Minggu, 16 November 2014

Story : Hide and Seek Chapter 5



Story : Hide and Seek Chapter 5

*Read :
          Prologue 

              Chapter 1

             Chapter 2
            
             Chapter 3

             Chapter 4  

             Chapter 6

*Read Another Story :



One Shot-Stories
How To Make A Friend
 
Hide and Seek
[Don’t let Her Find You...]

Chapter 5 Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi
4 tahun yang lalu, sebuah keluarga mengalami kejadian tragis.
Keluarga Yamasaki.
Permainan ‘Hide and Seek’ yang diusulkan oleh sang adik, ternyata menjadi sebuah malapetaka.
Sang adik meninggal akibat kebakaran dan di saat yang sama, kedua orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan.
Rumornya, roh si anak kedua menunggu di dalam sebuah lemari, tempat dia bersembunyi sebelum akhirnya meninggal, menunggu sang kakak yang menghilang entah ke mana dan tidak ada kabarnya lagi, untuk melanjutkan permainan ‘Hide and Seek’ mereka yang belum terselesaikan.
4 tahun kemudian, 4 orang remaja, datang ke dalam bekas rumah keluarga Yamasaki untuk bermain permainan mistis ‘Hide and Seek’.
Mereka adalah Kazuya, Ryo, Aoi dan juga Yukari.
Kazuya yang sangat menyukai kisah mistik dan horor, memaksa ketiga sahabatnya yang lain untuk melakukan permainan tersebut.
Merasa nyawa mereka terancam, akhirnya Yukari memutuskan untuk mengikuti keinginan Kazuya.
Akhirnya, permainan di mulai!
Lagu telah dinyanyikan dan giliran mereka akhirnya di mulai!
Dengan seluruh keberanian yang ada, mereka melaju, menuju ke tempat di mana si roh anak kedua bersembunyi, di dalam lemari tua tersebut.
‘Aku menemukanmu’,
3 kali sudah diucapkan.
Pisau yang berlumuran darah juga sudah ditancapkan.
Sekarang, giliran mereka sudah berakhir.
Tapi,
Satu hal yang tidak mereka sadari...
Bahwa itu bukanlah akhir...
Tapi, awal di mulainya mimpi buruk bagi mereka!!

“Azamaki-kun...Apa kau mengunci pintunya?”
“Apa? Tidak. Bukannya sejak awal pintunya sudah tidak terkunci? Dan lagi, mana mungkin aku punya kunci rumah ini. Memangnya kenapa?”
“Pintunya tidak bisa dibuka.”
..............................
Pintunya--
“....................”
Yukari, Ryo dan Kazuya terdiam di tempatnya.
Butuh waktu agak lama untuk mencerna apa yang Aoi katakan.
Dan kalau bisa, mereka tidak ingin percaya...
...............................
“...........Apa?”
Yang pertama kali bicara adalah Kazuya.
Nada bicaranya penuh dengan rasa tidak percaya.
Pintu tidak bisa terbuka?
“Apa maksudmu, Aoi? Mana mungkin pintu itu tidak bisa di buka. Sejak awal kita masuk, pintu itu memang sudah tidak terkunci’kan? K--Kau jangan bercanda seperti itu ah! Tidak lucu!”
Yukari berkata sambil sedikit tertawa.
Ini hanya lelucon saja’kan?
Bagaimanapun juga, tidak mungkin tiba-tiba pintu itu bisa terkunci sendiri.
Iya’kan?
Aoi berusaha memutar gagang pintu tua itu sekali lagi, kali ini lebih keras dan cepat, sehingga menimbulkan suara berisik yang memenuhi ruangan yang sunyi ini.
“Aku tidak bercanda, Yukari-chan! Pintunya--Pintunya memang tidak bisa dibuka!!”
Ia berteriak sambil mengarahkan pandangannya ke arah Yukari dan lainnya.
Wajahnya terlihat panik dan ketakutan.
Semua memperhatikan Aoi yang terlihat putus asa, berusaha membuka pintu itu.Tubuh mereka serasa berat, dan tidak bisa bergerak sesuai keinginan mereka.
Padahal baru saja mereka pikir kalau semua ini telah berakhir!
Baru saja mereka pikir kalau mereka akan segera keluar dari rumah ini!!
Baru saja mereka pikir kalau mereka tidak akan mati!!!
Tapi--
 “Tidak mungkin--“
Ryo berkata singkat, kemudian berhenti.
Jantungnya berdebar semakin kencang.
--Yang terjadi, jauh diluar perkiraan mereka berempat.
Ryo bergerak maju ke samping Aoi.
“Biar aku coba.”
Ryo berkata sambil meletakkan tangannya di gagang pintu itu.
Rasanya dingin.
Dengan perlahan, ia mencoba menggerakkan gagang pintu itu.
Tapi tak ada gunanya.
Pintu tak kunjung terbuka.

