*Another One-Shot Story : First Love Butterfly
Yuuji's Smile
Fujiwara-san, A Story of Hope and Dream
One Hundred Years Cherry Blossom Tree
Rainy Girl
Star Gazer
Terdiam
Our Sweet Moment
21 January
* Read Another Stories :
WAITING FOR YOU
“Nee...Sampai
kapan kau mau terus menunggunya seperti itu, Azusa?” Tanya seorang pemuda
berambut hitam pendek ke arah seorang gadis bernama Azusa. Mereka duduk saling
berhadapan di sebuah cafe yang terletak
di tengah kota .
Azusa menghela
nafas pelan.
“Aku tidak
mengerti, Satoshi...tapi aku akan terus menunggunya sampai ia kembali lagi...”.
Satoshi mengaduk
kopi panas dihadapannya.
“Sampai kapan?”.
“Sampai dia
kembali lagi ke sisiku” Jawab gadis berambut hitam panjang itu singkat
“Iya, tapi
sampai kapan? Bahkan sampai saat ini belum ada kabar darinya. Kau yakin...dia
akan kembali kemari?” Tanyanya dengan nada sedikit ragu.
Azusa terdiam
lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Jalanan yang ramai terlihat
dengan jelas di matanya. Diantara kerumunan orang-orang itu, terlihat pula
mereka yang sedang bercanda dan tertawa ria bersama dengan pasangan mereka
masing-masing. Saat itu, bayangan ‘orang
itu’ kembali melintas.
“Dia sudah
janji” Katanya dengan suara pelan.
“Apa menurutmu
dia akan menepati janjinya?” Tanya Satoshi masih dengan keraguan.
“Aku tahu
seperti apa Seta itu. Selama 5 tahun aku menjalin hubungan dengannya, dia tidak
pernah mengingkari janjinya” Berlawanan dengan nada bicara Satoshi yang ragu,
nada bicara Azusa terdengar penuh dengan keyakinan dan kepercayaan.
“Itu dulu.
Ketika kau dan dia masih berhubungan. sekarang sudah hampir 3 tahun dia pergi
meninggalkanmu. Apa kau yakin dia masih orang yang sama dengan yang kau kenal
dulu?” Satoshi mengangkat cangkir kopinya dan mendekatkannya ke mulutnya.
“Satoshi,
dengarkan aku...aku yakin Seta tidak akan berubah. dan, aku yakin dia pasti
akan kembali lagi kemari. Ke sisiku, bersama denganku. Jadi, tolong berhentilah
bertanya seperti itu. Kumohon.” Kata Azusa dengan ekspresi sedih.
Satoshi hanya
bisa menghela nafasnya dan menggaruk rambutnya.
“Iya, iya aku
paham...Kalau kau berpikiran seperti
itu, maka aku tidak akan bertanya hal yang macam-macam lagi. Maaf, ya...”.
“Tidak apa-apa. Kau tidak perlu meminta maaf. Terima
kasih, Satoshi...karena kau sudah mau
menemaniku” Azusa bangkit dari kursinya dan berjalan pergi meninggalkan Satoshi
seorang diri.
Satoshi
memperhatikan detik-detik kepergian Azusa sampai pada akhirnya, gadis manis itu
tak terlihat lagi. Ia mengalihkan pandangannya ke cangkir kopi di hadapannya
yang masih tersisa setengahnya. Perlahan, ia menggenggam cangkir itu dengan
erat.
“Azusa...anda
saja kau tahu...”.
“Aku Minamoto Azusa, seorang gadis yang kini
telah menginjak usia 25 tahun. Laki-laki tadi, Fukushima Satoshi, sahabat
baikku sejak kecil yang selalu ada untukku. Kemudian, Seta Kyoushirou...”.
Azusa
menghentikan langkahnya dan terdiam di tepi jalan, diantara kerumunan orang-orang
yang melintas.
“Seta Kyoushirou... kekasihku yang telah
menjalin hubungan bersamaku selama 8 tahun. Awal pertama kali aku dan Seta
bertemu adalah ketika SMA. Saat itu, Seta sangat terkenal diantara para murid
dan banyak menarik perhatian gadis-gadis termasuk diriku. Namun,aku sangatlah
pemalu dan tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Rasanya,
seperti aku dan dia tidak ditakdirkan untuk bersama. Demo...keyakinanku yang
kecil itu berubah...menjadi bunga-bunga yang indah ketika aku menginjak usia 17
tahun...”.
“Minggir!”
Seorang pria menyenggol Azusa dan membuyarkan lamunannya. Dengan cepat, gadis
berambut panjang sepunggung itu kembali melangkahkan kakinya.
***-***
“Kaa-san...Aku pulang!” Kata Azusa sambil
melepaskan sepatunya.
“Ah...Azusa, Selamat
datang.” Balas seorang wanita paruh baya sambil berjalan pelan mendekati Azusa.
Azusa melihat ke
sana kemari seolah berusaha mencari sesuatu, kemudian ia menggaruk rambutnya
dan menatap ibunya lagi.
“Nee...sudah ada kabar dari Seta?” Tanya
Azusa.
“Seta? Tidak,
tidak ada surat atau telepon darinya” Jawab ibu Azusa.
Mendengar itu,
ekspresi wajah Azusa terlihat sedih.
“Begitu?...mungkin
besok...atau mungkin lain kali...” Azusa berjalan perlahan melewati ibunya.
Ketika ia
berjalan, ia mengalihkan pandangannya ke sebuah foto yang terletak didinding.
Di foto itu, terlihat beberapa orang berkumpul di dekat Azusa dengan ekspresi
bahagia.
“Foto itu...adalah foto yang diambil ketika
ulang tahunku yang ketujuh belas bersama dengan teman-teman dan keluargaku”.
Sesaat, ia
memperhatikan wajah-wajah di foto itu yang kini sudah beranjak semakin dewasa
dan bahkan sudah ada yang hidup dengan pasangan mereka masing-masing. Namun
sayangnya, seiring dengan itu juga, mereka kini tidak pernah saling kontak
lagi. Entahlah...mungkin mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Ekspresi wajah Azusa sedikit berubah ketika ia sampai pada wajah seorang
laki-laki berambut agak kecoklatan yang memakai kacamata.
“Laki-laki berambut kecoklatan yang agak
sedikit panjang itu...adalah Seta. Jujur saja, aku sama sekali tidak menyangka
kalau ternyata ia juga menyukaiku dan menyatakan perasaannya padaku saat hari
ulang tahunku yang ketujuh belas. Sungguh hadiah yang tidak ternilai...”.
Azusa terdiam
sesaat kemudian menghela nafas pelan. Tiba-tiba...
“Tunggu sebentar,
Azusa” Ibu Azusa menarik tangan putrinya itu.
“Hm? Ada apa>” Tanyanya.
“Aku hanya ingin
mengatakan sesuatu. Kuharap kau mau mendengarkanku kali ini” Ekspresi wajahnya
berubah serius.
“Tentang apa?
Apa masalah penting?” Tanya gadis itu semakin penasaran.
Ibunya
menganggukkan kepala pelan.
“Iya, ini sangat
penting”.
***-***
“Kaa-san menyuruhku untuk melupakan
Seta?!” Kata Azusa kaget sambil berdiri dari atas sofa di ruang tamu.
“Iya. kau harus
melupakan laki-laki itu” Kata ibu Azusa pelan.
“Ke--Kenapa?!
Kenapa kaa-san berkata seperti itu?
Kenapa aku harus melupakan Seta!!?”.
“Seta tidak akan
pernah kembali! Ini sudah saatnya bagimu untuk mencari pengganti Seta!!” Suara
ibu Azusa mulai berubah menjadi lebih keras.
“Seta pasti akan
kembali!! Dia sudah berjanji padaku!!! Dia pasti akan kembali!!!!” Bantah
Azusa.
“Ada apa ini?
Kenapa ribut-ribut?” Ayah azusa yang mendengar suara teriakan mereka berdua,
turun dari lantai 2 sambil membawa koran yang sedang dibacanya.
“Too-san!! Kaa-san menyuruhku untuk melupakan Seta!!! Mana mungkin ak—“.
“Lalu memangnya
kenapa? Too-san yang menyuruh kaa-san untuk menyampaikan hal itu
padamu” Katanya, menyela ucapan Azusa.
“Too-san yang--!!?? Ke--Kenapa??!!”
