Story : Hide and Seek Chapter 5
One Shot-Stories
How To Make A Friend
Hide and Seek
[Don’t let Her Find You...]
Chapter 5 Di manapun dan ke manapun kau bersembunyi
4 tahun yang lalu, sebuah
keluarga mengalami kejadian tragis.
Keluarga Yamasaki.
Permainan ‘Hide and Seek’ yang
diusulkan oleh sang adik, ternyata menjadi sebuah malapetaka.
Sang adik meninggal akibat kebakaran
dan di saat yang sama, kedua orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan.
Rumornya, roh si anak kedua
menunggu di dalam sebuah lemari, tempat dia bersembunyi sebelum akhirnya
meninggal, menunggu sang kakak yang menghilang entah ke mana dan tidak ada
kabarnya lagi, untuk melanjutkan permainan ‘Hide and Seek’ mereka yang belum
terselesaikan.
4 tahun kemudian, 4 orang remaja,
datang ke dalam bekas rumah keluarga Yamasaki untuk bermain permainan mistis
‘Hide and Seek’.
Mereka adalah Kazuya, Ryo, Aoi dan
juga Yukari.
Kazuya yang sangat menyukai kisah
mistik dan horor, memaksa ketiga sahabatnya yang lain untuk melakukan permainan
tersebut.
Merasa nyawa mereka terancam,
akhirnya Yukari memutuskan untuk mengikuti keinginan Kazuya.
Akhirnya, permainan di mulai!
Lagu telah dinyanyikan dan
giliran mereka akhirnya di mulai!
Dengan seluruh keberanian yang
ada, mereka melaju, menuju ke tempat di mana si roh anak kedua bersembunyi, di
dalam lemari tua tersebut.
‘Aku menemukanmu’,
3 kali sudah diucapkan.
Pisau yang berlumuran darah juga
sudah ditancapkan.
Sekarang, giliran mereka sudah
berakhir.
Tapi,
Satu hal yang tidak mereka
sadari...
Bahwa itu bukanlah akhir...
Tapi, awal di mulainya mimpi
buruk bagi mereka!!
“Azamaki-kun...Apa kau mengunci
pintunya?”
“Apa? Tidak. Bukannya sejak awal
pintunya sudah tidak terkunci? Dan lagi, mana mungkin aku punya kunci rumah
ini. Memangnya kenapa?”
“Pintunya tidak bisa dibuka.”
..............................
Pintunya--
“....................”
Yukari, Ryo dan Kazuya terdiam di
tempatnya.
Butuh waktu agak lama untuk mencerna
apa yang Aoi katakan.
Dan kalau bisa, mereka tidak
ingin percaya...
...............................
“...........Apa?”
Yang pertama kali bicara adalah
Kazuya.
Nada bicaranya penuh dengan rasa
tidak percaya.
Pintu tidak bisa terbuka?
“Apa maksudmu, Aoi? Mana mungkin
pintu itu tidak bisa di buka. Sejak awal kita masuk, pintu itu memang sudah
tidak terkunci’kan? K--Kau jangan bercanda seperti itu ah! Tidak lucu!”
Yukari berkata sambil sedikit
tertawa.
Ini hanya lelucon saja’kan?
Bagaimanapun juga, tidak mungkin
tiba-tiba pintu itu bisa terkunci sendiri.
Iya’kan?
Aoi berusaha memutar gagang pintu
tua itu sekali lagi, kali ini lebih keras dan cepat, sehingga menimbulkan suara
berisik yang memenuhi ruangan yang sunyi ini.
“Aku tidak bercanda, Yukari-chan!
Pintunya--Pintunya memang tidak bisa dibuka!!”
Ia berteriak sambil mengarahkan
pandangannya ke arah Yukari dan lainnya.
Wajahnya terlihat panik dan
ketakutan.
Semua memperhatikan Aoi yang
terlihat putus asa, berusaha membuka pintu itu.Tubuh mereka serasa berat, dan
tidak bisa bergerak sesuai keinginan mereka.
Padahal baru saja mereka pikir
kalau semua ini telah berakhir!
Baru saja mereka pikir kalau
mereka akan segera keluar dari rumah ini!!
Baru saja mereka pikir kalau
mereka tidak akan mati!!!
Tapi--
“Tidak mungkin--“
Ryo berkata singkat, kemudian
berhenti.
Jantungnya berdebar semakin
kencang.
--Yang terjadi, jauh diluar
perkiraan mereka berempat.
Ryo bergerak maju ke samping Aoi.
“Biar aku coba.”
Ryo berkata sambil meletakkan
tangannya di gagang pintu itu.
Rasanya dingin.
Dengan perlahan, ia mencoba
menggerakkan gagang pintu itu.
Tapi tak ada gunanya.
