Selasa, 26 Agustus 2014

Story : Terdiam

 Story : Terdiam


*Another One-Shot Story :     First Love Butterfly
                                               Yuuji's Smile

                                               Waiting For You

                                               Fujiwara-san, A Story of Hope and Dream 
      
                                               One Hundred Years Cherry Blossom Tree 

                                               Rainy Girl

                                        
                                              Our Sweet Moment
  
                                               21 January     


* Read Another Stories :



Terdiam

Aku memejamkan kedua mataku perlahan. Perlahan, aku melihat senyumanmu yang sangat hangat. Aku bisa melihat wajahmu yang terlihat bahagia ketika kita pertama kali bertemu. Ketika kita pertama kali saling berpegangan tangan satu sama lain. Namun, meskipun aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku takkan pernah bisa melihat senyuman itu lagi. Aku tidak akan bisa merasakan genggaman tangan itu lagi. Aku tidak akan pernah bisa meraihnya lagi dengan kedua tanganku. Entah kenapa, tapi jarak diantara kita ini sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan untuk diingat dan dikenang. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Aku mengaduk segelas kopi yang ada di hadapanku. Bahkan, kopi yang hangat mulai berubah menjadi dingin seiring dengan berjalannya waktu. Sama seperti saat itu. Ketika senyumanmu yang hangat berubah menjadi dingin, sedingin es. Aku ingin bebas dari perasaan ini. Perasaan yang bercampur satu di dalam hatiku ini. Perasaan yang terus-menerus menyiksa ini. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Perlahan pandanganku teralihkan ke arah jam pasir yang terpajang di dekat mejaku. Aku melihat pasir tersebut terjatuh ke bawah sedikit demi sedikit. Terjatuh ke tempat di mana bayanganpun tidak akan nampak ketika kegelapan datang. Aku kembali teringat. Kita berdua sangat sering pergi ke café ini dan memesan segelas kopi yang hangat. Aku bisa senyuman itu ketika kau menggenggam tanganku dan berkata ‘Aku mecintaimu’. Hatiku langsung menari-nari gembira ketika pertama kali kau mengucapkan kalimat itu. Hanya bersama dengan dirimu, aku sudah merasa sangat senang. Kenyataan bahwa kau tidak ada lagi di sini, kenyataan bahwa aku tidak akan pernah melihat senyumanmu lagi, kenyataan bahwa aku tidak akan pernah bisa melihat wajahmu lagi,  kenyataan bahwa aku tidak akan pernah mendengar kau mengucapkan kata-kata itu lagi dan kenyataan bahwa kau tidak akan lagi bisa mencintaiku seperti saat itu. Aku tidak bisa mencintai orang lain. Aku tidak bisa. Selama hatiku masih menatap ke bawah, selama hatiku masih menatap ke arah masa lalu, maka aku tidak akan pernah bisa mencintai orang lain. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Aku bisa mengingat senyumanmu ketika kau meminum segelas kopi itu. Hanya dengan melihatnya, aku merasa sangat senang. Aku masih mengingat semua hal-hal menyenangkan yang selalu kita lakukan berdua. Aku masih mengingat hari itu. Ketika hari sedang hujan, kau langsung berlari ke arahku dan melepaskan mantelmu. Lalu, kau menaruhnya di atas kita supaya kita bisa berlindung dari hujan. Meskipun kau sedikit terkena hujan, tapi kau tidak pernah mengeluh. Yang kau katakan hanyalah ‘Kau tidak terkena hujan’kan?’. Kau hanya mengkhawatirkan diriku tanpa mengkhawatirkan dirimu. Aku sangat senang. Namun, semua itu sekarang ini hanyalah seperti sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang mungkin hanya terjadi sekali tanpa bisa diulangi lagi. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Aku tahu. Suatu saat nanti, takdir pasti memisahkan kita berdua. Hanya saja, kita tidak bisa mengetahui kapan hal itu terjadi. Kita hanya bisa menunggu sampai takdir memisahkan jalan kita. Sampai suatu saat nanti, kita berdua akan menjalani sebuah jalan yang berbeda yang tidak akan pernah bertemu lagi di sebuah titik yang akan menyatukan kita lagi. Aku kesepian karena kau tidak ada di sini. Tidak ada di sini untuk menemaniku. Aku tidak bisa mendengar suaramu mengatakan ‘Jangan khawatir, aku akan selalu bersama denganmu’. Aku tidak bisa mendengarmu memanggil namaku dengan lembut. Bahkan sampai saat ini, aku tidak ingin semua itu terjadi. Aku ingin bisa melihatmu setidaknya sekali lagi. Aku ingin menyentuh wajahmu yang lembut itu sekali lagi. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Aku bertanya-tanya, apa yang waktu ajarkan pada kita? Mungkinkah suatu saat nanti, waktu akan mengajariku untuk melupakanmu? Untuk tidak kembali mengingatmu lagi?
Hari di mana semua kesedihanku akan menghilang sedikit demi sedikit suatu saat nanti pasti akan datang, meskipun begitu, aku tidak tahu kapan hari itu akan datang untuk menghapus semua ingatanku tentangmu. Sejak kau tidak berada di sini lagi, aku selalu mengingatmu. Aku selalu membayangkan dirimu memelukku dengan tubuhmu yang hangat dan memanggil namaku. Tapi, tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam.
Aku sadar,kalau kita berdua tidak akan bisa saling menggapai lagi, aku sadar kalau kita berdua sudah tidak bisa saling menyentuh lagi.
Meskipun begitu, aku ingin dapat mengenang semua ini sedikit lebih lama lagi. Sampai hari di mana aku bisa melupakan dan melepaskanmu untuk selama-lamanya. Sampai hari di mana aku tidak lagi hanya terdiam dan bisa mengucapkan...
“Selamat tinggal...aku mencintaimu”.

THE END

A/N: Hai, minna XDD
lagi-lagi cerita ini juga terisnpirasi daru lagu he he
lagunya Kashiwagi Yuki, Chinmoku :)

sankyuu

Author,
Fujiwara Hatsune 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar