Selasa, 26 Agustus 2014

Story : Rainy Girl

Story : Rainy Girl


*Another One-Shot Story :    First Love Butterfly

                                             Yuuji's Smile

                                             Waiting For You

                                             Fujiwara-san, A Story of Hope and Dream 
      
                                            One Hundred Years Cherry Blossom Tree 


                                             Star Gazer 

                                             Terdiam

                                             Our Sweet Moment

                                             21 January     


* Read Another Stories :



RAINY GIRL

Hari ini hujan turun dengan sangat deras. Suara televisi yang kunyalakan hampir tidak terdengar. Aku menghela nafas kemudian bangkit dari atas sofa dan berjalan ke arah jendela. Perlahan, kubuka tirai berwarna biru yang sudah mulai terlihat kusam. Aku bisa melihat titik-titik air hujan yang menempel di jendelaku sehingga aku tidak bisa melihat keluar dengan jelas.
Aku kembali duduk di atas sofa dan meminum secangkir kopi panas yang sudah kusiapkan dari tadi. Dalam hati, aku merasa sangat kesal atas cuaca hari ini. Hujan. Ya. Entah kenapa, aku sangat membenci hujan. Bagiku hujan hanya membuat hari-hariku yang sudah buruk menjadi semakin buruk.
Aku hanyalah seorang pengangguran berumur 29 tahun yang tinggal di sebuah rumah tua kecil. Yang bisa kulakukan hanyalah menonton televisi dan membaca Koran. Entah...sepertinya sudah sangat lama aku melakukan rutinitas yang selalu sama setiap harinya...
Sudah banyak sekali lowongan pekerjaan yang kucoba. Tapi, semuanya selalu gagal. Hingga akhirnya, aku berhasil mendapatkan sebuah kesempatan untuk memperbaiki hidupku yang menurutku sudah sangat kacau ini. Beberapa hari yang lalu, aku berhasil menemukan sebuah pekerjaan yang cocok untukku. Aku mencoba melamar dan mereka memberiku kesempatan. Hari ini, seharusnya aku datang untuk wawancara pekerjaan itu. Yah...kuharap hujan ini tidak akan merusak semuanya.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah jam di dinding.
“Ah! Sudah pukul 08.00!! Aku harus pergi untuk wawancara itu” Seruku sambil meletakkan cangkir kopiku, mengenakan mantel dan tidak lupa membawa payung untuk menghadapi hujan yang cukup deras.
***-***
Aku menunggu bus di sebuah halte  yang terletak di pinggiran kota. Aku menoleh ke sana kemari dan tidak melihat banyak orang yang berada di halte ini. Mungkin karena cuaca sedang hujan. Aku menghela nafas pelan lalu duduk di bangku yang disediakan dan meletakkan payungku di sampingku. Aku bisa melihat kendaraan yang berlalu sangat cepat di tengah derasnya hujan. Aku bisa merasakan percikan-percikan air mengenai sepatuku. Kuharap hujan ini segera berakhir.
Sambil menunggu kedatangan bus yang sepertinya akan segera datang beberapa saat lagi, aku sedikit berlatih agar aku tidak gugup saat menghadapi wawancara itu. Ketika itulah aku melihatnya. Seorang gadis manis berambut panjang dan berpakaian putih yang berdiri di seberang jalan...dari sini, aku bisa melihat senyumannya yang sepertinya terarah ke arahku. Sangat manis.
“Gadis itu...siapa dia? Kenapa dia berdiri di tengah hujan seperti ini?” Kataku sambil bangkit berdiri dan berusaha memperhatikan wajah gadis itu lebih jelas lagi di balik hujan.
Karena rasa penasaranku, akupun segera pergi meninggalkan halte itu dan berjalan ke arah gadis misterius itu tanpa membawa payungku.
Ketika aku sampai di di sampingnya, ia menoleh dan langsung tersenyum ke arahku. Akupun balas tersenyum ke arahnya.
“Sedang apa kau di sini?” Tanyaku.
“Sedang memperhatikan hujan” Balasnya.
Aku tertegun mendengar jawabannya.
“Memperhatikan hujan? Kenapa?”.
“Karena aku menyukai hujan”.
Aku kembali tertegun mendengar jawaban aneh dari gadis itu.
“Kau menyukai hujan...bukan berarti kau harus hujan-hujanan seperti ini” Kataku sambil melepaskan mantel dan menyodorkan mantel itu ke arahnya. Gadis itu tersenyum sambil mengambil mantel itu dari tanganku dan mengenakan di tubuhnya.