Pintu tak kunjung terbuka.
BRAAAAKH
“Buka!! Ayo, buka! Sial!!!”
BRAAAKH BRAAAAAAKH
Ryo berusaha mendobrak pintu itu.
Namun, entah kenapa pintu itu
terasa benar-benar keras seperti besi.
BRAAAAKH BRAAAKH!!!!!
“Buka!!! Buka pintunya-- Sial!!
Kita terkunci!! Kita--Tidak bisa keluar dari rumah ini!!!”
“.....................”
Tubuh Yukari gemetar.
Perlahan, keringat dingin mulai
membasahi wajahnya.
Ia tidak ingin percaya, dengan
kejadian ini, dengan kenyataan ini, ia tidak ingin percaya.
Kalau bisa, ia ingin bangun,
ingin keluar dari mimpi buruk ini!
Tapi--
Sudah terlambat untuk berteriak
minta tolong.
“............Bohong...”
Yukari berkata dengan suara
pelan, suara yang penuh dengan keputusasaan.
Perlahan, tubuhnya mundur
beberapa senti ke belakang dan dengan tatapan tidak percaya, ia menatap ke arah
pintu itu. Yang bisa mereka berempat lakukan sekarang ini hanyalah, menghadapi
kenyataan yang sudah ada di depan mereka.
Pintu telah terkunci, berarti--
“Kita terjebak!! KITA TERJEBAK DI
SINI!!!!”
Teriak Yukari sambil memegang
kepala dengan kedua tangan.
Ia bisa merasakan kalau air mata
turun membasahi wajahnya.
“Tidak mungkin! Kita tidak mungkin terjebak di
sini!!”
“Kazuya!!”
Ryo berteriak ketika melihat
Kazuya berlari dengan kencang ke arah pintu tua itu.
Kemudian--
BRAAAAKH!!!
“Kyaa!!”
Aoi yang berada di dekat pintu,
langsung berteriak kaget dan menyingkir, begitu Kazuya menabrakkan diri ke
pintu dengan keras.
Berharap bahwa pintu tua itu akan
roboh begitu ia menabraknya dengan keras, ternyata pintu tua itu tidak
bergeming sedikitpun.
Justru tubuh Kazuya terpantul
dengan keras.
“Akh!!”
Teriak Kazuya begitu tubuhnya
mendarat ke lantai dengan keras.
“Kau baik-baik saja?!”
Tanya Ryo sambil mendekati Kazuya
yang berusaha berdiri.
“Sial!!! Kenapa jadi begini!!!?
Kenapa tidak bisa terbuka!!!?”
Teriaknya sambil memukulkan
tangannya ke lantai.
“.............Tidak mungkin...[Apa ini...? Kenapa jadi seperti ini...?].”
Ryo dan Kazuya yang masih
terduduk, sama -sama mengalihkan pandangan ke arah suara itu berasal.
Di sana, nampak sesosok gadis
berambut coklat pendek dengan ekspresi wajah sangat ketakutan.
“Ini tidak mungkin’kan...? Ini
bohong!! [Bukannya tinggal selangkah lagi
kita bisa keluar!!?].”
Teriak Yukari ketakutan.
Ryo yang melihat Yukari, bangkit
berdiri dan berjalan ke arahnya.
Ia menyentuhkan tangannya ke arah
Yukari.
“Tenanglah, Akihara--“
“Bagaimana mungkin kau bisa
menyuruhku untuk bersikap tenang dalam situasi seperti ini!!!? [Kita bisa saja mati di sini!!!!].”
Yukari berteriak sambil menepis
tangan Ryo.
“Sejak awal pintu ini tidak
terkunci! Sejak awal pintu rumah tua ini selalu terbuka!!! Tapi--Tapi kenapa
sekarang bisa terkunci seperti ini!!? Apa yang sebenarnya terjadi!!? Apa
ini!!?”
Teriaknya tidak ingin percaya
dengan semua ini.
“Aku paham bagaimana perasaanmu!!”
Pemuda berambut putih yang biasanya selalu terlihat
tenang itu, tiba-tiba meluapkan semua emosinya kepada Yukari.
Namun, Yukari justru menatap
tajam ke arahnya dan sedikit mendorongnya.
“Kau tidak tahu bagaimana
perasaanku!! Kalau kau tahu, kau tidak mungkin menyuruhku untuk tenang!!!
AAAAAAAAAH!!!!!!! Siaaaaal!!!!!!”
Yukari berteriak dengan keras ke
arah Ryo.
“Aku tidak ingin mati sia-sia di sini!!!”
Ia lalu berlari menuju ke arah
pintu tua itu.
“Yukari-chan!”
“Buka!! Jangan bercanda
denganku!! Aku tidak mau mati!!! Cepat buka pintu ini dasar sialan!!!! BUKAAAA!!!!”
“Akihara!”
Ryo langsung berlari ke arah
Yukari yang tengah berusaha membuka pintu itu.
Gadis berambut coklat pendek itu
menggerak-gerakkan gagang pintu itu dengan kasar dan cepat.
“CEPAT BUKA PINTU
INIIIII!!!!!!!”
Teriaknya sambil terus menggoyang-goyangkan gagang pintu tua
itu dengan sekuat tenaga.
Dengan kekuatan seperti itu, gagang pintu itu bisa hancur
kapan saja.
“BUKAAA!!!!!”
BRAAAAKH
“.....................”
Semua terdiam.
Pandangan mereka fokus ke arah Yukari, nafasnya terdengar
tidak beraturan. Tangannya gemetar sambil menggenggam gagang pintu yang telah
patah itu. Dengan mata terbuka lebar, Yukari meregangkan genggamannya perlahan,
dan gagang pintu itu jatuh ke lantai kayu tua yang sudah rapuh, menimbulkan
bunyi ‘klang’ yang singkat.
“.............S--“
“Yukari-chan...”
“........Sial!!!”
Yukari berkata sambil memukul pintu itu dengan pelan.
Kazuya yang melihat itu, kembali memukulkan tangannya ke
lantai dengan keras.
“Sial!! Kenapa jadi seperti ini!? Harusnya kita bisa keluar
dari rumah ini!! Kita hanya bermain sampai giliran pertama lalu keluar! Di mana
kita melakukan kesalahan!!?”
“Kazuya...”
“K--Kenapa tidak bisa terbuka--Kenapa tidak--Ukh!! KAU!!!”
Tiba-tiba, Yukari berbalik dan menunjuk Kazuya.
“Ini semua gara-gara kau!!!”
Teriaknya ke arah pemuda bertopi itu.
“Gara-gara aku!!?”
Kazuya yang dari tadi masih terduduk di lantai, bangkit
berdiri dan berhadapan dengan Yukari.
Mata mereka berdua yang memancarkan kebencian saling
bertemu.
“Iya, ini semua gara-gara kau!!! Kau dan ide gilamu
itu!!!!!”
“Pintu terkunci itu bukan salahku!!!”
Kazuya berteriak sambil menunjuk ke arah pintu, berusaha
membela dirinya, tapi Yukari langsung menanggapinya dengan menarik kerah baju
Kazuya.
“Apa-apaan ini!!!? Lepaskan aku!!”
“Aku tidak akan melepaskanmu lagi!! Kalau bisa, AKU AKAN MEMBUNUHMU SEKARANG JUGA DI SINI!!!!”
“Sudah selesai?”
“INI SAMA SEKALI BELUM SELESAI!!!”
Yukari berteriak ke arah Kazuya dengan wajah penuh air mata.
“...................”
Ryo hanya bisa terdiam memperhatikan Yukari yang mencekram
baju Kazuya lebih erat lagi.
“Kalau saja kau tidak memaksa
kami untuk ikut dalam permainan gilamu ini, kalau seandainya aku tidak bodoh
dan mengikuti permainan tidak masuk akal ini--!!!”
“Maaf menunggu lama. Kami akan ikuti permainanmu.”
“Maka semua ini pasti sudah
selesai!! Kita tidak akan terjebak di dalam rumah tua sialan ini!! Apanya yang ‘Bermain
sampai giliran pertama’!!? Harusnya kau sadar kalau hantu yang--Yang
menyebalkan itu tidak akan melepaskan kita begitu saja!! Kalau dia akan terus
mengejar kita, membuntuti kita dan--Dan--Kau lihat sekarang??!! Dia mengunci
kita di sini! Dia mengurung kita, kau paham!!!?”
“Sebenarnya, ada satu cara supaya kalian bisa selamat dari sini. Yaitu
dengan memilih untuk ikut bermain denganku. Jika kalian mau, maka kita akan
memainkan permainan ini sampai giliran kita yang pertama selesai. Setelah itu,
kita langsung keluar dari rumah ini. Bagaimana?”
“Itu semua cuma omong
kosongmu!!!! Mana buktinya!!? Seenaknya saja kau berkata, kita akan selamat
kalau mengikuti cara permainanmu!! Kau penipu!! KAU ITU--HANYA SEORANG
PENIPU!!!”
“......................”
Kazuya hanya menatap Yukari
dengan tatapan yang dingin.
“P--Padahal...Tinggal satu
langkah lagi...Aku pikir kita semua akan bisa keluar dari rumah mengerikan
ini!!! Tapi--Tapi--Kenapa jadi seperti ini!!!? Sudah jelas--INI SEMUA GARA-GARA KAU, KAZUYA!!!!”
“Akihara, sudah hentikan!”
