Ore no Kanpekina Romanchikkuna Kōkō Seikatsu Ga Gen'in
Kawaīi [TORAPPU] Rūmumeito no Dainashi Ni Sa Rete Iru!
My Perfect and Romantic Highschool
Life is Ruined Because of My Cute [TRAP] Roommate!!
Volume 1 Chapter 3
Chapter 3 : Keluargamu Itu...Semuanya
Menggunakan Nama ‘Ryuu’, Ya? Memang Kalian Keturunan Naga?
“Paman Kagoshima!!”
Setelah mencari, berputar dan
bertanya serta berjalan seharian, akhirnya pemuda berambut biru itu, Aozaki Tetsuya
sampai juga di rumah Paman Kagoshima.
Rumahnya tidak terlalu besar
dengan dinding berwarna coklat yang menambah kesan sederhana. Di halamannya
terdapat tumbuhan bambu dan kolam ikan yang kecil.
Jika dibandingkan dengan rumah
Paman Kagoshima, rumah Tetsuya jauh terlihat lebih besar dan mungkin lebih
mewah.
Tapi Tetsuya tidak
mempermasalahkan hal itu.
Rumah yang kecil tapi hangat
jauh lebih baik daripada rumah yang besar dan luas tapi suasananya sangat
dingin.
“Paman Kagoshima!! Ini aku
Tetsuya!!!” Teriak Tetsuya sambil mengetuk pintu rumah.
Tetsuya menghela nafas kemudian
mengambil telepon genggamnya.
“Ah...sudah jam
18.00...Haaah...Paman Kagoshima ke mana sih? Aku mau istirahat...Ini benar
rumahnya’kan??” Tetsuya berkata pada dirinya sendiri.
Tak terasa sudah selarut ini
sejak perjalanannya ke Kirikka.
Drap
Drap Drap
Suara langkah kaki tiba-tiba
terdengar dari dalam rumah.
“Ya, sebentar.”
Tetsuya mengangkat sebelah
alisnya.
“Paman Kagoshima? Tapi suaranya
terdengar lebih muda...”
Beberapa saat kemudian, pintu
pun terbuka.
Namun, yang muncul di hadapan
Tetsuya bukanlah sosok Paman Kagoshima yang ia kenal.
Melainkan seorang remaja,
kira-kira seumuran dengannya. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Tetsuya.
Berbeda dengan rambut biru tua Tetsuya yang sedikit panjang melebihi leher,
rambut pemuda itu cukup pendek dan berwarna coklat muda.
Mereka berdua saling
berpandangan untuk beberapa saat.
“Etto...siapa kau?” Tanya
Tetsuya sambil menggaruk pipinya.
***-***
“Selamat makaaan!!!” Kata
Tetsuya sambil langsung melahap makanan yang tersedia di meja makan.
Seorang pria paruh baya dengan
rambut berwarna coklat pendek, Kagoshima Ryuuhei [Paman Kagoshima] dan pemuda
berambut coklat muda pendek itu hanya mampu terdiam melihat Tetsuya yang makan
dengan lahapnya.
Tetsuya memang memiliki nafsu
makan yang luar biasa. Meskipun begitu, yang membuat Paman Kagoshima dan pemuda
berambut coklat itu terlihat bingung dan bertanya-tanya itu adalah bagaimana
mungkin ia makan sebanyak itu tapi tubuhnya tidak menjadi gemuk???
Yah, itu adalah rahasia Tetsuya
yang lain...
“Kau makan lahap sekali? Apa
seharian ini kau belum makan?” Tanya Paman Kagoshima sambil tersenyum kecil.
“Akhu shudhah mhkan!! Thapi
ghara-garha akhu dihkejhar-kehjar samha behandalhan kohtah, akhuh jadhih lahpar
laghi!! Munch--Munch--Begitulah cheritanya--ukh!! Uhuk!! Uhuk!!!”
“Kau itu...kalau makan
pelan-pelan. Dan, kalau makan itu jangan sambil bicara apalagi panjang lebar
seperti itu. Ini.” Pemuda itu menuangkan jus jeruk untuk Tetsuya.
“Terima kasih, Ryu--Ryuu--“ Kata
Tetsuya sambil berusaha mengingat sesuatu.
“Ryuuto!!” Katanya tiba-tiba
sambil mengacungkan jari telunjuknya.