Aku menatap ke arah gadis itu. Aneh...meskipun sedang berada di tengah hujan seperti ini...tapi rasanya ia tidak basah karena hujan...apa ini hanya perasaanku saja ya? Ya...mungkin ini memang hanya perasaanku saja.
“Hmmm...apa kau menyukai hujan?” Tanyanya kepadaku.
“Aku...? Kalau jujur...aku tidak begitu terlalu suka dengan hujan”.
“Hee...? Kenapa?” Tanyanya dengan ekspresi bingung.
Aku menggaruk bagian belakang kepalaku.
“Kenapa ya...? Buatku, hujan itu membuat hari-hariku yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi...”.
“Begitu ya...? Kalau menurutku, hujan itu tidak seburuk itu. Justru hujan banyak memberikan kebahagiaan dalam kehidupan kita sebagai manusia”.
“Oh ya? Seperti apa?”.
“Seperti...tanah yang kering bisa kembali subur dengan hujan. Dengan begitu, tidak akan ada yang menderita kekeringan lagi. Selain itu...tumbuhan juga perlu hujan untuk bertahan hidup. Karena, tumbuhan juga perlu air’kan? Kalau tumbuhan tumbuh subur dan tanah juga menjadi subur...maka kehidupan manusia akan menjadi semakin baik. He he he...meskipun kadang hujan juga bisa memberikan malapetaka sih...”.
Aku terdiam sesaat. Senyumannya terpancar lebih jelas ketika ia membicarakan hujan. Baru pertama kali aku melihat gadis seperti dia. Sangat manis...tapi juga sangat unik...hujan ya...?
“Ha ha ha...baru pertama kali aku bertemu dengan gadis penyuka hujan sepertimu. Aku agak terkejut sih ketika mendengar jawabanmu tadi...hujan...ternyata hujan memang bisa juga memberikan banyak hal baik. Kurasa, pikiranku saja yang terlalu sempit. Terima kasih karena kau telah membuatku menyadarinya”.
“Sama-sama” Balasnya.                                     
Kami berdua saling melemparkan senyum dan kembali menatap ke arah hujan.
“Ah...permisi. Aku harus segera pergi” Kata gadis misterius itu tiba-tiba.
“Tunggu...! Kau mau pergi ke mana?”.
“Sampai jumpa lain waktu. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu” Katanya samba berbalik dan melambaikan tangannya ke arahku.
“Bolehkah aku mengetahui namamu? Namaku Yamato Akira. Siapa namamu?” Tanyaku.
Sepertinya ia tidak mendengarkan pertanyaanku dan langsung menghilang di balik hujan.
“Ke mana dia pergi?”.
Braaaaakh!!!!!!!
Aku tertegun. Suara apa itu? Tiba-tiba, aku mendengar suara yang sangat keras. Seperti suara tabrakan dan jaraknya tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah belakang. Aku melihat banyak orang yang mengerumuni halte tempatku menunggu bus tadi dan melihat sebuah bus yang menabrak halte tersebut. Sepertinya, bus itu kehilangan kendali dan tak sengaja menabrak halte itu.
Tiba-tiba, tubuhku langsung terasa lemas. Kalau saja aku masih berada di halte itu, mungkin saja aku akan tertabrak bus itu. Tapi...berkat gadis itu...aku terhindar dari maut yang hampir saja merenggut nyawaku.
Pandanganku kembali teralihkan ke arah hujan yang turun dari langit. Entah kenapa, aku merasa kalau gadis itu yang menyelamatkan nyawaku. Saat ini hanya ada satu pertanyaan yang ada di dalam kepalaku...
“Siapa gadis itu...?”.
***-***
Hari ini sudah lewat beberapa hari sejak kejadian di halte bus dan beberapa hari sejak aku bertemu dengan gadis misterius itu...
Karena kejadian itu, aku terlambat mengikuti wawancara itu dan gagal mendapatkan pekerjaan yang mungkin saja mampu mengubah hidupku ini menjadi lebih baik dari kehidupanku saat ini.
Aku duduk di atas sofaku. Sama seperti hari-hari sebelumnya, aku kembalid I temani oleh secangkir kopi panas, sebuah Koran yang berada di tanganku, suara televisi yang tidak terdengar jelas dan suara hujan yang turun.
Tiba-tiba, aku bisa merasakan telepon genggamku berbunyi. Aku segera merogoh sakuku dan menjawab telepon itu.
“Halo?”.
“Hai, Akira. Ini aku, Harumi”.
“Oh, Harumi. Ada apa kau menelponku?”.
Itu Tsuzuki Harumi, teman semasa SMA-ku yang sampai saat ini masih berhubungan denganku.
“Aku ingin menanyakan masalah wawancara pekerjaanmu itu. Bagaimana?? Kau diterima?” Tanyanya dengan nada ingin tahu.
Aku terdiam sesaat lalu menghela nafas.
“Aku tidak terima...karena suatu hal aku jadi terlambat dan tidak bisa datang tepat waktu...”.
“Begitu ya...aku turut sedih...Hmmm...mungkin aku tidak bisa membantu banyak, tapi aku bisa membantumu mencarikan sebuah pekerjaan yang cocok untukmu. Kau pandai mendesain’kan? Akan coba kucarikan untukmu”.
Mendengar ucapan Harumi yang mau membantuku aku langsung berteriak senang.
“Benarkah!? Terima kasih, Harumi! Kau memang sahabat terbaik di dunia!!”.
“Tidak masalah! Nanti kalau aku sudah mendapatkannya, kau akan kuhubungi. Daaaah”.
“Sampai jumpa” Balasku kemudian segera menutup telepon.
***-***
3 hari kemudian, hujan masih turun.
Aku berjalan pelan dengan payung di tangan kananku. Aku tertegun ketika melihat halte bus yang sewaktu itu tertabrak. Sepertinya mereka sedang memperbaikinya. Mungkin butuh waktu yang agak lama karena kerusakan halte itu sangat parah.
Sama seperti saat sebelumnya, aku kembali melihat gadis misterius itu. Ia berdiri di seberang jalan. Seorang diri dan kehujanan...sama seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya.
Aku menyeberangi jalanan perlahan dan kembali berdiri di sampingnya seperti saat itu.
“Hai” Sapaku.
Gadis itu menolehkan pandangannya yang selama ini selalu tertuju ke arah hujan, ke arahku.
“Hai. Oh, ini mantelmu” Katanya.
Aku tersenyum.
“Tidak usah. Aku berikan itu untukmu”.
“Terima kasih”.
“Aku tidak menyangka kita masih bisa bertemu lagi...di tempat ini...jadi...apa kau masih memandangi hujan?”.
“Iya...aku selalu memandangi hujan”.
“Hmm...tak bisakah kau memandangku?” Tanyaku tiba-tiba.
Ketika aku bertanya seperti itu, gadis itu langsung menatapku dengan ekspresi seolah berkata ‘apa!?’ kemudian kembali tersenyum.
“Tentu saja. Aku selalu memandangimu ketika kau berada di seberang jalan itu”.
“Ketika aku berada di halte?”.
Gadis itu tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
“Kau...kenapa selalu hujan-hujanan seperti ini? Bagaimana kalau kau sakit?” Tanyaku.
“Tidak...kau tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku suka seperti ini...lagipula...aku adalah bagian dari hujan...dan hujan adalah bagian dari diriku”.
“He he he...jawabanmu sangat unik. Kau tahu? Sejak pertama kali kita bertemu di sini, aku sudah tertarik padamu. Kau sangat manis...dan sangat misterius. Tapi...kurasa di situlah letak daya tarikmu...Kurasa, sedikit-demi sedikit aku mulai menyukai hujan...Ya...mungkin...”.
“Baguslah...aku senang kalau kau tidak membenci hujan lagi. Ah, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu” Gadis itu lelu menyerahkan sesuatu padaku. Seperti sebuah dompet?
“Apa ini? Dompet siapa ini? Kenapa kau berikan padaku?” Tanyaku heran.
Gadis itu tersenyum misterius.
“Kau bawa saja. Sampai jumpa lain waktu ya”.
“Ah! Tunggu!! Siapa namamu...?”.
Gadis itu berhenti berjalan dan berbalik ke arahku sambil tersenyum manis.
“Ame. Namaku Ame” Katanya lalu kembali berjalan pergi.
Aku terdiam di tempatku dan tersenyum kecil.
“Ame, ya...? Pantas saja dia sangat menyukai hujan...”.
Beberapa saat kemudian setelah Ame pergi meninggalkanku seorang diri, aku melihat seorang pria sedang terlihat kebingungan. Sepertinya ia mencari sesuatu. Aku mendekati pria itu dan menanyakan apa yang sedang ia cari. Aku sangat terkejut ketika ia mengatakan padaku bahwa ia kehilangan dompetnya. Apa jangan-jangan...!!
“Apa...ini dompetnya?” Kataku sambil menyodorkan dompet yang kuterima dari Ame.
Pria itu langsung tertegun ketika melihat dompet yang berada di tanganku dan langsung mengambilnya. Sesaat, ia mengamti dompet itu kemudian tersenyum lega. Sepertinya, isi dompet itu sangat berharga.
“Ah...terima kasih karena kau telah menemukan dompetku. Isinya sangat berharga...Oh ya, perkenalkan, namaku Fujikawa Tabata”.
Aku langsung terkejut begitu mendengar namanya.
“Kau...Fujikawa Tabata yang terkenal itu? Pemilik perusahaan desain terkenal itu!?”.
“Oh...jadi kau mengetahuinya ya? Hmmm...ngomong-ngomong...apa kau sudah memiliki pekerjaan?”.
Ya. Setelah itu, Tabata-san memberikanku sebuah pekerjaan di perusahaan desain-nya yang sangat terkenal itu. Bahkan sampai ke luar negeri. Jujur, aku tidak pernah terlintas di dalam pikiranku bahwa suatu saat nanti, aku akan menginjakkan kakiku di perusahaan super mewah itu.
Entah kenapa...aku kembali merasa kalau Ame yang sudah memberikan kesempatan ini padaku...
***-***
“Akira!” Teriak Harumi begitu ia melihatku berjalan ke rumahku.
Hm? Sedang apa ia di depan rumahku?
“Apa kau menungguku? Maaf ya, aku ada urusan tadi” Kataku merasa bersalah.
“Tidak apa-apa. Aku baru menunggu sekitar 10 menit. Oh ya, tentang pekerjaanmu itu...”.
Aku langsung memeluk Harumi.
“Harumi, aku mendapatkan pekerjaan!!”.
Harumi sedikit tertegun.
“Apa? Ah...se...selamat ya!”.
Aku melepaskan pelukanku.
“Kenapa ekspresimu terlihat tidak senang seperti itu?”.
“Ti...tidak...aku senang kok kalau kamu sudha mendapatkan pekerjaan...ya...aku senang...”.
Aku terdiam sesaat lalu tertegun. Aku tahu alasan kenapa Harumi terlihat sedikit kecewa.
“Harumi...ma...maaf ya...kau sudah bersusah-payah mau mencarikan pekerjaan untukku, tapi aku malah menerima pekerjaan dari orang lain...maaf ya...”.
Harumi menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arahku.
“Tidak apa-apa.. Tadi...aku ingin bilang kalau aku belum mendapatkan pekerjaan untukmu...jadi...aku senang karena kau sudah mendapatkan pekerjaan yang baru...selamat ya”.
“Iya! Ini semua berkat Ame”.
“Ame...? Siapa?”.
Aku tersenyum.
“Si gadis hujan”.
***-***
Setelah hari itu, kehidupanku menjadi lebih baik lagi. Aku mulai bisa merasakan suatu kebahagiaan di dalam hidupku yang sebelumnya penuh dengan kegagalan. Rasanya...aku seperti terlahir kembali...
Tiap hari pula, aku selalu pergi ke tempat itu, tempat aku bertemu dengan Ame. Makin hari...aku makin sering bertemu dengannya. Kami sering membicarakan banyak hal berdua. Kurasa...aku sangat menyukai hujan sekarang!! Ya! Aku benar-benar menyukai hujan!!
Berkat pekerjaan baruku, aku dapat membeli rumah baru yang lebih besar dan lebih layak untuk di tinggali. Aku mulai menabung untuk masa depanku.
 Dan...aku bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk orang yang kucintai...
***-***
“Harumi” Panggilku.
Hari ini, aku sengaja mengundang Harumi ke rumahku untuk membicarakan sesuatu yang penting.
“Ada apa kau memanggilku hari ini? Apa ada sesuatu yang terjadi?”.
Aku tersenyum lalu menyodorkan sesuatu ke arahnya. Sebuah kotak berwarna merah dengan hiasan pita yang sangat cantik di atasnya.
“Apa ini? Indah sekali...” Kata Harumi dengan wajah kagum.
“Coba kau buka”.
Harumi membuka kotak itu perlahan. Dan, ekspresinya tepat seperti apa yang kubayangkan. Ia sangat terkejut dengan benda yang berada di dalam kotak itu.
“Ini...Indah sekali...” Katanya sambil memandangi sebuah cincin berlian mahal yang ada di dalam kotak itu.
“Kau menyukainya?” Tanyaku.
“Ya...Akira! Ini...sangat indah...aku sangat menyukainya...Akira...terima kasih...”.
Aku tersenyum.
“Itu untuk si gadis hujan”.
Harumi tersentak. Tangannya menjatuhkan cincin berlian itu perlahan ke atas meja. Entah kenapa, ekspresi bahagianya berubah menjadi terlihat kaget dan sedih. Sepertinya, ia berusaha menahan air matanya keluar.
“Untuk...Ame...?”.
“Iya...aku ingin menikahinya. Aku ingin menikahi si gadis hujan”.
“Ah...kalau begitu...se...selamat ya...” Kata Harumi sambil berlari pergi meninggalkanku.
Aku tertegun.
“Ha...Harumi!!?” Tapi terlambat, Harumi sudah pergi. Sejak saat itu, Harumi tidak pernah berkunjung lagi ke rumahku.
***-***
Sejak hari itu, hujan tidak lagi turun.
Setiap hari, aku selalu pergi ke tempat pertama aku dan si gadis hujan itu bertemu...tapi ia tidak pernah muncul lagi...seolah menghilang bersamaan dengan hujan...
“Sial!! Kenapa...Ame....tidak pernah muncul lagi...padahal aku ingin menikahinya...” Kataku sambil duduk di sebuah bangku di taman.
Aku langsung melempar cincin berlian itu ke tanah. Tiba-tiba, aku melihat seseorang memungutnya.
“Akira...”.
“Harumi...?”.

Kapan gadis hujan akan muncul kembali? Apakah esok? Apakah 1 bulan lagi? Atau 10 tahun lagi? Menurutmu...apa jawabannya?
***-***
Tahun-tahun berikutnya, aku lewati dengan perasaan bahagia. Jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Aku telah menikah dengan Harumi. Kami berdua hidup bahagia sampai di karuniai beberapa anak yang pada akhirnya memberikan cucu-cucu yang lucu untukku dan Harumi.
Kini, rambutku sudah berubah menjadi putih. Tak terasa...hampir lebih dari 30 tahun sejak aku terakhir kali bertemu dengan si gadis hujan.
Sampai saat ini, aku masih mengingatnya. Aku masih selalu merasa kalau ia adalah orang yang memberikan semua berkah dan kebahagiaan ini padaku. Sejak bertemu dengannya untuk yang pertama kali, aku sudah merasakan banyak kebahagiaan dan hal-hal yang baik terjadi di dalam hidupku.
Aku senang karena aku bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa bertemu dengannya, dengan si gadis hujan...
“Kau mau ke mana?” Tanya Harumi begitu melihatku mengambil mantelku.
Aku tersenyum.
“Keluar. Hanya sebentar”.
***-***
Aku berjalan ke arah halte bus yang sudah diperbaiki sejak 30 tahun yang lalu...
Aku duduk di salah satu bangkunya kemudian meletakkan payungku di samping.
Hari ini hujan. Sama seperti saat itu.
Aku menoleh ke sana kemari. Tidak banyak orang yang berada di halte ini. Mungkin karena hujan.
Pandanganku tertuju ke arah jalanan.
Aku bisa melihat banyak sekali kendaraan yang melaju dengan sangat kencang di tengah hujan. Aku melihat ke bawah. Percikan-percikan air itu sedikit mengenai sepatuku.
Perlahan, aku mengangkat kepalaku dan melihat ke seberang jalan. Di sana berdiri seorang gadis manis, berambut hitam, berpakaian putih yang sedang berdiri seorang diri di tengah hujan.
Aku melambaikan tanganku ke arahnya sambil tersenyum. Gadis itu tersenyum ke arahku lalu menghilang di balik hujan...

Kapan gadis hujan akan muncul kembali? Apakah esok? Apakah 1 bulan lagi? Atau 10 tahun lagi?
Tidak ada seorangpun yang tahu ataupun mampu menjawab pertanyaan itu...
Hanya hujan yang mampu menjawabnya...

THE END

A/N : Hai, minna XDD

cerita ini terinspirasi dari lagu Rainy Girl punya Idoling!!

sankyuu

Author,
Fujiwara Hatsune

2 komentar:

  1. Keren..\(ˆ▽ˆ)/
    Seperti biasa.. gaya bahasanya itu khas banget dan mengagumkan ..:D
    Tetap semangat mong.. (ˆ▽ˆ)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho ho//aku baru tahu kalau ada yang komen//maaf lama pakai bgt balesnya//plaak

      sankyuu ya dah mampir he he XDD

      Hapus