Teriak Azusa bingung.
“Karena,
laki-laki itu memang tidak akan pernah kembali lagi. Aku tahu kalau kau tidak
ingin menghianati cinta kalian berdua...tapi Azusa...kau harus lihat
kenyataannya. Tidak ada gunanya bagimu untuk menunggu laki-laki seperti itu.
Kau tidak sadar?! Dia sudah pergi meninggalkanmu selama 3 tahun! Tanpa kabar
sama sekali!! Jika dia memang masih mencintaimu, dia pasti akan meneleponmu
atau mengirim surat padamu! Tapi kenyatannya tidak’kan!?”.
“Mungkin dia
sibuk!!” Bantahnya lagi.
“Sesibuk apapun
seseorang mereka pasti masih memiliki waktu untuk orang yang mereka cintai.
Azusa, sudah waktunya kau memikirkan masa depanmu sendiri. Menunggu laki-laki
tidak jelas yang kau bilang akan menjadi calon suamimu di masa depan nanti,
hanya akan membuat kehidupanmu tidak terarah” Tambah ayah Azusa.
Ibu Azusa mendekati
putrinya dan menepuk bahunya.
“Too-san benar, Azusa. Sudah Waktunya kau
mencari pengganti Seta. Orang yang memang benar-benar layak untuk memilikimu
sepenuhnya dan tidak akan meninggalkanmu seperti ini”.
“Kalian berdua
tidak mengerti!! Seta pasti akan kembali!! Kami pasti akan menikah!” Teriak
Azusa sambil berlari menuju kamarnya.
“Azusa!!
Azusa!!!!” Panggil kedua orang tuanya serentak.
***-***
Azusa terdiam
seorang diri di dalam kamarnya yang gelap. Perlahan, ia duduk di atas tempat
tidurnya kemudian menyalakan laptop-nya. Cahaya dari layar laptop itu membuat
sedikit cahaya di dalam ruangan gelap itu.
Ia kemudian
membuka sebuah folder yang berisi kumpulan foto-fotonya dengan Seta. Senyuman
laki-laki yang telah mengisi hatinya itu...kembali terbayang dibenaknya.
“Saat-saat bersama dengan Seta adalah saat
yang terbaik dalam hidupku. Dia baik dan pengertian. Dia juga selalu memberikan
kejutan-kejutan untukku dan sangat romantis. Tapi...satu hal yang paling kusuka
darinya adalah...karena dia adalah milikku...tak seorangpun boleh memilikinya
selain diriku. Aku tahu, kami ditakdirkan untuk bersama sejak dia menyatakan
perasaannya padaku. Sampai saat ini, kami sudah 8 tahun berpacaran meskipun
selama 3 tahun...dia pergi meninggalkanku seorang diri...”.
Air matanya
mulai menetes ketika memperhatikan foto mereka berdua saling bergandengan
tangan di atas sebuah jembatan kecil berwarna putih dengan langit sore yang
menjadi latar belakangnya.
“Meskpun aku tidak ada di sisimu...aku tahu
kau akan baik-baik saja...”.
“Aku harus...ini semua untuk masa
depanku...”.
“Aku tidak akan melupakanmu...”.
“Aku pasti akan kembali lagi”.
“Ketika saat itu datang, aku ingin kau
memelukku dengan erat dan menyambutku dengan senyuman hangatmu...”.
“Ah...satu hal lagi...”.
“Aku akan selalu mencintaimu, Azusa...”.
Kalimat
itu kembali terngiang di telinga Azusa. Kalimat terakhir yang diucapkan oleh
Seta sebelum ia pergi ke Amerika...suara terakhir yang ia dengar...dan terakhir
kali ia melihat sosok Seta...
“Meskipun begitu, aku percaya pada Seta. Ia
sangat mencintaiku sama seperti aku mencintainya...aku hanya bisa
percaya...percaya bahwa dia akan kembali lagi kemari...”.
Air
mata itu sudah tak bisa terbendung lagi dan mengalir dengan deras. Ia lalu
merogoh sakunya dan mengeluarkan telepon genggamnya kemudian memencet nomor
Seta. Sayangnya, sejak kepergian Seta ke Amerika...nomor itu tidak bisa
dihubungi lagi...