“Haaah...yang benar ‘Ryuuji’
Kagoshima Ryuuji. Kau tidak pandai dalam menghafal nama orang lain, ya? Aozaki?”
Nada bicaranya terdengar merendahkan dan sedikit kesal.
“Maafh!! Akhu therlahlu lhapar
unthuk menghafhal!!” Tetsuya kembali memakan makannya dengan lahapnya.
Pemuda bernama Ryuuji itu
berkata ‘huh’ dengan pelan lalu mengalihkan pandangannya dari Tetsuya.
Dia, Kagoshima Ryuuji, adalah
putra dari Kagoshima Ryuuhei [atau yang biasa dipanggil Paman Kagoshima oleh
Tetsuya].
Paman Kagoshima tersenyum.
“Maaf ya, harusnya aku
menjemputmu di stasiun tadi. Tapi, karena aku sedang ada suatu urusan penting,
aku jadi tidak bisa menjemputmu.”
Tetsuya menggeleng pelan sambil
meletakkan sumpitnya.
“Tidak apa-apa, Paman. Paman
tidak perlu repot-repot untuk menjemputku segala.” Jawabnya.
“Hah...baguslah kalau begitu.”
Paman Kagoshima berkata sambil kembali memakan makanannya.
Tetsuya terdiam sesaat.
Dalam hati, ia bersyukur karena
Paman Kagoshima tidak jadi menjemputnya. Meskipun ia harus berurusan dengan
Ryoji dan berjalan selama berjam-jam, tapi baginya itu tidak jadi masalah.
Karena ia bisa kembali bertemu dan berkenalan dengan gadis itu meskipun ia
belum sempat bertanya siapa namanya.
“Yang lebih penting, kenapa
paman tidak pernah bilang kalau paman memiliki seorang anak?” Tanya Tetsuya
tiba-tiba.
“Hm? Itu karena kau tidak pernah
bertanya.” Jawab Paman Kagoshima sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
“Ha? Jawaban macam apa itu?”
Tetsuya berkata sambil menyipitkan sebelah matanya.
“Itu karena aku memang tidak
pernah memperkenalkan Ryuuji secara langsung pada keluargamu. Bisa dibilang,
aku tidak punya waktu untuk melakukannya.” Jawab Paman Kagoshima.
“Begitu ya?” Tetsuya berkata
pelan.
Tidak memiliki waktu?
Apa Paman Kagoshima juga orang
yang sangat sibuk sehingga jarang menghabiskan waktu dengan Ryuuji?
Apa jangan-jangan Ryuuji juga
merasakan apa yang ia rasakan?
Memiliki orang tua yang super
sibuk dan meninggalkanmu seorang diri di rumah?
Ketika Tetsuya memikirkan
masalah itu, hal yang terbayang di dalam pikirannya justru kedua orang tuanya.
“Kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh 2 orang bodoh itu sekarang,
ya?” Pikir Tetsuya dengan wajah kesal.
“Kenapa kau menatapku dengan
wajah seperti itu? Memangnya aku berbuat sesuatu yang salah padamu?” Tanya
Ryuuji.
“Ah...tidak, bukan apa-apa. Aku
hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting.” Tetsuya berkata sambil tersenyum
dan memalingkan pandangannya dari Ryuuji.
“Nah, nah, sudahlah kalian
berdua. Tetsuya, kalau kau ada pertanyaan untukku, tanyakan saja. Selama aku
bisa menjawabnya, pasti akan kujawab.” Paman Kagoshima tersenyum.
“Iya, terima kasih, Paman. Kalau
boleh tahu, apa pekerjaan paman?” Tanya Tetsuya kemudian ia meminum jus jeruk
di gelasnya.
“Too-san bekerja di Kirikka Academy.” Jawab Ryuuji.
BRUUUUSH!!!!
Tetsuya memuncratkan jus yang
diminumnya dan tanpa sengaja mengarah ke arah Ryuuji dengan indahnya.
“Hm...baguslah...terima kasih
atas berkah semprotan jus-nya, Aozaki-kun.” Ryuuji berkata dengan gaya seperti
orang berdoa dengan wajah basah kuyub.
“Maaf, aku tidak sengaja.”
Tetsuya mengelap mulutnya.
Ia kemudian kembali mengalihkan
pandangannya ke arah Paman Kagoshima.
“Etto...apa benar paman bekerja
di Kirikka Academy?”.
“Tentu. Untuk apa aku berbohong
mengenai masalah pekerjaanku.” Paman Kagoshima menjawab sambil mengambil lauk.
“Dengar ya, too-san bekerja sebagai guru P.E. [Physical Education] di Kirikka
Academy.” Tambah Ryuuji dengan nada bangga.
“Waaa...hebat! Berarti, paman
jago olahraga, ya?!” Kata tetsuya kagum.
“Seperti itulah. Jangan
meremehkanku, ya!” Balas Paman Kagoshima.
“Sugoi ne...[luar biasa]” Tetsuya kembali mengaggumi Paman Kagoshima.
Pantas saja tubuhnya masih
terlihat bagus dan juga sehat.
“Ah, Ryuuji ini...juga
bersekolah di Kirikka Academy’kan?” Tanya Tetsuya ke arah Ryuuji.
“Yup, aku memang bersekolah di
sana.” Jawab Ryuuji.
“Pasti menyenangkan ya...bisa
satu sekolah dengan ayah sendiri. Setiap hari kalian bisa bertemu.”
“Tidak juga. Kalau setiap hari
aku harus melihat wajahnya yang sudah setengah tua itu berdekatan dengan
guru-guru yang masih cantik dan muda, aku bisa muntah atau mati karena terkena
serangan jantung.” Ryuuji berkata seperti itu dengan nada biasa, tidak peduli
apakah orang yang kini di sampingnya itu ayahnya sendiri atau orang lain.
“Ano...aku tidak pernah berdekatan dengan guru-guru cantik yang
masih muda. Kalau yang kau maksud itu Nagata-sensei, itu tidak mungkin. Dia
terlalu muda untukku. Selain itu, ia juga sudah memiliki kekasih. Dan satu hal
lagi, tega sekali kau bicara seperti itu pada ayahmu sendiri.” Paman Kagoshima
bicara sambil membuat ekspresi kecewa di wajahnya. Mungkin ia merasa, dengan
ekspresi di wajahnya itu, orang-orang akan berbalik merasa kasihan padanya.
Namun entah kenapa, bukannya membuat orang yang melihat merasa kasihan, tapi
justru membuat mereka ingin tertawa atau merasa aneh.
“Oh...kupikir kau tidak peduli.”
Ryuuji berkata sambil memakan makannya.
“Tentu saja aku peduli!! Yang kau bicarakan itu akan membuat image-ku rusak secara
tidak langsung!!! Tetsuya, kau jangan dengarkan ucapannya!!!” Ancam Paman
Kagoshima dengan wajah yang berubah menjadi kesal.
“Oh...oke...” Kata Tetsuya sambil
mengangkat kedua tangannya.
Baiklah, ini sudah terlalu jauh
dan memasuki level di mana Tetsuya tidak ingin ikut campur dalam masalah ini.
“Ngomong-ngomong, apa maksud
too-san dengan ‘Nagata-sensei sudah
memiliki kekasih’? Apa benar hal itu? Terakhir kali aku dengar, dia
hanyalah seorang guru energik yang bertepuk sebelah tangan.”
“Kau belum dengan gosipnya?
Nagata-sensei sedang dengan dekat Haru-sensei.” Jawab Paman Kagoshima sambil
membuka lembaran korannya.
“Ah...begitukah? Akhirnya cinta
Nagata-sensei terwujud juga~ Aku ikut senang. Kalau sudah saatnya masuk nanti,
aku akan memberikan selamat untuknya.”
“Tapi, entah kenapa aku merasa
kasihan dengan Kinmochi-sensei.” Kata Paman Kagoshima sambil membaca korannya.
“Glek!! Kalau guru yang satu
itu, tidak usah diberi rasa kasihan!!!! Justru kita yang harus diberi rasa
kasihan ketika berhadapan langsung dengannya!!!!!” Teriak Ryuuji.
“Eh? Memangnya kenapa??” Tanya
Tetsuya penasaran.
Ryuuji langsung menatap ke arah
Tetsuya dengan wajah yang suram seperti habis mendengar sebuah cerita hantu
yang sangat menyeramkan.
“Dengar, kalau kau sudah
bersekolah di Kirikka Academy nanti, jangan sampai kau berurusan dengan seorang
guru yang galaknya melebihi seekor monster!! Bukan! Bahkan jauh, jauh, jauh
melebihi iblis!!! Namanya Kinmochi Riina!!!”
“A--ada yang seperti itu ya!!!?”
Tetsuya langsung terlihat ketakutan.
Hari-hari apa yang akan
dilaluinya di Kirikka nanti!!!?
“Jangan bicara seperti itu!
Kinmochi-sensei mungkin terlihat galak, tapi sebenarnya ia memiliki hati yang
sangat lembut. Ia guru yang sudah senior dan usianya sudah cukup dewasa, 34
tahun, banyak guru yang menaruh rasa hormat padanya.”
“Guru tua yang tidak laku dan
pada akhirnya akan menjadi perawan tua.” Ryuuji berkata pelan. Sepertinya Paman
Kagoshima tidak mendengar ucapannya barusan.
***-***
“Baiklah, karena sekarang sudah
pukul 21.30, lebih baik kalian tidur saja.”
“Siap, Paman! Tapi di mana aku
tidur?” Tanya Tetsuya.
“Kau tidur sekamar dengan Ryuu.
Kamarnya ada di ujung sana, di dekat toilet. Minta Ryuu mengantarmu.” Jawab
Paman Kagoshima sambil tetap membaca korannya di ruang tamu.
“Oke! Ayo, Aozaki-kun.
Kutunjukkan kamarnya.” Ajak Ryuuji sambil mematikan televisi.
Tetsuya berjalan mengikuti Ryuuji dari
belakang tapi kemudian menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya ke
arah Paman Kagoshima.
Paman Kagoshima yang menyadari
kalau Tetsuya memperhatikannya dari tadi, menurunkan sedikit korannya dan
tersenyum.
“Ada apa?”
“Ah! Paman tidak tidur?”
Tanyanya.
Paman Kagoshima menghela nafas
pelan. Kemudian bangkit berdiri, melipat korannya dan meletakkannya di atas
meja.
“Tentu saja.”
“Ah, iya, Mulai besok, aku tidak
akan di rumah. Untuk makan, kalian pesan saja. Nanti akan kuberikan uang. Selamat
malam.” Kata Paman Kagoshima sambil melangkah ke kamarnya yang terletak di
ruang tamu.
“Selamat malam.” Kata Tetsuya
dan Ryuuji bersamaan.
***-***
“Hwaam...ngantuknya!” Tetsuya
langsung merebahkan tubuhnya tubuhnya di atas tempat tidur yang terletak di
bagian atas, sementara Ryuuji tidur di bagian bawah.
Kamar Ryuuji terletak di ujung
ruangan. Ruangannya memang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman.
Di sana terdapat sebuah lemari
yang terbuat dari kayu, sebuah meja belajar, komputer dan sebuah televisi.
Serta berbagai macam kaset video game.
Di dindingnya, terdapat berbagai
macam poster-poster karakter dari berbagai macam permainan.
Sepertinya, Ryuuji seorang
gamer.
“Kau hobi main game?” Tanya
Tetsuya dari atas.
Tempat tidur di kamar Ryuuji
terdiri atas 2 tempat tidur yaitu atas dan bawah yang dihubungkan dengan
tangga.
“Hmm...seperti itulah. Berbagai
macam game sudah kumainkan dengan genre dan tingkat kesulitan yang bervariasi.
Bagaimana denganmu, apa kau suka bermain game?” Kali ini, Ryuuji yang bertanya.
“Begitulah. Karena orang tuaku
jarang sekali ada di rumah, tidak ada yang bisa kulakukan selain bermain game
sambil mengisi waktu luang.”
“Oh...begitu...” Jawab Ryuuji
singkat.
Untuk beberapa saat, suasana
menjadi hening.
.................
......................................
....................................................................
Tetsuya terdiam di atas tempat
tidurnya. Matanya menatap tepat ke arah langit-langit kamar Ryuuji.
Ia kemudian menghela nafas dan
memejamkan matanya, bermaksud untuk tidur.
Ketika tangannya tanpa sengaja
terselip di bawah bantalnya, Tetsuya merasakan sesuatu.
“Hm? Apa ini? sebuah kertas?”
Kata Tetsuya pelan.
Sebuah kertas putih tersembunyi
di balik bantal yang ia pakai. Tetsuya terdiam sesaat berusaha menganalisa
kertas apa itu.
Tetsuya menyipitkan matanya.
“Kertas apa ini?”
Ia tertegun begitu menyadari
kalau itu adalah sebuah foto.
Ketika Tetsuya bermaksud untuk
membalik kertas itu,
“Wuuah! Jangaaan!!!!” Teriak Ryuuji sambil menarik keras itu dari tangan Tetsuya.
“Hua!! Kau mengaggetkanku saja!!
Kupikir kau sudah tidur!!!!” Teriak Tetsuya kaget sambil kembali bangkit dan
duduk di tempat tidurnya.
Ryuuji tidak merespon ucapan
Tetsuya dan menggenggam kertas itu dengan kedua tangannya.
Sepertinya, kertas itu sangat
berharga untuk Ryuuji meskipun ia tidak tahu kertas apa itu.
“Kau...tidak melihat
gambarnya’kan?!” Kata Ryuuji dengan ekspresi kesal.
“Gambar? Ayaaa~ jadi itu benar-benar
sebuah foto? Ijinkan aku untuk melihatnya, aku penasaran.” Kata Tetsuya sambil berusaha
meraih selembar foto itu dari tangan Ryuuji.
Tapi dengan cepat, Ryuuji
langsung menghindari tangan Tetsuya yang berusaha merebut selembar foto itu
dirinya.
“Hentikan!” Teriak Ryuuji keras.
“Ukh...” Melihat reaksi Ryuuji,
Tetsuya tidak bisa berkata apa-apa. Sepertinya, Ryuuji memang tidak ingin
memperlihatkan isi foto itu.
Tetsuya menghela nafas panjang
lalu memutuskan untuk meminta maaf pada Ryuuji.
“Haah...maaf’kan aku. Tidak
seharusnya aku bersikap seperti itu. Kalau kau memang tidak ingin menunjukkan
foto itu padaku, ya tidak masalah.”
Tentu saja, setiap orang pasti
punya rahasia yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Dan dalam kasus ini, Tetsuya
sama sekali tidak memiliki hak untuk memaksa Ryuuji menceritakan hal yang tidak
ingin ia ceritakan.
“Ah...kurasa aku juga harus
minta maaf. Tidak seharusnya aku berteriak padamu. Kau’kan tamu di keluargaku.”
Jawab Ryuuji berusaha sedikit tersenyum tapi ia tetap tidak bisa menyembunyikan
ekspresi sedih di wajahnya.
“Jangan memasang wajah seperti
itu. Aku jadi semakin merasa bersalah.”
“Kau tidak perlu merasa bersalah
seperti itu. Ini hanya foto lama. Tapi entah kenapa aku tidak bisa membuangnya
sampai saat ini...”
“Oh...”
Tetsuya terdiam sesaat.
Kata-kata Ryuuji terdengar sangat lemah...
“Hey, apa itu foto kekasihmu?”
Tanya Tetsuya.
“Bagaimana ya...maaf, aku tidak
ingin membahas mengenai hal ini. Bisakah kita membahas hal lain saja?”
“Hm...Tentu saja...” Jawab
Tetsuya pelan.
Atmosfir diantara mereka berdua
terasa semakin berat.
Tetsuya kembali membaringkan
dirinya di atas tempat tidurnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ryuuji.
Keheningan yang aneh kembali
terjadi.
Tetsuya memperhatikan ke arah
jam dinding di hadapannya.
Jam 22.10 P.M.
Ia menghela nafas panjang
kemudian tertegun.
“Ah, aku baru menyadarinya. Maaf
aku sudah memanggilmu dengan ‘Ryuuji’” Kata Tetsuya.
“Tidak apa-apa. Kau boleh
memanggilku dengan ‘Ryuuji’. Semua teman dekatku memanggil dengan nama
depanku.”
Begitukah?
Jadi ia sudah menganggapnya
sebagai teman dekatnya?
“Kalau begitu...kau panggil aku
‘Tetsuya’ saja. Kebanyakan orang menyingkat namaku menjadi ‘Tetsu’. Terserah
kau mau panggil yang mana.”
“Diterima, Tetsuya.” Jawab
Ryuuji sambil tersenyum kecil.
“Oh ya, ada satu hal yang
membuatku merasa penasaran.” Tetsuya kembali berkata.
“Apa itu?”
“Keluargamu itu...semuanya
menggunakan nama ‘Ryuu’ ya? Memang kalian keturunan naga?”
Ryuuji hanya terdiam dan tidak
memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Tetsuya.
“Ryuuji? Kau sudah tidur?”
“Haa...aku hanya memikirkan
jawaban atas pertanyaan anehmu itu.”
Tetsuya mengangkat sebelah
alisnya.
“Memangnya seaneh itu?”
Perlahan-lahan suasana yang
berat dan canggung itu mulai mencair.
“Tidak juga sih. Tapi, kalau kau
memang ingin tahu. Maka akan kuberitahu. Namaku Kagoshima Ryuuji, orang tua
yang kau panggil ‘Paman’ itu Kagoshima Ryuuhei,
kakekku bernama Kagoshima Ryuuta, kakek dari kakekku bernama Kagoshima
Ryuuto, kakek dari kakek dari kakekku lagi bernama Kagoshima Ryuuko, kakek dari
kakek dari kakek dari kakekku lagi bernama Kagoshima Ryuuzaki, terus---“
Ryuuji berbicara panjang lebar
sementara Tetsuya menghitung dengan jarinya sampai ia merasa kebingungan.
“Tunggu dulu, tunggu dulu,
tunggu dulu, tunggu dulu, tunggu dulu!!!!!!” Tetsuya menyela perkataan Ryuuji.
“Ada apa lagi?”
“Biar kutebak! Nama kakek dari
kakek dari kakek dari kakek dari kakekmu lagi adalah Kagoshima Ryuu!!!” Kata
Tetsuya dengan percaya diri.
“Haa?? Namanya Kagoshima Toru.”
Jawab Ryuuji.
Begitu mendengar jawaban itu,
Tetsuya langsung merasa seperti terkana hantaman sebuah batu yang keras tepat
di tengah wajahnya.
“Kau mau membuatku bingung, ya??!”
Kata pemuda berambut biru tua itu dengan nada kesal.
“Menurutmu? Aku hanya menjawab
pertanyaanmu.” Ryuuji menjawab dengan santainya.
“Ukh” Tetsuya kembali merasakan
sebuah batu yang berat dan besar menimpa kepalanya.
Tetsuya langsung memejamkan
matanya dan berkata ‘huh’ dengan pelan.
Beberapa saat kemudian, ia bisa
mendengar Ryuuji berkata ‘terima kasih’ dengan suara kecil namun ia tidak
menanggapinya dan hanya tersenyum sebelum akhirnya tertidur.
***-***
“Tetsuya-kun...”
“Tetsuya-kun...”
“Hm? Siapa itu?” Tetsuya berkata
pelan.
Ia berusaha membuka matanya yang
terasa masih sangat berat.
“Huh? Tempat apa ini? Kata
Tetsuya bingung begitu menyadari kalau sudah tidak berada lagi di kamar Ryuuji
dan berada di sebuah tempat yang tidak diketahuinya.
Tempat misterius itu dipenuhi
dengan bunga-bunga yang cantik dan penuh dengan warna.
Ah...taman bunga yang sangat
indah...
Tunggu...
Apa ini surga?
Apa ini artinya dia sudah mati??
Apa jangan-jangan ketika ia
tertidur malaikat pencabut nyawa tak sengaja maupun dengan sengaja mencabut
nyawanya?
Atau jangan-jangan...Paman
Kagoshima itu adalah seorang psikopat yang suka memakan daging anak-anak tak
berdosa seperti dirinya?
Bisa saja...ternyata Ryuuji yang
telah membunuhnya!!!
Tapi, jika Paman Kagoshima dan
Ryuuji adalah pembunuh berdarah dingin, maka itu berarti...orang yang dengan
sengaja ingin membunuh dan menyingkirkannya dari dunia ini adalah...
Kedua orang tuanya yang telah
menitipkannya ke rumah Paman Kagoshima di Kirikka!!
...........................
Tidak, tidak, tidak. Itu tidak
mungkin.
Itu hanyalah sebuah khayalan
mengerikan yang sama sekali tidak penting!!
Ia kemudian memutuskan untuk
berjalan dan menyusuri tempat aneh ini lebih dalam lagi dan berusaha mencari
tahu siapa yang telah memanggil namanya.
“Halo? Siapa yang tadi memanggil
namaku?” Teriaknya sambil berjalan.
Untuk beberapa saa, tidak ada
jawaban atas pertanyaannya sampai kemudian muncul sosok yang tidak asing lagi,
muncul dihadapannya dan langsung memeluknya!
“Uwaaa...!!” Terianya kaget.
“Tetsuya-kun...aku senang bisa
bertemu lagi denganmu...” Suaranya terdengar sangat lembut dan kecil.
“Suara ini...!!” Tetsuya
langsung tertegun begitu mendengar suara sosok kecil dihadapannya itu yang kini
telah memeluk tubuhnya dengan erat.
Sosok itu, tak lain adalah gadis
kecil berambut merah yang sangat manis itu...
Cinta pertama Tetsuya di
Kirikka!!
“Tetsuya-kun...” Katanya lembut.
“I--I--I--I--Iyaaa!!!” Jawabnya
dengan nada bicara gugup. Jantungnya berdebar dengan kencang dan wajahnya
berubah menjadi merah, melebihi warna merah sebuah tomat.
“Aku...”
Aku...”
“Aku mencin--“
BRUAAAAAASSH!!!!
“Waaa!!!”
“Kyaaaa!!”
Tiba-tiba, dari langit, turun
air tsunami yang sangat deras!!!!!
“Apa-apaan
iniiiiiiiiiii!!!!!!!!!!!!!????” Teriak Tetsuya dengan suara kencang.
“Hoi...Tetsu. Sampai kapan kau
mau tidur? Bangun, ini sudah pagi.”
Hm?
Tetsuya membuka matanya perlahan.
Tetsuya membuka matanya perlahan.
Ia memeluk gulingnya dengan erat
kemudian menoleh ke arah suara yang memanggilnya itu. Matanya masih setengah
terbuka dengan air liur yang masih menetes dari mulutnya.
“Hoi, Tetsuya!”
Rasanya ia kenal dengan suara
itu...
Tetsuya berusaha membuka mata
sepenuhnya. Dan, yang ia lihat adalah wajah Ryuuji. Tentu saja, Tetsuya langsung
berteriak kaget dan langsung bangkit dari tempat tidurnya. Kakinya tidak
sengaja menendang wajah Ryuuji. Akibatnya, Ryuuji jatuh kebawah dengan keras.
“Kuh! Ada apa denganmu!?” Teriak
Ryuuji sambil berusaha menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya.
Tetsuya mengusap-usap matanya.
“Ah, Ryuuji. Pagi.”
“Bukan ‘pagi’ tahu!!! Kenapa kau
tiba-tiba berteriak histeris seperti itu dan menendangku begitu saja!!!”
“Habisnya, kau tiba-tiba muncul
di hadapanku sih!!”
“Kau juga tidak bangun-bangun
meskipun aku sudah berteriak-teriak di depan telingamu!!!” Balas Ryuuji.
“Haah!!! Kalau kau ingin
membangunkanku, biasa saja! Tidak usah pakai air juga aku pasti akan bangun.”
Tetsuya berkata sambil menggaruk rambutnya yang berantakan.
“Mendengar ucapan Tetsuya,
Ryuuji tertegun.
“Air? Air apa? Aku tidak
membangunkanmu dengan air??”
“Ha? Lalu, yang basah-basah ini
ap--“ Ucapan Tetsuya terhenti ketika ia melihat cairan aneh di bagian
ranjangnya. Cairan yang sama juga ada dibagian celananya.
“Wuaaa!!! Kau ngompol ya,
Tetsuya!!!???” Teriak Ryuuji kaget.
“Huaaaaaa!!! Kenapa jadi seperti
ini!!!??” Tetsuya berteriak histeris sambil memukul-mukulkan kakinya ke tempat
tidurnya sementara Ryuuji berusaha menahan tawa.
***-***
A/N : Hay, minna XDD
Chapter 3-nya agak (bukan agak tapi sangaaaat) lama//plaaak
Banyak fanart numpuk merengek minta dikerjain...Ilustrasi numpuk...jadi pusing mau bikin duluan yang mana...
Rencananya sih, maunya fanart, ilustrasi, fanart, ilustrasi (cuma akhirnya malah kebanyakan fanart///duaaagh)
Ceritanya masih bosenin ya...
Ilustrasinya masih jelek...Tapi aku akan terus berlatih! Semoga di ch berikutnya ilustrasinya bisa semakin baik :)
Oh ya, kalau ada yang nyadar, hairlight-nya Tetsuya jadi beda (sengaja aku ubah) XD
Sebenarnya aku udah ga sabar waktu ch 5 atau ch 6, soalnya chara-chara penting sudah mulai bermunculan!!! Jadi ada banyak chara baru dan bakal rameee!!!!//nari-nari ga jelas
Oke, sekian, sankyuu buat yang udah mau mampir!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar