakutan dengan hal-hal seperti itu?” Kata Kazuya. Ia berusaha membujuk
Aoi dan menyakinkan gadis berambut hitam panjang itu untuk percaya dengannya.
“Entahlah...” Jawab Aoi tidak
yakin.
“Hey! Dengar ya, maniak cerita
horror!! Menurutmu, ketakutan kami terhadap hantu bisa menghilang begitu saja
hanya karena kita selalu mengikuti permainan anehmu itu! Kau paham tidak!
Terakhir, kau membuat kami hampir mati jantungan dengan permainan ‘Hitori Kakurenbo’ dan membuat kami
ketakutan setengah mati dengan permainan menggunakan ‘Oujia Board’!! atau ketika kita memainkan ‘Kokkuri-san’!!?” Yukari
kembali mengeluarkan semua amarahnya kearah pemuda penyuka cerita horror itu.
“Memangnya ada apa dengan permainan
itu!?” Balasnya.
“Waktu itu, kita bisa saja mati.” Kata Ryo
yang dari tadi terus terdiam itu. Ekspresinya datar seperti biasa. Tapi ia
tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang mulai menumpuk di dalam tubuhnya.
“Mati apanya!? Buktinya, sekarang kita masih
hidup! Lagipula permainan itu tidak ada apa-apanya!” Kata Kazuya kearah pemuda
pendiam itu.
“Itu karena permainan yang kita
lakukan gagal! Sewaktu memainkan ‘Hitori Kakurenbo’ ,kita beruntung waktu
itu karena kita lupa memasukkan potongan kuku kita ke dalam boneka itu! Coba
saja! Bagaimana jadinya kalau boneka itu benar-benar hidup dan mengejar kita!?
Masih mau bilang kalau permainan itu tidak ada apa-apanya!!?” Yukari berkata sambil
kembali mengingat kejadian sewaktu mereka berempat memainkan permainan yang
seharusnya tidak mereka mainkan itu.
“Bukan masalah’kan? Sejujurnya
aku ingin agar boneka itu hidup dan mengejar kita! Aku ingin melihat, apa benar
boneka itu bisa hidup dan membunuh kita!” Kata Kazuya.
“Jangan bicara seperti itu! Kita
ini masih beruntung, Azamaki-kun. Jangan berharap yang aneh-aneh seperti itu!” Aoi
mengingatkan sahabatnya itu. Dia benar. Mereka masih beruntung karena tidak
mati.
“Kalian pikir aku peduli!?
Ayolah! Aku berani jamin kalau permainan ini akan sangat menyenangkan!” Kazuya
masih berusaha menyakinkan ketiga sahabatnya itu. Sepertinya keinginannya untuk
melakukan permainan aneh itu sangat kuat. Entah apa yang merasukinya. Karena
orang normal tidak akan pernah mendekat apalagi masuk ke dalam rumah bekas
keluarga Yamasaki yang sudah setengah terbakar itu.
“Menyenangkan apanya!? Kalau kau masih mau memainkan
permainan ‘Hide and seek’ di rumah
itu, lakukan saja sendiri!! Aku sudah tidak mau ikut-ikutan lagi denganmu!!”
Kata Yukari tidak setuju dengan ide Kazuya. Tubuhnya sedikit bergetar ketika ia
berkata seperti itu. Meskipun kelihatan kasar dan selalu berteriak ketika
sedang marah, Yukari cukup penakut. Tidak ada yang tahu, apa yang membuatnya
mampu bertahan dengan semua kegiatan serta permainan aneh yang selalu dilakukan
oleh Kazuya itu.
“Ayolah, Yukari! Bukankah selama
ini kita selalu berempat dalam melakukan permainan-permainan mistis itu!?
Lagipula, cara memainkan permainan ini tidak jauh berbeda dengan permainan ‘Hitori Kakurenbo’!” Paksanya.
“Justru itu yang membuat kami
ketakutan, Azamaki-kun. Aku tidak mau lagi memainkan permainan seperti ‘Hitori Kakurenbo’. Aku tidak suka
permainan yang mampu membahayakan nyawa seperti itu!” Aoi yang biasanya selalu
berbicara dengan suara pelan dan tenang itu kini berteriak. Suaranya terdengar
gemetar dan ketakutan dapat terasa dari perkataannya barusan.
Ya, saat ini, tidak ada
seorangpun di dalam ruangan itu yang tidak merasakan sensasi ketakutan yang
luar biasa di sekujur tubuh mereka.
Yukari tertegun.
“Membahayakan nyawa?”
“Azamaki-kun bilang permainan ini mirip dengan
permainan ‘Hitori Kakurenbo’.
Berarti, ada kemungkinan kalau kita harus bermain ‘Hide and seek’ dengan roh si anak kedua keluarga Yamasaki!
Bagaimana kalau roh itu benar-benar mengejar kita!? Bagaimana kalau kita
terbunuh kali ini !!?” Teriak Aoi yang biasanya selalu terlihat cukup tenang
ini, panik.
Mendengar ucapan Aoi yang
terdengar panik, Kazuya justru tidak bermaksud untuk mengatakan hal seperti
‘Aku mengerti. Tidak akan kulakukan permainan itu. Kau tenang saja. Aku hanya
bercanda’.
Ya, semua berharap bahwa apa yang
diinginkan oleh Kazuya saat ini, yaitu bermain game ‘Hide and Seek’ di rumah keluarga
Yamasaki itu hanya candaan belaka untuk menakut-nakuti mereka bertiga.
Ya...seandainya saja Kazuya
berkata seperti itu...
“Siapa bilang kalau kita akan terbunuh!? Memang
, semua orang yang masuk ke rumah itu dan melaukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu...tidak
pernah keluar dari rumah keluarga Yamasaki. Tapi aku yakin, kalau kita tidak
akan mati kali ini!! Aku berani jamin.”
Sayangnya, itu adalah cara Kazuya
untuk menghibur teman-temannya yang ketakutan. Dengan mengatakan bahwa meskipun
mereka memainkan permainan itu, mereka tidak akan mati.
Bukannya merasa tenang dan
percaya dengan ucapan Kazuya, mereka bertiga justru semakin ketakutan. Tubuh
Yukari sedikit bergetar, Aoi menutup mulutnya dengan kedua tangan sedangkan Ryo
mengangkat sebelah alisnya tanda bahwa ia sedang terkejut.
“K--kau berani jamin!!? Kau pikir
kau siapa berani menjamin nyawa kami!!? Kalau seandainya...kita benar-benar
mati, apa yang akan kau lakukan?!! Apa kau bisa bertanggung jawab!? Tidak’kan?!
Kalau begitu, kau tidak usah mengatakan hal yang tidak bisa kau lakukan seperti
itu!” Yukari berteriak ke arah Kazuya yang masih duduk dengan santainya di atas
tempat tidur gadis itu.
“Iya, Azamaki-kun! Aku tidak mau lagi
main-main dengan hal seperti itu! Kau tahu tidak sih, aku selalu merasa
ketakutan setengah mati ketika kau mengajakku untuk melakukan semua permainan
bodoh itu! Aku sudah tidak mau lagi merasakan perasaan seperti itu! Aku sudah
capek!!” Kata Aoi keras.
“Ayolah, Asahina. Apa kau tidak
ingin merasakannya?” Tanya Kazuya.
“Merasakan apa!?” Balasnya.
Kazuya tersenyum.
“Tentu saja merasakan semua perasaan itu! Rasa
ketakutan yang luar biasa!! Apa kau tidak ingin merasakannya!? Jantung yang
terus berdebar-debar!! Dan perasaan yang muncul ketika mengetahui kalau ada sesuatu
yang mengejar kita dari belakang!!!”.
“Pikiran itu meracunimu” Kata Ryo
dengan nada yang tetap datar.
Kazuya langsung menoleh kearah
sahabatnya itu.
“Ryo...Ryo...sahabatku. Aku tahu kalau kau
juga menyukai perasaan itu. Iya’kan?”.
“Apa maksudmu?” Tanyanya.
“Sudahlah. Aku sudah tahu. Meskipun kau selalu
tampil sok keren dan jarang menunjukkan emosimu, tapi aku tahu. Setiap kali
kita memainkan permainan itu, kau selalu berubah. Aku bisa melihat senyuman
iblis itu di wajahmu” Kata Kazuya dengan senyuman di wajahnya.
Ryo terdiam sejenak kemudian kembali bicara .
“Tentu saja. Karena aku memang
iblis.”
Mereka bertiga langsung tertegun
dengan ucapan sahabat mereka yang pendiam itu.
“Maksudmu apa, Ryo!? Kau juga
ingin menakut-nakuti kami!? Tolong hentikan!!” Tuduh Yukari.
“Sudahlah. Jangan pedulikan aku.”
Jawabnya singkat.
“Baiklah! Mari kita kembali ke topik semula.”
Kata Kazuya.
“Tidak! Kalau maksudmu ‘ke topik
semula’ itu permainan ‘Hide and Seek’
gila di rumah keluarga itu, aku tidak mau!!” Yukari kembali berteriak dengan
kerasnya. Yukari berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Entah sudah
berapa banyak energi yang ia keluarkan hanya untuk berteriak dan membalas
ucapan Kazuya.
“Yukari, apa kau tidak penasaran dengan rumah
itu!? Apa kau tidak ingin merasakan suatu permainan yang berbahaya sekali saja
seumur hidupmu!?” Tanya Kazuya berusaha menyakinkan.
“Dengar ya! Selama aku berteman
denganmu, ini bukan pertama kalinya aku memainkan permainan atau melakukan
ritual menyeramkan yang berbahaya!! Sudah berulang kali aku melakukannya dan
aku tidak ingin melakukan hal itu lagi! Sudah cukup!! Sebagai sahabatmu, aku
ingin kau menghentikan hobi burukmu itu!!” Yukari berusaha menghentikan niat
gila Kazuya yang sepertinya sudah tidak bisa di tahan lagi.
Kazuya melangkah mendekati
sahabatnya itu.
“Kalau kau adalah temanku, lebih baik kau
ikuti cara bermainku!”
“Kau pikir kau ini siapa!? Dewa!?
Jangan pikir kau bisa seenaknya mengatur jalan hidup kami!!” Balasnya sambil
menunjuk Kazuya dan melangkah mundur dengan perlahan.
“Kalian berdua! Hentikan!! Lebih
baik kita pulang saja hari ini!! Pertemuan ini cukup sampai di sini saja” Aoi
berteriak sambil bangkit berdiri.
Yukari dan Kazuya sama-sama
merasakan sebuah hantaman besar di wajah mereka ketika Aoi berteriak untuk
menghentikan mereka.
Entah kenapa, mereka berdua yang
selalu saja adu argumen sejak tadi, sama sekali tidak bisa membalas ucapan Aoi
dan hanya bisa terdiam dengan kepala tertunduk.
Dibandingkan dengan Ryo dan juga Aoi
yang sedikit bicara, Yukari dan Kazuya selalu saja saling balas ketika salah
satu dari mereka bicara dan tidak mau kalah satu sama lain. Karena itu,
pembicaraan di rumah ini lebih banyak didominasi oleh suara mereka berdua. Kini
mereka sudah terlalu lelah untuk saling balas dan sepertinya sudah kehabisan
kata-kata.
“Yukari? Kau baik-baik saja? Ibu
mendengar suara teriakan yang ribut sekali.” Tanya ibu Yukari dari bawah.
Ternyata pembicaraan mereka telah
terdengar oleh seisi rumah Yukari. Untung saja isi dari pembicaraan mereka
tidak terdengar begitu jelas.
Bagaimana tanggapan orang tuamu
ketika kau berkumpul bersama dengan teman-temanmu, di dalam kamarmu dan
membicarakan tentang suatu hal yang tidak seharusnya dibicarakan? Kisah horor,
permainan kematian?
“Huh.” Ryo bangkit berdiri dan
berjalan pelan ke arah pintu.
“Mau ke mana kau? Pembicaraan ini
belum selesai!” Kazuya berkata sehingga Ryo menghentikan langkahnya.
Ia berbalik kemudian berkata
pelan,
“Apa yang dikatakan Asahina
benar. Kurasa pembicaraan ini sudah terlalu jauh. Lebih baik sekarang kita
pulang. Lagipula orang tua Akihara sepertinya sudah mulai curiga dengan tingkah
aneh kita.”
Mereka bertiga terdiam kemudian
Kazuya memalingkan wajahnya dan berkata ‘Tch!’ kemudian berjalan keluar dari
kamar Yukari.
Yukari menghela nafas lega dan
duduk di atas kasurnya.
“Haah...untung saja pembicaraan
tidak jelas ini segera berakhir.” Yukari menghentikan kata-katanya ketika
matanya bertemu dengan mata Ryo yang sedang berdiri di dekat pintu.
“Kuh!” Yukari segera memalingkan
wajahnya yang entah kenapa berubah menjadi merah.
“Ya sudah, aku pulang dulu, ya,
Yukari-chan! Fujiwara-kun!! Sampai jumpa besok di sekolah.” Aoi tersenyum kecil
kemudian berjalan meninggalkan kamar Yukari.
Senyum Aoi terasa sangat damai,
membuat suasana suram yang sebelumnya memenuhi kamar Yukari mulai menghilang.
Kini, yang ada di ruangan itu
hanya Yukari dan Ryo. Untuk beberapa saat, mereka berdua terdiam di tempatnya.
“Jadi...” Yukari berkata pelan
sambil menundukkan kepalanya.
“Ke--kenapa kau masih ada di
sini!!? Yang lain’kan sudah pulang! Kenapa kau belum pulang juga! dan lagipula,
bukannya kamu yang pertama kali berdiri tapi kenapa justru keluar yang paling
terakhir!!?” Yukari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Ryo dan menatap tajam
ke arahnya. wajahnya terlihat merah.
Ryo terdiam kemudian tersenyum
kecil. Itu adalah senyuman pertama yang ia buat sejak tadi.
“Fuh...Apa pantas kau berkata
seperti itu dengan wajah merah seperti itu? Aku tahu, kau tidak bermaksud
mengusirku tapi justru menginginkanku untuk tinggal di sini lebih lama
denganmu’kan?”
“Glek!! A--apa yang kau bilang!!?
Untuk apa aku ingin berduaan dengan lelaki pendiam sepertimu!? Kalau kau ingin
lebih dekat denganku, hilangkan dulu lingkaran hitam di bawah matamu itu!!”
Teriaknya dengan wajah semakin merah.
“Fu fu, aku hanya bercanda.
Kenapa? Tidak lucu, ya?” Kata pemuda berambut putih itu sambil tersenyum kecil.
“Sama sekali tidak lucu tahu!!
Kau tahu? Kau tidak pandai melucu! Jadi, lebih baik kau segera pergi dari
kamarku sebelum bantal ini mengarah ke arah wajahmu!!” Yukari mengancam Ryo
sambil mengangkat bantal yang berada di dekatnya.
Dengan perlahan, Ryo berjalan
keluar dari kamar Yukari dan menutup pintu, meninggalkan gadis berambut pendek
itu sendirian di kamarnya yang didominasi oleh warna pink dan putih.
“Huh...” Sambil membaringkan
dirinya, Yukari menghela nafas. Pandangannya tertuju ke arah langit-langit
kamarnya.
“Tentu saja merasakan semua perasaan itu! Rasa ketakutan yang luar
biasa!! Apa kau tidak ingin merasakannya!? Jantung yang terus berdebar-debar!!
Dan perasaan yang muncul ketika mengetahui kalau ada sesuatu yang mengejar kita
dari belakang!!!”.
“Hmm...perasaan seperti itu
sih...aku...” Yukari perlahan membalik tubuhnya dan membenamkan wajahnya ke
dalam bantal miliknya.
“Juga ingin merasakannya...tapi
aku terlalu merasa takut untuk itu...”
***-***
A/N : Hai, minna...............
Sebenarnya Hide and Seek ada ilustrasinya, cuma aku berhenti di ch satu jadi sekalian ga usah aku kasih aja, kalau mau lihat, lihat aja di Ngomik-ku :)
Makasih buat yang udah mampir!!
Next Chapter : Keputusan 3 Orang Itu
Author,
Fujiwara Hatsune
Nice gan
BalasHapus