Azusa
hanya bisa menggenggam telepon genggamnya dengan erat sambil berbicara pelan.
“Nee...Kau ada di mana...? Apa yang kau
pikirkan saat ini...? Hey...aku merindukanmu...kenapa kau tidak
menghubungiku...? Apa kau sedang sangat sibuk? Meskipun begitu...apa kau selalu
mengingatku setiap saat...?
Jujur
saja...sejak kau pergi saat itu...aku selalu memikirkanmu...setiap
saat...bahkan mungkin tiap detik...Sudah ribuan kali aku menyebut namamu...Hey,
apa kau juga selalu menyebut namaku di sana?”.
Azusa
berusaha menghapus air matanya.
“Seta...terkadang
muncul di dalam pikiranku...apakah suatu saat nanti akan datang hari di mana
aku bisa terbiasa tak melihatmu setiap hari, tak mendengar suaramu, dan tak
merasakan genggaman hangat dari tanganmu...Benar juga...kita selalu berjalan di jalan yang sama...entah
sejak kapan jalan itu menjadi terpisah...Hey...
Apa
kau sudah melupakanku...? Apa kau sudah melupakan semuanya...?
Ah...Maaf...Tak seharusnya aku berkata seperti
itu...Tidak mungkin aku bisa melupakanmu seperti itu...dan tak mungkin kau
melupakanku seperti itu...
Seta...sampai
hari di mana aku bisa bertemu denganmu lagi...dengan senyuman hangat itu...Aku
tidak akan pernah melupakan semua kebaikanmu dan semua kenangan manis yang
telah kita buat...aku hanya ingin bisa percaya dengan keajaiban itu sekali
lagi...bahwa kau akan kembali lagi ke sisiku...Aku percaya...bahwa perasaan ini
akan sampai padamu...aku akan terus menunggumu...
Dan...
Aku
juga sangat mencintaimu, Seta...”
***-***
1
bulan kembali berlalu sejak saat itu. Sampai saat ini...belum ada kabar dari
Seta...
Pusat kota...
“Nee...Azusa...hari Minggu besok ada
karnaval di pusat kota. Bagaimana?
Kau mau datang bersamaku...?” Tanya Satoshi sambil berjalan di samping Azusa.
“Etto...aku sedang tidak berminat untuk
pergi ke karnaval. Seperti anak kecil saja...” Katanya sambil tertawa kecil.
“Jangan
bicara seperti itu. Bagaimanapun kau itu butuh hiburan! Darpada terus
memikirkan Se—“ Sebelum Satoshi sempat menyelesaikan ucapannya, Azusa langsung
tertegun. senyuman di wajahnya langsung lenyap begitu saja.
“A--Ma--Maaf...aku
sama sekali tidak bermaksud seperti itu...” Katanya menyesal.
“Tidak
apa-apa...kau tidak perlu minta maaf. Lagipula kau tidak membuat kesalahan
apapun...” Jawab Azusa dengan senyuman kecil yang dipaksakan.
Melihat
sahabat baiknya merasa sedih akibat terus memikirkan Seta, Satoshi jadi ikut
merasa tidak enak. Ia kemudian menghentikan langkahnya.
“Etto...kenapa kau berhenti, Satoshi?”
Tanya azusa bingung.
“Nee...Azusa...” Kata Satoshi pelan.
“Apa?”.
“...............”.
“.................................”.
“......................................................”.
“Nee...tidak bisakah kau melupakan
Seta...?”.
Azusa
tertegun.
“Maksudmu...apa?”.
“Maksudku
adalah...aku ingin kau melupakan Seta...dan hidup bersama dengan laki-laki lain
yang lebih baik” Jawabnya.
“Kenapa...”
Tubuh Azusa mulai sedikit bergetar.
“Kenapa
kau tanya? Itu karena aku khawatir padamu! Tiap hari, yang ada dipikiranmu
hanyalah Seta! Aku tahu kalau kau sangat mencintai laki-laki itu!!
Tapi...bagaimana dengan ayah dan ibumu? Lalu...bagaimana denganku...?” Kata
Satoshi.
“Sudahlah...aku
tidak ingin kita membicarakan masalah ini lagi. Ayo” Azusa langsung kembali
melangkah tapi kemudian Satoshi langsung menarik tangannya.
“Azusa”.
“Lepaskan
aku...”.
“Azusa!!”.
“Kubilang
lepaskan aku!!”.
“Azusa!!!”.
Azusa
langsung menarik tangannya dan melepaskan genggaman tangan Satoshi.
“Sudah
kubilang lepas—“.
“LIHAT AKU!!!” Teriak
Satoshi sambil memegang bahu Azusa dengan kedua tangannya.
“Kenapa!!?
Kenapa begitu susah bagimu untuk melupakannya!!? Kenapa kau bersikeras untuk
terus menunggunya!!!? Bagaimana kalau ia tidak akan pernah kembali lagi!!!? Apa
kau akan terus menunggunya seumur hidupmu!!?” Teriak Satoshi cukup keras.
Pandangan orang-orang mulai tertuju ke arah mereka berdua.
“Iya!!
Aku akan terus menunggunya seumur hidupku!! Tak peduli berapa lama!!! 1 tahun
lagi...tidak...bahkan jika aku harus menunggu selama 10 tahun lagi, aku akan terus menunggunya!!”
Teriak Azusa.
“Baka!!!! Kenapa kau bisa sangat
mencintai laki-laki seperti itu!! Na—“.
“DIAM!!!!!!!” Azusa langsung melepaskan tangan Satoshi dari
bahunya.
“Kenapa!!!?
Apa bedanya Seta dengan laki-laki lain!!? Apa yang dia miliki dan tidak
dimiliki oleh laki-laki lain sehingga kau bisa sangat mengangguminya seperti
itu!!?”.
“Tolong...Mengertilah
perasaanku...” Air mata Azusa mulai menetes mengalir di wajahnya.
“Aku
mengerti kamu, Azusa!! Yang tidak kumengerti adalah...kenapa perasaanmu
terhadap Seta bisa sekuat itu!!!? Azusa...kumohon...sudah waktunya kau
melupakan Seta...dia tidak akan kembali lagi...sudah waktunya bagimu untuk
mencari penggantinya...” Satoshi kembali berusaha menggenggam tangan Azusa.
“Lepaskan aku!!!!!!!” Teriak Azusa keras kemudian langsung
berlari meninggalkan Satoshi seorang diri.
“Azusa!!
Azusa!!!” Panggil Satoshi.
“Tidak...aku tidak bisa terus seperti
ini...Azusa memang sangat mencintai Seta...dan tidak mungkin melihat ke orang
lain...apalagi orang seperti ku ini.
Aku
...hanya ingin dia tahu...
Azuza...Sebenarnya aku sangat menyukaimu...”.
***-***
“Haaah....haaah...”
Azusa berusaha mengatur nafasnya.
Ia
berlari tanpa memperhatikan ke arah kemana ia pergi dan tanpa sadar ia sudah
berada di suatu jembatan kecil berwarna putih dengan langit sore yang indah
sebagai latar belakangnya.
Ya.
Tempat favorit mereka berdua sekaligus tempat Azusa terakhir kali melihat Seta.
“Sudah hampir 3 tahun ini aku tidak pernah
kemari lagi...ternyata tempat ini sama sekali tidak berubah sejak saat itu...”.
Bayangan
Seta yang berjalan pergi tanpa menoleh ke arahnya itu kembali terbayang.
“Seta...apa kau masih ingat dengan tempat
ini...? Hey...dengarkan aku...aku masih ada di sini...di tempat kita
berdua...”.
Azusa
mengalihkan pandangannya ke arah langit dan mengangkat kedua tangannya.
“Seta...meskipun saat ini kita terpisah
jauh...tapi aku tetap yakin kalau kita berada di bawah langit yang sama. Dan
aku yakin...suatu saat nanti...kita berdua pasti akan kembali bertemu...di
sini...di tempat ini...
Sampai saat itu tiba...aku akan terus
menunggumu...”.
Tap Tap Tap
Azusa
tertegun. Suara langkah kaki seseorang terdengar berjalan mendekatinya.
Perlahan, Azusa menolehkan kepalanya ke samping dan...
“Ah...Bohong...Ini
bohong’kan? “ Kata Azusa terbata-bata
begitu melihat sosok yang berjalan dengan perlahan ke arahnya.
“Se—Seta!!!”
Teriak Azusa sambil langsung berlari dan memeluk kekasihnya itu.
“Syukurlah,
Seta...Ah...A—aku sangat merindukanmu!! Aku...selalu memikirkanmu setiap saat
sejak kau pergi...!! Satoshi dan kedua orang tuaku tidak percaya kalau kau akan
kembali dan...dan...mereka memaksaku untuk melupakanmu!!! Tapi...aku selalu
percaya padamu! Bahwa kau pasti akan kembali!! Bahwa kau akan kembali lagi
bersama denganku di sini!!! Dan ternyata...aku benar...kau kembali...kau
ternyata benar-benar kembali lagi...Terima kasih banyak...Seta...”.
Azusa
mempererat pelukannya.
“Seta...Aku
selalu mencintaimu.”
Mereka
berdua berpelukan selama beberapa saat, sampai pada akhirnya Seta melepaskan
pelukan Azusa...
“Azusa...Maaf’kan
aku...”.
Azusa
tertegun.
“Seta?”.
Seta
berbisik pelan di telinga Azusa.
“Aku ingin kau melupakannya”.
“A—“
Azusa terdiam. Rasanya mulutnya terkunci dengan sangat rapat.
Perlahan,
tangannya menggenggam tangan Seta yang entah kenapa terasa sangat dingin...tak
sehangat biasanya...seolah...semua perasaan cintanya telah menghilang...
“Ke--Kenapa....?” Kata Azusa pelan, tidak percaya
dengan apa yang barusan ia dengar.
Tiba-tiba...seorang
gadis manis muncul dari belakang dan berjalan ke samping Seta. Seta melepas
genggaman tangan Azusa dan menggandeng tangan gadis itu dengan sangat erat...
“Aku
tidak mengerti...” Kata Azusa sambil
menggelengkan kepalanya.
Seta
menundukkan kepalanya kemudian merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sesuatu dan
menyerahkannya kepada Azusa.
“Ah...”
Azusa hanya bisa terdiam ketika melihat undangan pernikahan Seta dengan gadis
itu.
“Jadi...seperti ini...aha ha ha...aku
mengerti sekarang...semua ini bukan mimpi...semua ini kenyataan...Seta...”.
Air
mata itu kembali menetes perlahan membasahi wajahnya.
“Azusa...Aku
benar-benar minta maaf...”.
Azusa
tersenyum kecil.
“Diam...”.
“Azusa...Aku...“
Kata seta berusaha mendekati Azusa dan meminta maaf.
“Aku
mengerti” Kata gadis itu sambil
berjalan mundur.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya gadis yang
sebentar lagi akan menikah dengan Seta itu.
“Aku
baik-baik saja!!” Teriak Azusa sambil berusaha mengusap air matanya.
“Azusa...”
Kata Seta pelan sambil berusaha mendekati Azusa.
“Jangan
dekati aku...kumohon jangan dekati aku...onegai...”.
Perlahan,
Azusa berbalik dan kembali berlari.
“Yang kudapatkan setelah 3 tahun menunggu
ini ternyata hanyalah sebuah kepalsuan...Seta memang mencintaiku...tapi setelah
ia pergi meninggalkanku dan menemukan seseorang yang lebih baik dariku...ia
langsung meninggalkanku begitu saja...
Jujur saja...hatiku masih terasa sangat
sakit...ternyata seperti ini rasanya dikhianati...penantianku selama 3 tahun
ini sia-sia...Aku merasa sangat bodoh karena telah merelakan waktu 3 tahun yang
berharga hanya untuk menunggu orang yang
tidak layak untuk kutunggu...benar-benar bodoh...”.
Seharian
penuh, Azusa terdiam di dalam kamarnya. Kedua orang tuanya sangat khawatir dan
membujuknya untuk keluar dan makan, tapi sayangnya Azusa tak mendengarkan
mereka dan tetap terdiam di dalam kamarnya. Kedua orang tua Azusa mengerti apa
yang sedang dialami oleh putri mereka satu-satunya itu. Dan mungkin...ia memang
membutuhkan waktu seorang diri selama beberapa saat...
“Nee...Azusa...Pagi...” Kata Satoshi
melalui telepon.
“Pagi...”
Jawab Azusa pelan.
“Ano...aku...hanya ingin tahu...”.
“Apa?”.
“K--Kau baik-baik saja...?”.
“Aha
ha ha...Aku baik-baik saja...” Jawabnya sambil tertawa kecil.
Hening...
“Satoshi?”.
“Ah! M--Maaf!!” Kata satoshi tiba-tiba.
“Untuk
apa?” Tanya Azusa dengan nada penasaran.
“U—untuk semuanya...untuk yang kemarin
dan...yah...A—aku sudah dengar beritanya...Aku—turut menyesal...” Kata
Satoshi sedikit terbata-bata.
Azusa
tersenyum kecil.
“Untuk
apa kau menyesal? Ini bukan salahmu...juga bukan salah Seta...ini semua adalah
salahku...”.
“A—Azusa!! Kenapa kau berkata seperti itu?”.
“Bukan
salahmu menyuruhku untuk melupakan Seta...dan bukan salah Seta juga untuk
mencari wanita yang lebih dariku...Ini semua salahku karena aku tidak
mendengarkan ucapanmu...Maaf’ya...Satoshi...waktu itu aku berteriak ke
arahmu...”.
“Tidak
apa-apa! Waktu itu aku juga berteriak ke
arahmu...jadi aku juga salah...E—etto...nee...Azusa...sekarang kau sedang apa?”.
“Aku...sedang
melakukan sesuatu...” Jawab Azusa.
Azusa
sedang terduduk di atas tempat tidurnya sambil membuka laptop-nya. Perlahan, ia
membuka folder yang berisi kumpulan foto-nya dengan Seta. Sesaat, ia tersenyum
dan memandangi foto itu sekali lagi...sebelum ia menekan tobol ‘delete’ dan menghapus semua foto
itu...untuk selamanya...
“Aku tahu. Tidak mungkin selamanya aku hidup
di dalam sebuah penyesalan...tidak ada yang salah dengan menunggu seseorang
yang kita cintai...meskipun ternyata ketika mereka kembali lagi...mereka sudah
kehilangan rasa cintanya terhadap kita...setidaknya kita berhasil membuktikan
rasa cinta kita kepada mereka meskipun sangat menyakitkan...
Begitu juga dengan Seta...tak ada salahnya
jika ia berusaha mencari yang terbaik. Dan, ternyata memang ini semua
kesalahanku karena berpikiran bahwa Seta-lah yang terbaik untukku padahal ada
banyak sekali orang yang mungkin mencintaiku... jauh lebih dalam dari Seta...
Mungkin sejak awal...aku dan Seta memang
tidak ditakdirkan untuk bersama...Karena itu aku tidak bisa marah dengan takdir
yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri...karena mau bagaimanapun juga...semua
ini telah diatur...Jauh sebelum kita lahir ke dunia ini...”.
“Ah...Aku mengerti! Nee...Azusa...besok...mau tidak kau pergi denganku ke karnaval di
pusat kota...? A—aku tahu kalau kau telah menolakku waktu itu...Ta--Tapi...!!
Bagaimanapun juga...aku ingin pergi bersama dengan Azusa!!!”.
Azusa
tertegun mendengar ucapan Satoshi yang tiba-tiba itu. Ia terdiam sejenak
kemudian tersenyum.
“Biarlah hari-hari di mana aku bertemu dan
jatuh cinta dengan Seta...hari-hari di mana kita berdua menghabiskan waktu
sambil bergandengan tangan...Biarlah itu semua menjadi kenangan indah yang akan
membimbingku...untuk menciptakan kenangan yang baru...dan jatuh cinta sekali
lagi...
Penantian panjang selama 3 tahun itu...kini
telah berakhir...Sekarang...mungkin sudah saatnya bagiku untuk mengganti waktu
3 tahun yang telah kubuang untuk menunggu Seta dengan kisah cinta yang baru.
Seseorang yang memang pantas untuk kutunggu...dan kuberikan seluruh cintaku...
“Kemanapun
boleh...
Lalu...
Aku ingin selalu bisa bersama denganmu...”.
THE END
A/N : Hai, minna XDD
ini sebenarnya salah satu ceritaku yang lama
Mungkin setelah ini aku bakal upload cerita-cerita lama yang pernah aku bikin :)
Sankyuu!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar