*Another One-Shot Story : First Love Butterfly
Yuuji's Smile
Waiting For You
Fujiwara-san, A Story of Hope and Dream
One Hundred Years Cherry Blossom Tree
Star Gazer
Terdiam
Our Sweet Moment
21 January
RAINY GIRL
Hari ini hujan
turun dengan sangat deras. Suara televisi yang kunyalakan hampir tidak
terdengar. Aku menghela nafas kemudian bangkit dari atas sofa dan berjalan ke
arah jendela. Perlahan, kubuka tirai berwarna biru yang sudah mulai terlihat
kusam. Aku bisa melihat titik-titik air hujan yang menempel di jendelaku
sehingga aku tidak bisa melihat keluar dengan jelas.
Aku kembali
duduk di atas sofa dan meminum secangkir kopi panas yang sudah kusiapkan dari
tadi. Dalam hati, aku merasa sangat kesal atas cuaca hari ini. Hujan. Ya. Entah
kenapa, aku sangat membenci hujan. Bagiku hujan hanya membuat hari-hariku yang
sudah buruk menjadi semakin buruk.
Aku hanyalah
seorang pengangguran berumur 29 tahun yang tinggal di sebuah rumah tua kecil.
Yang bisa kulakukan hanyalah menonton televisi dan membaca Koran.
Entah...sepertinya sudah sangat lama aku melakukan rutinitas yang selalu sama
setiap harinya...
Sudah banyak
sekali lowongan pekerjaan yang kucoba. Tapi, semuanya selalu gagal. Hingga
akhirnya, aku berhasil mendapatkan sebuah kesempatan untuk memperbaiki hidupku
yang menurutku sudah sangat kacau ini. Beberapa hari yang lalu, aku berhasil
menemukan sebuah pekerjaan yang cocok untukku. Aku mencoba melamar dan mereka
memberiku kesempatan. Hari ini, seharusnya aku datang untuk wawancara pekerjaan
itu. Yah...kuharap hujan ini tidak akan merusak semuanya.
Aku mengalihkan
pandanganku ke arah jam di dinding.
“Ah! Sudah pukul
08.00!! Aku harus pergi untuk wawancara itu” Seruku sambil meletakkan cangkir
kopiku, mengenakan mantel dan tidak lupa membawa payung untuk menghadapi hujan
yang cukup deras.
***-***
Aku menunggu bus
di sebuah halte yang terletak di
pinggiran kota. Aku menoleh ke sana kemari dan tidak melihat banyak orang yang
berada di halte ini. Mungkin karena cuaca sedang hujan. Aku menghela nafas
pelan lalu duduk di bangku yang disediakan dan meletakkan payungku di
sampingku. Aku bisa melihat kendaraan yang berlalu sangat cepat di tengah
derasnya hujan. Aku bisa merasakan percikan-percikan air mengenai sepatuku.
Kuharap hujan ini segera berakhir.
Sambil menunggu
kedatangan bus yang sepertinya akan segera datang beberapa saat lagi, aku sedikit
berlatih agar aku tidak gugup saat menghadapi wawancara itu. Ketika itulah aku
melihatnya. Seorang gadis manis berambut panjang dan berpakaian putih yang
berdiri di seberang jalan...dari sini, aku bisa melihat senyumannya yang
sepertinya terarah ke arahku. Sangat manis.
“Gadis
itu...siapa dia? Kenapa dia berdiri di tengah hujan seperti ini?” Kataku sambil
bangkit berdiri dan berusaha memperhatikan wajah gadis itu lebih jelas lagi di
balik hujan.
Karena rasa
penasaranku, akupun segera pergi meninggalkan halte itu dan berjalan ke arah
gadis misterius itu tanpa membawa payungku.
Ketika aku
sampai di di sampingnya, ia menoleh dan langsung tersenyum ke arahku. Akupun
balas tersenyum ke arahnya.
“Sedang apa kau
di sini?” Tanyaku.
“Sedang
memperhatikan hujan” Balasnya.
Aku tertegun
mendengar jawabannya.
“Memperhatikan
hujan? Kenapa?”.
“Karena aku
menyukai hujan”.
Aku kembali
tertegun mendengar jawaban aneh dari gadis itu.
“Kau menyukai
hujan...bukan berarti kau harus hujan-hujanan seperti ini” Kataku sambil
melepaskan mantel dan menyodorkan mantel itu ke arahnya. Gadis itu tersenyum
sambil mengambil mantel itu dari tanganku dan mengenakan di tubuhnya.
Aku menatap ke
arah gadis itu. Aneh...meskipun sedang berada di tengah hujan seperti
ini...tapi rasanya ia tidak basah karena hujan...apa ini hanya perasaanku saja
ya? Ya...mungkin ini memang hanya perasaanku saja.
“Hmmm...apa kau
menyukai hujan?” Tanyanya kepadaku.
“Aku...? Kalau
jujur...aku tidak begitu terlalu suka dengan hujan”.
“Hee...?
Kenapa?” Tanyanya dengan ekspresi bingung.
Aku menggaruk
bagian belakang kepalaku.
“Kenapa ya...?
Buatku, hujan itu membuat hari-hariku yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi...”.
“Begitu ya...?
Kalau menurutku, hujan itu tidak seburuk itu. Justru hujan banyak memberikan
kebahagiaan dalam kehidupan kita sebagai manusia”.
“Oh ya? Seperti
apa?”.
“Seperti...tanah
yang kering bisa kembali subur dengan hujan. Dengan begitu, tidak akan ada yang
menderita kekeringan lagi. Selain itu...tumbuhan juga perlu hujan untuk
bertahan hidup. Karena, tumbuhan juga perlu air’kan? Kalau tumbuhan tumbuh
subur dan tanah juga menjadi subur...maka kehidupan manusia akan menjadi semakin
baik. He he he...meskipun kadang hujan juga bisa memberikan malapetaka sih...”.
Aku terdiam
sesaat. Senyumannya terpancar lebih jelas ketika ia membicarakan hujan. Baru
pertama kali aku melihat gadis seperti dia. Sangat manis...tapi juga sangat
unik...hujan ya...?
“Ha ha ha...baru
pertama kali aku bertemu dengan gadis penyuka hujan sepertimu. Aku agak
terkejut sih ketika mendengar jawabanmu tadi...hujan...ternyata hujan memang
bisa juga memberikan banyak hal baik. Kurasa, pikiranku saja yang terlalu sempit.
Terima kasih karena kau telah membuatku menyadarinya”.
“Sama-sama”
Balasnya.
Kami
berdua saling melemparkan senyum dan kembali menatap ke arah hujan.
“Ah...permisi.
Aku harus segera pergi” Kata gadis misterius itu tiba-tiba.
“Tunggu...!
Kau mau pergi ke mana?”.
“Sampai
jumpa lain waktu. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu” Katanya samba
berbalik dan melambaikan tangannya ke arahku.
“Bolehkah
aku mengetahui namamu? Namaku Yamato Akira. Siapa namamu?” Tanyaku.
Sepertinya
ia tidak mendengarkan pertanyaanku dan langsung menghilang di balik hujan.
“Ke
mana dia pergi?”.
Braaaaakh!!!!!!!
Aku
tertegun. Suara apa itu? Tiba-tiba, aku mendengar suara yang sangat keras.
Seperti suara tabrakan dan jaraknya tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini.
Aku
mengalihkan pandanganku ke arah belakang. Aku melihat banyak orang yang
mengerumuni halte tempatku menunggu bus tadi dan melihat sebuah bus yang
menabrak halte tersebut. Sepertinya, bus itu kehilangan kendali dan tak sengaja
menabrak halte itu.
Tiba-tiba,
tubuhku langsung terasa lemas. Kalau saja aku masih berada di halte itu,
mungkin saja aku akan tertabrak bus itu. Tapi...berkat gadis itu...aku
terhindar dari maut yang hampir saja merenggut nyawaku.
Pandanganku
kembali teralihkan ke arah hujan yang turun dari langit. Entah kenapa, aku
merasa kalau gadis itu yang menyelamatkan nyawaku. Saat ini hanya ada satu
pertanyaan yang ada di dalam kepalaku...
“Siapa
gadis itu...?”.
***-***
Hari
ini sudah lewat beberapa hari sejak kejadian di halte bus dan beberapa hari
sejak aku bertemu dengan gadis misterius itu...
Karena
kejadian itu, aku terlambat mengikuti wawancara itu dan gagal mendapatkan
pekerjaan yang mungkin saja mampu mengubah hidupku ini menjadi lebih baik dari kehidupanku
saat ini.
Aku
duduk di atas sofaku. Sama seperti hari-hari sebelumnya, aku kembalid I temani
oleh secangkir kopi panas, sebuah Koran yang berada di tanganku, suara televisi
yang tidak terdengar jelas dan suara hujan yang turun.
Tiba-tiba,
aku bisa merasakan telepon genggamku berbunyi. Aku segera merogoh sakuku dan
menjawab telepon itu.
“Halo?”.
“Hai,
Akira. Ini aku, Harumi”.
“Oh,
Harumi. Ada apa kau menelponku?”.
Itu
Tsuzuki Harumi, teman semasa SMA-ku yang sampai saat ini masih berhubungan
denganku.
“Aku
ingin menanyakan masalah wawancara pekerjaanmu itu. Bagaimana?? Kau diterima?”
Tanyanya dengan nada ingin tahu.
Aku
terdiam sesaat lalu menghela nafas.
“Aku
tidak terima...karena suatu hal aku jadi terlambat dan tidak bisa datang tepat
waktu...”.
“Begitu
ya...aku turut sedih...Hmmm...mungkin aku tidak bisa membantu banyak, tapi aku
bisa membantumu mencarikan sebuah pekerjaan yang cocok untukmu. Kau pandai
mendesain’kan? Akan coba kucarikan untukmu”.
Mendengar
ucapan Harumi yang mau membantuku aku langsung berteriak senang.
“Benarkah!?
Terima kasih, Harumi! Kau memang sahabat terbaik di dunia!!”.
“Tidak
masalah! Nanti kalau aku sudah mendapatkannya, kau akan kuhubungi. Daaaah”.
“Sampai
jumpa” Balasku kemudian segera menutup telepon.
***-***
3
hari kemudian, hujan masih turun.
Aku
berjalan pelan dengan payung di tangan kananku. Aku tertegun ketika melihat
halte bus yang sewaktu itu tertabrak. Sepertinya mereka sedang memperbaikinya.
Mungkin butuh waktu yang agak lama karena kerusakan halte itu sangat parah.
Sama
seperti saat sebelumnya, aku kembali melihat gadis misterius itu. Ia berdiri di
seberang jalan. Seorang diri dan kehujanan...sama seperti saat pertama kali aku
bertemu dengannya.
Aku
menyeberangi jalanan perlahan dan kembali berdiri di sampingnya seperti saat
itu.
“Hai”
Sapaku.
Gadis
itu menolehkan pandangannya yang selama ini selalu tertuju ke arah hujan, ke
arahku.
“Hai.
Oh, ini mantelmu” Katanya.
Aku
tersenyum.
“Tidak
usah. Aku berikan itu untukmu”.
“Terima
kasih”.
“Aku
tidak menyangka kita masih bisa bertemu lagi...di tempat ini...jadi...apa kau
masih memandangi hujan?”.
“Iya...aku
selalu memandangi hujan”.
“Hmm...tak
bisakah kau memandangku?” Tanyaku tiba-tiba.
Ketika
aku bertanya seperti itu, gadis itu langsung menatapku dengan ekspresi seolah
berkata ‘apa!?’ kemudian kembali tersenyum.
“Tentu
saja. Aku selalu memandangimu ketika kau berada di seberang jalan itu”.
“Ketika
aku berada di halte?”.
Gadis
itu tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
“Kau...kenapa
selalu hujan-hujanan seperti ini? Bagaimana kalau kau sakit?” Tanyaku.
“Tidak...kau
tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku suka seperti ini...lagipula...aku
adalah bagian dari hujan...dan hujan adalah bagian dari diriku”.
“He
he he...jawabanmu sangat unik. Kau tahu? Sejak pertama kali kita bertemu di
sini, aku sudah tertarik padamu. Kau sangat manis...dan sangat misterius.
Tapi...kurasa di situlah letak daya tarikmu...Kurasa, sedikit-demi sedikit aku
mulai menyukai hujan...Ya...mungkin...”.
“Baguslah...aku
senang kalau kau tidak membenci hujan lagi. Ah, ada sesuatu yang ingin
kuberikan padamu” Gadis itu lelu menyerahkan sesuatu padaku. Seperti sebuah
dompet?
“Apa
ini? Dompet siapa ini? Kenapa kau berikan padaku?” Tanyaku heran.
Gadis
itu tersenyum misterius.
“Kau
bawa saja. Sampai jumpa lain waktu ya”.
“Ah!
Tunggu!! Siapa namamu...?”.
Gadis
itu berhenti berjalan dan berbalik ke arahku sambil tersenyum manis.
“Ame.
Namaku Ame” Katanya lalu kembali berjalan pergi.
Aku
terdiam di tempatku dan tersenyum kecil.
“Ame,
ya...? Pantas saja dia sangat menyukai hujan...”.
Beberapa
saat kemudian setelah Ame pergi meninggalkanku seorang diri, aku melihat
seorang pria sedang terlihat kebingungan. Sepertinya ia mencari sesuatu. Aku
mendekati pria itu dan menanyakan apa yang sedang ia cari. Aku sangat terkejut
ketika ia mengatakan padaku bahwa ia kehilangan dompetnya. Apa
jangan-jangan...!!
“Apa...ini
dompetnya?” Kataku sambil menyodorkan dompet yang kuterima dari Ame.
Pria
itu langsung tertegun ketika melihat dompet yang berada di tanganku dan
langsung mengambilnya. Sesaat, ia mengamti dompet itu kemudian tersenyum lega.
Sepertinya, isi dompet itu sangat berharga.
“Ah...terima
kasih karena kau telah menemukan dompetku. Isinya sangat berharga...Oh ya,
perkenalkan, namaku Fujikawa Tabata”.
Aku
langsung terkejut begitu mendengar namanya.
“Kau...Fujikawa
Tabata yang terkenal itu? Pemilik perusahaan desain terkenal itu!?”.
“Oh...jadi
kau mengetahuinya ya? Hmmm...ngomong-ngomong...apa kau sudah memiliki
pekerjaan?”.
Ya.
Setelah itu, Tabata-san memberikanku sebuah pekerjaan di perusahaan desain-nya
yang sangat terkenal itu. Bahkan sampai ke luar negeri. Jujur, aku tidak pernah
terlintas di dalam pikiranku bahwa suatu saat nanti, aku akan menginjakkan
kakiku di perusahaan super mewah itu.
Entah
kenapa...aku kembali merasa kalau Ame yang sudah memberikan kesempatan ini
padaku...
***-***
“Akira!” Teriak Harumi begitu ia melihatku berjalan ke
rumahku.
Hm? Sedang apa ia di depan rumahku?
“Apa kau menungguku? Maaf ya, aku ada urusan tadi” Kataku
merasa bersalah.
“Tidak apa-apa. Aku baru menunggu sekitar 10 menit. Oh ya,
tentang pekerjaanmu itu...”.
Aku langsung memeluk Harumi.
“Harumi, aku mendapatkan pekerjaan!!”.
Harumi sedikit tertegun.
“Apa? Ah...se...selamat ya!”.
Aku melepaskan pelukanku.
“Kenapa ekspresimu terlihat tidak senang seperti itu?”.
“Ti...tidak...aku senang kok kalau kamu sudha mendapatkan
pekerjaan...ya...aku senang...”.
Aku terdiam sesaat lalu tertegun. Aku tahu alasan kenapa
Harumi terlihat sedikit kecewa.
“Harumi...ma...maaf ya...kau sudah bersusah-payah mau
mencarikan pekerjaan untukku, tapi aku malah menerima pekerjaan dari orang
lain...maaf ya...”.
Harumi menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arahku.
“Tidak apa-apa.. Tadi...aku ingin bilang kalau aku belum
mendapatkan pekerjaan untukmu...jadi...aku senang karena kau sudah mendapatkan
pekerjaan yang baru...selamat ya”.
“Iya! Ini semua berkat Ame”.
“Ame...? Siapa?”.
Aku tersenyum.
“Si gadis hujan”.
***-***
Setelah hari itu, kehidupanku
menjadi lebih baik lagi. Aku mulai bisa merasakan suatu kebahagiaan di dalam
hidupku yang sebelumnya penuh dengan kegagalan. Rasanya...aku seperti terlahir
kembali...
Tiap hari pula, aku selalu pergi
ke tempat itu, tempat aku bertemu dengan Ame. Makin hari...aku makin sering
bertemu dengannya. Kami sering membicarakan banyak hal berdua. Kurasa...aku
sangat menyukai hujan sekarang!! Ya! Aku benar-benar menyukai hujan!!
Berkat pekerjaan baruku, aku
dapat membeli rumah baru yang lebih besar dan lebih layak untuk di tinggali.
Aku mulai menabung untuk masa depanku.
Dan...aku bisa memberikan sesuatu yang
berharga untuk orang yang kucintai...
***-***
“Harumi” Panggilku.
Hari ini, aku sengaja mengundang
Harumi ke rumahku untuk membicarakan sesuatu yang penting.
“Ada apa kau memanggilku hari
ini? Apa ada sesuatu yang terjadi?”.
Aku tersenyum lalu menyodorkan
sesuatu ke arahnya. Sebuah kotak berwarna merah dengan hiasan pita yang sangat
cantik di atasnya.
“Apa ini? Indah sekali...” Kata
Harumi dengan wajah kagum.
“Coba kau buka”.
Harumi membuka kotak itu
perlahan. Dan, ekspresinya tepat seperti apa yang kubayangkan. Ia sangat
terkejut dengan benda yang berada di dalam kotak itu.
“Ini...Indah sekali...” Katanya
sambil memandangi sebuah cincin berlian mahal yang ada di dalam kotak itu.
“Kau menyukainya?” Tanyaku.
“Ya...Akira! Ini...sangat
indah...aku sangat menyukainya...Akira...terima kasih...”.
Aku tersenyum.
“Itu untuk si gadis hujan”.
Harumi tersentak. Tangannya
menjatuhkan cincin berlian itu perlahan ke atas meja. Entah kenapa, ekspresi
bahagianya berubah menjadi terlihat kaget dan sedih. Sepertinya, ia berusaha
menahan air matanya keluar.
“Untuk...Ame...?”.
“Iya...aku ingin menikahinya. Aku
ingin menikahi si gadis hujan”.
“Ah...kalau begitu...se...selamat
ya...” Kata Harumi sambil berlari pergi meninggalkanku.
Aku tertegun.
“Ha...Harumi!!?” Tapi terlambat,
Harumi sudah pergi. Sejak saat itu, Harumi tidak pernah berkunjung lagi ke
rumahku.
***-***
Sejak hari itu, hujan tidak lagi
turun.
Setiap hari, aku selalu pergi ke
tempat pertama aku dan si gadis hujan itu bertemu...tapi ia tidak pernah muncul
lagi...seolah menghilang bersamaan dengan hujan...
“Sial!! Kenapa...Ame....tidak
pernah muncul lagi...padahal aku ingin menikahinya...” Kataku sambil duduk di
sebuah bangku di taman.
Aku langsung melempar cincin
berlian itu ke tanah. Tiba-tiba, aku melihat seseorang memungutnya.
“Akira...”.
“Harumi...?”.
Kapan gadis hujan akan muncul
kembali? Apakah esok? Apakah 1 bulan lagi? Atau 10 tahun lagi? Menurutmu...apa
jawabannya?
***-***
Tahun-tahun berikutnya, aku
lewati dengan perasaan bahagia. Jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Aku telah
menikah dengan Harumi. Kami berdua hidup bahagia sampai di karuniai beberapa
anak yang pada akhirnya memberikan cucu-cucu yang lucu untukku dan Harumi.
Kini, rambutku sudah berubah
menjadi putih. Tak terasa...hampir lebih dari 30 tahun sejak aku terakhir kali
bertemu dengan si gadis hujan.
Sampai saat ini, aku masih mengingatnya.
Aku masih selalu merasa kalau ia adalah orang yang memberikan semua berkah dan
kebahagiaan ini padaku. Sejak bertemu dengannya untuk yang pertama kali, aku
sudah merasakan banyak kebahagiaan dan hal-hal yang baik terjadi di dalam
hidupku.
Aku senang karena aku bisa
mendapatkan kesempatan untuk bisa bertemu dengannya, dengan si gadis hujan...
“Kau mau ke mana?” Tanya Harumi
begitu melihatku mengambil mantelku.
Aku tersenyum.
“Keluar. Hanya sebentar”.
***-***
Aku berjalan ke arah halte bus
yang sudah diperbaiki sejak 30 tahun yang lalu...
Aku duduk di salah satu bangkunya
kemudian meletakkan payungku di samping.
Hari ini hujan. Sama seperti saat
itu.
Aku menoleh ke sana kemari. Tidak
banyak orang yang berada di halte ini. Mungkin karena hujan.
Pandanganku tertuju ke arah
jalanan.
Aku bisa melihat banyak sekali
kendaraan yang melaju dengan sangat kencang di tengah hujan. Aku melihat ke
bawah. Percikan-percikan air itu sedikit mengenai sepatuku.
Perlahan, aku mengangkat kepalaku
dan melihat ke seberang jalan. Di sana berdiri seorang gadis manis, berambut
hitam, berpakaian putih yang sedang berdiri seorang diri di tengah hujan.
Aku melambaikan tanganku ke
arahnya sambil tersenyum. Gadis itu tersenyum ke arahku lalu menghilang di
balik hujan...
Kapan gadis hujan akan muncul
kembali? Apakah esok? Apakah 1 bulan lagi? Atau 10 tahun lagi?
Tidak ada seorangpun yang tahu
ataupun mampu menjawab pertanyaan itu...
Hanya hujan yang mampu
menjawabnya...
THE END
A/N : Hai, minna XDD
cerita ini terinspirasi dari lagu Rainy Girl punya Idoling!!
sankyuu
Author,
Fujiwara Hatsune
Keren..\(ˆ▽ˆ)/
BalasHapusSeperti biasa.. gaya bahasanya itu khas banget dan mengagumkan ..:D
Tetap semangat mong.. (ˆ▽ˆ)
ho ho//aku baru tahu kalau ada yang komen//maaf lama pakai bgt balesnya//plaak
Hapussankyuu ya dah mampir he he XDD