BRAAAAKH

“Buka!! Ayo, buka! Sial!!!”

BRAAAKH BRAAAAAAKH

Ryo berusaha mendobrak pintu itu.
Namun, entah kenapa pintu itu terasa benar-benar keras seperti besi.

BRAAAAKH BRAAAKH!!!!!

“Buka!!! Buka pintunya-- Sial!! Kita terkunci!! Kita--Tidak bisa keluar dari rumah ini!!!”
 “.....................”
Tubuh Yukari gemetar.
Perlahan, keringat dingin mulai membasahi wajahnya.
Ia tidak ingin percaya, dengan kejadian ini, dengan kenyataan ini, ia tidak ingin percaya.
Kalau bisa, ia ingin bangun, ingin keluar dari mimpi buruk ini!
Tapi--
Sudah terlambat untuk berteriak minta tolong.
“............Bohong...”
Yukari berkata dengan suara pelan, suara yang penuh dengan keputusasaan.
Perlahan, tubuhnya mundur beberapa senti ke belakang dan dengan tatapan tidak percaya, ia menatap ke arah pintu itu. Yang bisa mereka berempat lakukan sekarang ini hanyalah, menghadapi kenyataan yang sudah ada di depan mereka.
Pintu telah terkunci, berarti--
 “Kita terjebak!! KITA TERJEBAK DI SINI!!!!
Teriak Yukari sambil memegang kepala dengan kedua tangan.
Ia bisa merasakan kalau air mata turun membasahi wajahnya.
 “Tidak mungkin! Kita tidak mungkin terjebak di sini!!”
“Kazuya!!”
Ryo berteriak ketika melihat Kazuya berlari dengan kencang ke arah pintu tua itu.
Kemudian--

BRAAAAKH!!!

“Kyaa!!”
Aoi yang berada di dekat pintu, langsung berteriak kaget dan menyingkir, begitu Kazuya menabrakkan diri ke pintu dengan keras.
Berharap bahwa pintu tua itu akan roboh begitu ia menabraknya dengan keras, ternyata pintu tua itu tidak bergeming sedikitpun.
Justru tubuh Kazuya terpantul dengan keras.
“Akh!!”
Teriak Kazuya begitu tubuhnya mendarat ke lantai dengan keras.
“Kau baik-baik saja?!”
Tanya Ryo sambil mendekati Kazuya yang berusaha berdiri.
“Sial!!! Kenapa jadi begini!!!? Kenapa tidak bisa terbuka!!!?”
Teriaknya sambil memukulkan tangannya ke lantai.
“.............Tidak mungkin...[Apa ini...? Kenapa jadi seperti ini...?].”
Ryo dan Kazuya yang masih terduduk, sama -sama mengalihkan pandangan ke arah suara itu berasal.
Di sana, nampak sesosok gadis berambut coklat pendek dengan ekspresi wajah sangat ketakutan.
“Ini tidak mungkin’kan...? Ini bohong!! [Bukannya tinggal selangkah lagi kita bisa keluar!!?].”
Teriak Yukari ketakutan.
Ryo yang melihat Yukari, bangkit berdiri dan berjalan ke arahnya.
Ia menyentuhkan tangannya ke arah Yukari.
“Tenanglah, Akihara--“
“Bagaimana mungkin kau bisa menyuruhku untuk bersikap tenang dalam situasi seperti ini!!!? [Kita bisa saja mati di sini!!!!].”
Yukari berteriak sambil menepis tangan Ryo.
“Sejak awal pintu ini tidak terkunci! Sejak awal pintu rumah tua ini selalu terbuka!!! Tapi--Tapi kenapa sekarang bisa terkunci seperti ini!!? Apa yang sebenarnya terjadi!!? Apa ini!!?”
Teriaknya tidak ingin percaya dengan semua ini.
“Aku paham bagaimana perasaanmu!!”
Pemuda  berambut putih yang biasanya selalu terlihat tenang itu, tiba-tiba meluapkan semua emosinya kepada Yukari.
Namun, Yukari justru menatap tajam ke arahnya dan sedikit mendorongnya.
“Kau tidak tahu bagaimana perasaanku!! Kalau kau tahu, kau tidak mungkin menyuruhku untuk tenang!!! AAAAAAAAAH!!!!!!! Siaaaaal!!!!!!”
Yukari berteriak dengan keras ke arah Ryo.
“Aku tidak  ingin mati sia-sia di sini!!!”
Ia lalu berlari menuju ke arah pintu tua itu.
“Yukari-chan!”
“Buka!! Jangan bercanda denganku!! Aku tidak mau mati!!! Cepat buka pintu ini dasar sialan!!!! BUKAAAA!!!!
“Akihara!”
Ryo langsung berlari ke arah Yukari yang tengah berusaha membuka pintu itu.
Gadis berambut coklat pendek itu menggerak-gerakkan gagang pintu itu dengan kasar dan cepat.
CEPAT BUKA PINTU INIIIII!!!!!!!
Teriaknya sambil terus menggoyang-goyangkan gagang pintu tua itu dengan sekuat tenaga.
Dengan kekuatan seperti itu, gagang pintu itu bisa hancur kapan saja.
BUKAAA!!!!!

BRAAAAKH

“.....................”
Semua terdiam.
Pandangan mereka fokus ke arah Yukari, nafasnya terdengar tidak beraturan. Tangannya gemetar sambil menggenggam gagang pintu yang telah patah itu. Dengan mata terbuka lebar, Yukari meregangkan genggamannya perlahan, dan gagang pintu itu jatuh ke lantai kayu tua yang sudah rapuh, menimbulkan bunyi ‘klang’ yang singkat.
“.............S--“
“Yukari-chan...”
“........Sial!!!”
Yukari berkata sambil memukul pintu itu dengan pelan.
Kazuya yang melihat itu, kembali memukulkan tangannya ke lantai dengan keras.
“Sial!! Kenapa jadi seperti ini!? Harusnya kita bisa keluar dari rumah ini!! Kita hanya bermain sampai giliran pertama lalu keluar! Di mana kita melakukan kesalahan!!?”
“Kazuya...”
“K--Kenapa tidak bisa terbuka--Kenapa tidak--Ukh!! KAU!!!
Tiba-tiba, Yukari berbalik dan menunjuk Kazuya.
“Ini semua gara-gara kau!!!”
Teriaknya ke arah pemuda bertopi itu.
“Gara-gara aku!!?”
Kazuya yang dari tadi masih terduduk di lantai, bangkit berdiri dan berhadapan dengan Yukari.
Mata mereka berdua yang memancarkan kebencian saling bertemu.
“Iya, ini semua gara-gara kau!!! Kau dan ide gilamu itu!!!!!”
“Pintu terkunci itu bukan salahku!!!”
Kazuya berteriak sambil menunjuk ke arah pintu, berusaha membela dirinya, tapi Yukari langsung menanggapinya dengan menarik kerah baju Kazuya.
“Apa-apaan ini!!!? Lepaskan aku!!”
“Aku tidak akan melepaskanmu lagi!! Kalau bisa, AKU AKAN MEMBUNUHMU SEKARANG JUGA DI SINI!!!!

“Sudah selesai?”


INI SAMA SEKALI BELUM SELESAI!!!
Yukari berteriak ke arah Kazuya dengan wajah penuh air mata.
“...................”
Ryo hanya bisa terdiam memperhatikan Yukari yang mencekram baju Kazuya lebih erat lagi.
“Kalau saja kau tidak memaksa kami untuk ikut dalam permainan gilamu ini, kalau seandainya aku tidak bodoh dan mengikuti permainan tidak masuk akal ini--!!!”

“Maaf menunggu lama. Kami akan ikuti permainanmu.”

“Maka semua ini pasti sudah selesai!! Kita tidak akan terjebak di dalam rumah tua sialan ini!! Apanya yang ‘Bermain sampai giliran pertama’!!? Harusnya kau sadar kalau hantu yang--Yang menyebalkan itu tidak akan melepaskan kita begitu saja!! Kalau dia akan terus mengejar kita, membuntuti kita dan--Dan--Kau lihat sekarang??!! Dia mengunci kita di sini! Dia mengurung kita, kau paham!!!?”

“Sebenarnya, ada satu cara supaya kalian bisa selamat dari sini. Yaitu dengan memilih untuk ikut bermain denganku. Jika kalian mau, maka kita akan memainkan permainan ini sampai giliran kita yang pertama selesai. Setelah itu, kita langsung keluar dari rumah ini. Bagaimana?”

“Itu semua cuma omong kosongmu!!!! Mana buktinya!!? Seenaknya saja kau berkata, kita akan selamat kalau mengikuti cara permainanmu!! Kau penipu!! KAU ITU--HANYA SEORANG PENIPU!!!”
“......................”
Kazuya hanya menatap Yukari dengan tatapan yang dingin.
“P--Padahal...Tinggal satu langkah lagi...Aku pikir kita semua akan bisa keluar dari rumah mengerikan ini!!! Tapi--Tapi--Kenapa jadi seperti ini!!!? Sudah jelas--INI SEMUA GARA-GARA KAU, KAZUYA!!!!
“Akihara, sudah hentikan!”
“Kau diam saja!!! Aku tidak ingin mendengarmu berteriak ke arahku, Ryo!!!”
Yukari berteriak keras ke arah Ryo yang langsung membuatnya tersentak kaget.
Ia lalu kembali menoleh ke arah Kazuya.
“Waktu itu, kau berani jamin’kan kalau kita akan selamat!!?”

“Siapa bilang kalau kita akan terbunuh!? Memang , semua orang yang masuk ke rumah itu dan melaukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu...tidak pernah keluar dari rumah keluarga Yamasaki. Tapi aku yakin, kalau kita tidak akan mati kali ini!! Aku berani jamin.”


“Apanya yang ‘Kita tidak akan mati’!!? Apa kau sadar kalau kau telah membawa kita satu senti lebih dekat dengan ‘Jurang kematian’!!? Beraninya--Kau mengatakan hal seperti itu padahal akhirnya akan jadi seperti ini!!!!”

DUAAAGH

Tubuh Kazuya langsung menabrak dinding, begitu Yukari memukul wajahnya dengan sangat keras.
“Hah...Hah...”
Yukari berusaha mengatur nafasnya yang berantakan.
Ia yang sekarang terlihat sangat menyedihkan dengan ekspresi itu di wajahnya.
“Padahal aku juga--“
Yukari mengepalkan tangannya yang bergetar.
“Padahal aku--“
“Padahal aku sudah berjanji pada semuanya kalau tidak akan ada hal buruk yang terjadi!!!”

Kalian...Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di tempat itu nanti. Tapi aku janji tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Karena itu...”


“Sekarang kau membuatku terlihat konyol di hadapan Ryo dan Aoi!!!”

DUAAGH!!

Sekali lagi, Yukari melayangkan pukulannya ke arah wajah Kazuya.
“Bodoh kau!! BODOH!!!!
“Akihara, hentikan semua ini! Apa kau tidak paham situasi kita saat ini!?”
Ryo menarik tangan Yukari, berusaha memisahkannya dari Kazuya.
“......................Aku paham!!! Aku--Aku--“
“............Hentikan...”
“..................”
Yukari dan Ryo sama-sama tertegun begitu mereka mendengar suara kecil itu.
“Kumohon... Hentikan...Hiks...Hiks...”
Sekali lagi, ia berkata dengan suara lemah yang disertai isak tangis.
Mereka menoleh ke arah sumber suara itu.
Di sana, Aoi masih berdiri di tempatnya semula, dengan wajah basah karena air mata.
“Aoi--“
“Hentikan, tolong hentikan! Jangan bertengkar di sini! Aku takut!!”
Teriak Aoi sambil menutup kedua telinganya kemudian jatuh terduduk.
“Aku tidak ingin mendengar semuanya lagi!! Sudah cukup!!!! Hentikan!!! Ukh, tolong hentikan!!”
Air matanya menetes ke lantai kayu tersebut.
Yukari sama sekali belum pernah melihat Aoi sangat ketakutan seperti ini.
Aoi yang ia tahu, selalu tersenyum, selalu terlihat tenang apapun yang terjadi.
“.................”
Tapi ia paham, kalau gadis berambut panjang tersebut bisa sampai ketakutan seperti itu.
Bagaimana tidak?
Ada satu hal yang sedang mereka hadapi bersama di sini.
Kematian.
“Aoi--Aku--“
Melihat ekspresi seperti itu di wajah Aoi, Yukari sama sekali tidak bisa mengatakan apapun.
Ia ingin mengatakan sesuatu seperti, ‘Tenanglah, aku ada di sini untuk melindungimu’.
Tapi kata-kata itu tidak mau keluar.
Sementara itu, Kazuya berusaha bangkit berdiri sambil menyeka darah di dekat bibirnya.
Tatapan matanya masih menunjukkan rasa kesal, tapi ia hanya berdiam diri di tempatnya sambil terus memperhatikan Aoi yang terus menangis.
“Hey...”
Tiba-tiba, Aoi berkata.
Suaranya terdengar penuh dengan rasa takut.
Semua pandangan langsung tertuju padanya.
“............Kita akan mati’kan...?”

DEG

“J--Jangan berkata seperti itu--!! Kita tidak akan--“
“Iya, kita akan mati!! Aku tahu itu! Kita pasti mati!!!”
“!!”
Yukari tersentak kaget begitu mendengar perkataan Aoi.
“Kita terjebak!! Kita akan mati! Aku tidak mau mati seperti ini!! Aku tidak mau!! Tidak mau!!!”
Aoi kembali berteriak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat itu, dengan cepat Yukari langsung berlari ke arah Aoi, kemudian memeluk tubuhnya dengan erat.
“Jangan seperti ini, Aoi! Kumohon jangan seperti ini!!”
“Aku tidak ingin mati! Tidak!! Hiks...Hiks...Yukari-chan...Aku takut...”
Kata Aoi terisak-isak sambil memegang erat baju Yukari.
“.........................”

Di sisi Ryo, entah kenapa ia kembali teringat akan perkataan Aoi pada saat itu.

“Kalau seandainya... Kalau seandainya aku mati di sini, tolong jaga Yukari-chan untukku, ya?”

“[Saat itu, kau bisa mengatakan hal seperti itu dengan senyuman di wajahmu...Tapi, kenapa sekarang kau--].”
Ryo mengepalkan kedua tangannya.
Senyuman yang ia tunjukkan pada saat mengatakan kata-kata itu, sekarang terasa seperti sebuah kebohongan bagi Ryo.
Pada waktu itu, ia merasakan keanehan dari kata-kata Aoi. Itu, adalah kata-kata yang selalu dikatakan oleh seseorang yang siap untuk mati.
Tapi, apakah kalian sadar?
Tidak ada orang yang siap untuk menghadapi kematian. Bagi semua orang, kematian merupakan hal yang sangat menakutkan, dan jika seandainya bisa, mereka pasti ingin menghindari kematian itu sendiri. Namun, tentu saja tidak ada yang mampu melakukannya. Yang bisa dilakukan hanyalah menunggu, sampai kematian itu sendiri datang menjemput kita.
Aoi juga pasti ketakutan ketika mengucapkan kalimat itu.
Tubuhnya pasti gemetar, hanya saja ia berusaha untuk menyembunyikannya.
Ryo memang tidak tahu alasan gadis pendiam itu mengatakan hal itu padanya, yang jelas, ada satu hal yang harus ia lakukan sekarang ini--
“[Tidak akan kubiarkan ada yang mati. Kita harus bisa keluar dari rumah ini!].”
Maka dengan tekad seperti itu, ia maju selangkah, kemudian ketika ia sadari, Ryo sudah berada tepat di depan Aoi dan Yukari.
Kazuya hanya menatapnya dari belakang.
“.............Jangan seperti itu, Asahina.”
Kata Ryo dengan suara pelan dan ekspresi dinginnya yang biasa.
“Fujiwara-kun...”
Aoi mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu, diikuti oleh Yukari.
Hanya sedikit, tapi Aoi bisa merasakan ketakutan yang tersembunyi di balik ekspresi dingin Ryo.
“.........Sewaktu itu, bukannya aku sudah janji padamu?”
“Janji...?”

“Jangan berkata seperti itu. Bukan hanya Akihara yang akan aku jaga...Tapi kau juga, Asahina.”

“Ah...”
Aoi berkata singkat dengan wajah sedikit kaget.
Sepertinya, ia teringat akan perkataan Ryo kepadanya saat itu.
Pemuda berambut berantakan itu kembali bicara.
“Aku sudah bilang, bukan cuma Akihara saja. Tapi, kau, dan bahkan Kazuya,”
Ryo menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah Kazuya yang masih berdiri di pojok ruangan sambil bersandar di dinding, lalu kembali melihat ke arah 2 gadis itu lagi.
“Tidak akan kubiarkan ada yang mati. Kita semua pasti akan keluar dari rumah ini! Tidak boleh sampai ada korban lagi!”
Ucapnya dengan nada yakin.
“................”
Yukari memperhatikan raut wajah yang dibuat oleh Ryo dengan tatapan tidak percaya.
Mana mungkin, si pemuda super dingin dan jujur saja, agak sedikit menyeramkan itu, bisa mengatakan sesuatu yang terkesan seperti tokoh-tokoh utama dalam drama maupun anime.
Menurut Yukari, kata-kata itu tidak akan pernah terlontar dari mulut Ryo.
Tapi, kenyataannya berkata lain. Ryo bisa dengan mudahnya mengatakan, semua kalimat yang ingin ia ucapkan dari tadi, namun rasa takut terlalu menguasai dirinya sehingga ia tidak mampu mengatakan bahkan sepatah katapun.
“Hah, hah...R--Ryo benar...”
Dengan nafas tidak beraturan, Kazuya bicara.
“Apapun yang terjadi, kita harus keluar dari tempat sialan ini! Aku juga tidak mau mati di sini!!”
Kazuya berkata sambil maju perlahan ke samping Ryo.
Yukari, yang berusaha mati-matian menekan amarahnya pada Kazuya, bertanya pada Ryo, ‘Apa yang harus mereka lakukan’, sambil terus memeluk erat tubuh Aoi yang gemetar.
“Lakukan apa saja. Kalau tidak bisa di dobrak, kita cari benda lain. Apa saja yang bisa kita gunakan untuk menghancurkan pintu tua ini!! Kapak atau--atau apapun!”
Ryo berkata dengan nada sedikit panik.
“K--Kita kembali ke dalam. Ayo, cepat!”
Kata Kazuya sambil menyodorkan tangannya ke arah Yukari.
“.....................”
Yukari tidak mengatakan apapun.
Melainkan, ia hanya memegang tangan Kazuya, tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun. Ekspresi kesal masih tergambar di wajahnya dengan jelas. Ia bangkit berdiri bersama Aoi, yang tidak melepaskan genggamannya pada baju Yukari.
Ryo kembali angkat suara.
“Semua, kita harus tenang. Ingat? Hantu itu--Belum tentu ada. Mungkin lemari itu memang ada, tapi bukti bahwa roh si anak kedua itu benar-benar ada belum terbukti’kan? Bisa saja, pintu ini tertutup karena tertiup angin...L--Lalu, ada ang menghalangi pintu ini di depan. Karena itu, jangan khawatir. Kita pasti akan keluar dari rumah ini!”
Meskipun ia berusaha mengatakan sisi positifnya, dan berkata kalau ‘hantu’ itu sebenarnya tidak ada, nada bicaranya terdengar tergesa-gesa, tidak tenang seperti biasanya.
Dengan itu, Kazuya, Yukari dan Aoi mengangguk pelan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain percaya pada pemuda berwajah pucat itu. Saat ini, pikiran mereka sedang dipenuhi oleh berbagai macam hal-hal buruk yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir jernih. Karena itu, mereka memerlukan Ryo untuk memimpin mereka, keluar dari masalah ini.
“Oke, jadi, kita mau cari di mana?”
Yang berbicara adalah Kazuya, dengan darah yang masih sedikit tersisa di dekat mulutnya.
“Baiklah, mungkin di--“

‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide and Seek’ denganku’

“........................................”
Ryo tertegun.
Tiba-tiba, wajahnya yang selalu terlihat tenang itu, menjadi tegang. Bola matanya melebar dan tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar.
Suara yang sepertinya menjadi milik seorang gadis kecil itu, menghilang ditelan kegelapan diikuti oleh suara tawa.
Apa itu tadi?
Apa karena ketakutan, ia mulai mendengar suara-suara yang seharusnya tidak ada?
Tapi,
Eskpresi yang sama, juga ditunjukkan oleh ketiga orang lainnya.
Itu berarti, bukan hanya Ryo yang mendengar suara nyanyian misterius itu. Melainkan mereka berempat mendengarnya bersamaan. Mereka hanya bisa terdiam. Membuat suasana yang sebelumnya sudah menegangkan, semakin menakutkan. Tak ada yang berbicara diantara mereka. Berusaha mencerna apakah suara itu benar-benar nyata atau tidak.
Namun, mata dan ekspresi mereka sudah mengatakan, bagaimana takutnya mereka saat ini.
“K--Kau dengar itu...?”
Yukari bicara dengan suara bergetar sementara Aoi, yang berdiri di sampingnya terlihat tidak percaya sambil menutup mulut, mencegah dirinya untuk berteriak sekeras mungkin.
“Tidak mungkin...Ini tidak--!!”
Kazuya berkata sambil berjalan mundur beberapa senti dari tempat ia berdiri.
Ia terus menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
“Kenapa--Suara itu seharusnya tidak ada!! Tapi kenapa--!!? Kenapa--“
Suara yang seharusnya tidak nyata itu terdengar!!?
Kazuya semakin berjalan mundur, sampai mendabrak dinding.
Terlihat keringat mengucur deras dari wajahnya.
Ia tidak tahu kalau semuanya akan berakhir seperti ini. Sejak awal, ia pikir semuanya akan berjalan sesuai dengan rencananya. ‘Tidak perlu merasa takut, kita hanya akan bermain sampai giliran pertama’, hal seperti itu yang terus ia ucapkan sejak awal.
Tapi sekarang mereka justru terkunci di dalam rumah ini, kemudian--
Mendengar sesuatu, yang seharusnya tidak mereka dengar.
Dan sekarang, Kazuya sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya di hadapan ketiga sahabatnya itu.
Permainan ‘Hide and Seek’ yang sebenarnya--
Baru saja di mulai...
“Ini nyata...”
Yukari berkata dengan suara pelan.
Kemudian ia berteriak,
“Ini nyata!! Semua ini benar-benar nyata!!! Baik permainan ‘Hide and Seek’, maupun lemari tua!! Dan juga roh si anak kedua itu nyata!! Tidak mungkin kita bisa berkeliling rumah untuk mencari senjata tajam!! Bahkan seelum kita beranjak dari sini--Dia pasti sudah akan meneukan kita!!! Kita akan terbunuh!! Permainan ini baru saja di mulai!!!”
Yukari yang sebelumnya masih bisa berpikir mungkin ada setitik harapan, mulai terdengar putus asa.
“Tidak!!! Kumohon hentikan!! Hentikan permainan ini sekarang juga!!! Aku ingin keluar!!! Keluarkan aku, tolong!!!”
Aoi berteriak sekuat tenaga, air mata kembali turun dari matanya yang berwarna biru.
Dengan erat, ia memegang lengan baju Yukari, seolah bisa saja tersobek kapan saja.
Ia tidak ingin mati seperti ini!
Mereka tidak ingin mati!!
Dan baru sekarang mereka menyadari, kalau ternyata, adalah keputusan yang salah bermain permainan kutukan di dalam rumah ini.
Roh si anak kedua, mulai menyanyikan lagunya...

‘4...5...6...Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi’

“!!!!!?”
Mereka kembali tertegun.
“Lagunya--“
Kata Yukari kemudian menutup mulut dengan kedua tangan.
Ia bisa merasakan, air mata turun membasahi wajahnya.
“[Mati--Kita pasti mati!!].”
Bait kedua sudah dinyanyikan.
Bahkan Ryo sama sekali tidak bisa berpikir cukup jernih, untuk membimbing semuanya seperti tadi. Ia benar-benar panik dan ketakutan!
Apa yang harus mereka lakukan!!?
“Tidak--Tidak!!! Kita harus lakukan sesuatu!”
Kazuya berteriak panik, berusaha mencari jalan keluar.
Hanya saja, tidak akan ada yang mampu memikirkan apapun dalam kondisi seperti ini.
“Semuanya tenang!! J--Jangan panik! Kalau kita menimbulkan suara, maka dia akan menemukan kita!!”
Ryo berkata dan menyuruh semuanya bersikap tenang.
Meskipun begitu, ia sendiri sudah tidak bisa bersikap tenang, wajahnya terlihat semakin pucat.
“A--Apa yang harus kita lakukan!!? Kalau lagunya selesai maka--“
Yang berbicara adalah Aoi.
Nada tenang yang biasa selalu ia gunakan saat bicaram berganti dengan nada penuh rasa takut.
Kalau lagu selesai, maka--
“Giliran hantu itu--!!”
Yukari menyambung ucapan Aoi.
Tubuhnya sudah semakin terasa berat, seolah bisa terjatuh kapan saja.
“Kalau sudah seperti ini--Maka tidak ada cara lain!! Kita harus--”
Ryo berusaha mengatakan sesuatu.
Hanya ada satu hal yang harus mereka lakukan agar selamat dari sini.
“Apa itu!!!? Cepat katakan!!? Sudah tidak ada waktu lagi!!!!”
Teriak Yukari ke arah Ryo tidak sabaran.
Pemuda berambut putih itu menatap ke arah gadis itu, kemudian berkata,
“K--Kita harus selesaikan permainan ini!!!”
Kata Ryo pada akhirnya.
“.................”
Semuanya, terlihat terkejut mendengar ucapan Ryo.
Menyelesaikan permainan ini...?
“G--Gila kau!!! Apa maksudmu dengan menyelesaikan permainan ini!!!? Kalau maksudmu adalah kita harus kembali ke lemari tua itu, aku tidak mau!!! Aku--Aku dan Aoi hanya ingin bisa keluar dari sini!!!!!!!!”
Yukari berteriak sambil melemparkan tatapan tajam ke arah Ryo.
“Memang ada pilihan lain!!?”
“!!!?”
Yukari sedikit kaget melihat Ryo yang terlihat marah.
Itu pertama kalinya, ia melihat Ryo berteriak, dan menunjukkan ekspresi lain selain wajahnya yang dingin dan selalu terkesan tidak peduli.
‘Memang ada pilihan lain?’
“Tidak ada!! Tidak ada pilihan selain kita harus pergi ke sana, kemudian mengakhiri permainan ini dengan cara yang seharusnya! Kau lihat’kan!? Kita tidak bisa kabur! Kita terjebak!! Dan satu-satunya cara untuk keluar dari rumah ini adalah--SELESAIKAN PERMAINAN BODOH INI!!!!!!
Suara Ryo bergema ke seluruh ruangan yang terdengar sunyi.
“..........................”
Dan, baik Yukari, Aoi maupun Kazuya, hanya bisa menatapnya dengan mata terbuka lebar.
Iya, Ryo benar.
Tidak ada cara lain untuk keluar dari sini selain dengan menyelesaikan permainan ini.
Hanya mencari kapak atau senjata lainnya demi mendobrak pintu saja, tidak akan cukup untuk menyelamatkan mereka, ketika ada hantu yang mengejar-ngejar mereka dibelakang, menunggu saat yang tepat untuk menancapkan pisau berlumuran darah itu ke tubuh mereka.
“Jadi--Kita harus lanjutkan...?”
Aoi berbicara dengan volume suara yang kecil.
Ryo terdiam sesaat, kemudian mengangguk pelan.
“Iya, kita harus lanjutkan.”
“Jadi, apa yang harus kita lakukan!? Kita ke sana berempat!!?”
Kata Yukari sambil berteriak ke arah Ryo.
Meskipun ia berusaha untuk tetap kuat, tapi tubuhnya yang gemetar tidak dapat ia sembunyikan.
“Jangan! Kalau berempat, maka kita pasti akan cepat ketahuan. Kalian harus ingat, kalau ini adalah permainan ‘Hide and Seek’. Menimbulkan suara dan keributan hanya akan membuat kita mati sia-sia. Kita harus berpencar!”
Usul Ryo.
‘Hide and Seek’.
Ini adalah permainan tentang ‘mencari’ dan juga ‘bersembunyi’.
Permainan yang memang sangat simple.
Tapi ternyata bisa jadi sangat mengerikan.
Aoi menanggapi perkataan Ryo barusan dengan ekspresi takut.
“Maksud Fujiwara-kun, k--kita harus berpencar ke sana!? Tidak! Aku tidak mau sendirian!”
Ia memegang lengan baju Yukari lebih erat lagi.
“Aoi...”
“Tidak ada pilihan lain, Asahina! Kita harus--“


 ‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’

“!!!?”
Mereka kembali tertegun.
Suara gadis kecil yang tengah menyanyikan sebuah lagu itu kembali memenuhi ruangan. Perlahan-lahan, suaranya menghilang.
“Satu bait lagi...”
Kata Yukari singkat.
Semuanya menelan ludah.
Sebentar lagi, permainan ‘Hide and Seek’ yang sebenarnya akan di mulai.
Menyadari sudah tidak ada waktu lagi, Ryo langsung mengatakan semua yang ada di kepalanya, segala cara agar mereka berempat bisa keluar dari rumah ini hidup-hidup.
“Cepat!! Kita harus segera bersembunyi!!! Cari tempat di manapun di dalam rumah ini! Pokoknya, yang berhasil sampai ke gudang terlebih dahulu, harus segera mengakhiri permainan ini!! Ayo!!”
“Tapi, bagaimana dengan salibnya!!? Kalau orang yang sudah terlebih dahulu sampai tidak membawa salibnya--“
“Jangan khawatir! Aku bawa empat salib. Kalian pegang pegang masing-masing satu!!”
Kazuya langsung menyela ucapan Yukari mengenai ‘salib yang harus mereka gunakan’, kemudian megeluarkan 4 buah salib dari dalam tasnya.
Mereka semua sekarang telah menggenggam masing-masing sebuah salib di tangan mereka.
Dan jujur saja, mereka tidak percaya, kalau mereka harus melakukan permainan ini sampai selesai.
“Apa harus dengan cara ini...?”
Yukari berkata sambil memandang salib yang berada di tangan kanannya.
“Harus! Kita yang sudah memulai, kita yang harus mengakhiri semuanya!!”
Ryo berkata dengan yakin kalau mereka pasti bisa menyelesaikan permainan mistis ini sampai selesai!
“Aku takut...Hiks...Hiks...”
Kata Aoi sambil memeluk erat salib ditangannya.
Yukari yang mendengar suara kecil Aoi, langsung mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Aoi yang berdiri di sampingnya.
Dengan lembut, ia meletakkan tangannya di pundak gadis berambut panjang itu.
“Jangan khawatir.”
“Yukari-chan...”
“Apapun yang terjadi, jangan bersuara, jangan berteriak! Langkahkan kakimu dengan perlahan menuju ke arah gudang. Kalau kau ketakutan, kau diam dan bersembunyi saja. Biar aku, Ryo atau Kazuya yang akan mengakhiri permainan ini!”
Yukari berkata sambil tersenyum.
Senyuman yang semenjak tadi terus menghilang, kembali terlihat di wajahnya.
Namun, hal sebaliknya justru tersembunyi di balik senyuman itu.
“[Apa yang aku katakan? Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Aku yang akan mengakhirinya? Aku saja tidak bisa menghentikan tubuhku yang gemetaran...Lalu...].”

“Jangan khawatir.”

“[Aku sama sekali tidak percaya dengan diriku sendiri...Kebohongan macam apa yang sudah aku ucapkan...].”
“Baiklah, setelah hitungan ketiga, kita berpencar, kemudian dengan perlahan-lahan menuju ke arah gudang. Paham?”
ketika Ryo berkata seperti itu, semua langsung menganggukkan kepala dengan jantung berdebar-debar.
“Ingat hal yang terpenting? Jangan sampai ada yang mati.”
Maka dengan satu kalimat terakhir, yang disertai dengan senyuman tipis itu, Ryo mulai menghitung.
1...
2...
3...

LARI!!! CARI TEMPAT BERSEMBUNYI!!! CEPAAAAT!!

DRAP DRAP DRAP

“Hi hi hi, mau bersembunyi dariku?
Percuma saja,
Karena di manapun dan kemanapun kau bersembunyi...
Aku pasti,
Akan menemukanmu...”


‘10...Waktumu sudah habis. Siap atau tidak, aku akan datang untuk mencarimu...’


***-***

A/N : Hai, minna XDD

Hi hi, sekarang giliran si hantu...
Kira-kira, siapa yang akan menang?
Tunggu kelanjutannya, hya ha ha ha//plaaaak





Next Chapter : Akhir Dari Permainan 'Hide and Seek'


Sankyuu!!

Author,
Fujiwara Hatsune