“Kau diam saja!!! Aku tidak ingin
mendengarmu berteriak ke arahku, Ryo!!!”
Yukari berteriak keras ke arah
Ryo yang langsung membuatnya tersentak kaget.
Ia lalu kembali menoleh ke arah
Kazuya.
“Waktu itu, kau berani jamin’kan kalau
kita akan selamat!!?”
“Siapa bilang kalau kita akan terbunuh!? Memang , semua orang yang
masuk ke rumah itu dan melaukan permainan ‘Hide and Seek’ di rumah itu...tidak
pernah keluar dari rumah keluarga Yamasaki. Tapi aku yakin, kalau kita tidak
akan mati kali ini!! Aku berani jamin.”
“Apanya yang ‘Kita tidak akan mati’!!? Apa kau sadar kalau kau telah membawa kita satu senti lebih dekat dengan ‘Jurang kematian’!!? Beraninya--Kau mengatakan hal seperti itu padahal akhirnya akan jadi seperti ini!!!!”
DUAAAGH
Tubuh Kazuya langsung menabrak
dinding, begitu Yukari memukul wajahnya dengan sangat keras.
“Hah...Hah...”
Yukari berusaha mengatur nafasnya
yang berantakan.
Ia yang sekarang terlihat sangat
menyedihkan dengan ekspresi itu di wajahnya.
“Padahal aku juga--“
Yukari mengepalkan tangannya yang
bergetar.
“Padahal aku--“
“Padahal aku sudah berjanji pada
semuanya kalau tidak akan ada hal buruk yang terjadi!!!”
“Kalian...Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di tempat itu nanti. Tapi
aku janji tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Karena itu...”
“Sekarang kau membuatku terlihat
konyol di hadapan Ryo dan Aoi!!!”
DUAAGH!!
Sekali lagi, Yukari melayangkan
pukulannya ke arah wajah Kazuya.
“Bodoh kau!! BODOH!!!!”
“Akihara, hentikan semua ini! Apa
kau tidak paham situasi kita saat ini!?”
Ryo menarik tangan Yukari,
berusaha memisahkannya dari Kazuya.
“......................Aku
paham!!! Aku--Aku--“
“............Hentikan...”
“..................”
Yukari dan Ryo sama-sama tertegun
begitu mereka mendengar suara kecil itu.
“Kumohon... Hentikan...Hiks...Hiks...”
Sekali lagi, ia berkata dengan
suara lemah yang disertai isak tangis.
Mereka menoleh ke arah sumber
suara itu.
Di sana, Aoi masih berdiri di
tempatnya semula, dengan wajah basah karena air mata.
“Aoi--“
“Hentikan, tolong hentikan!
Jangan bertengkar di sini! Aku takut!!”
Teriak Aoi sambil menutup kedua
telinganya kemudian jatuh terduduk.
“Aku tidak ingin mendengar
semuanya lagi!! Sudah cukup!!!! Hentikan!!! Ukh, tolong hentikan!!”
Air matanya menetes ke lantai
kayu tersebut.
Yukari sama sekali belum pernah
melihat Aoi sangat ketakutan seperti ini.
Aoi yang ia tahu, selalu
tersenyum, selalu terlihat tenang apapun yang terjadi.
“.................”
Tapi ia paham, kalau gadis
berambut panjang tersebut bisa sampai ketakutan seperti itu.
Bagaimana tidak?
Ada satu hal yang sedang mereka
hadapi bersama di sini.
Kematian.
“Aoi--Aku--“
Melihat ekspresi seperti itu di
wajah Aoi, Yukari sama sekali tidak bisa mengatakan apapun.
Ia ingin mengatakan sesuatu
seperti, ‘Tenanglah, aku ada di sini untuk melindungimu’.
Tapi kata-kata itu tidak mau
keluar.
Sementara itu, Kazuya berusaha
bangkit berdiri sambil menyeka darah di dekat bibirnya.
Tatapan matanya masih menunjukkan
rasa kesal, tapi ia hanya berdiam diri di tempatnya sambil terus memperhatikan
Aoi yang terus menangis.
“Hey...”
Tiba-tiba, Aoi berkata.
Suaranya terdengar penuh dengan
rasa takut.
Semua pandangan langsung tertuju
padanya.
“............Kita akan
mati’kan...?”
DEG
“J--Jangan berkata seperti
itu--!! Kita tidak akan--“
“Iya, kita akan mati!! Aku tahu
itu! Kita pasti mati!!!”
“!!”
Yukari tersentak kaget begitu
mendengar perkataan Aoi.
“Kita terjebak!! Kita akan mati!
Aku tidak mau mati seperti ini!! Aku tidak mau!! Tidak mau!!!”
Aoi kembali berteriak sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat itu, dengan cepat Yukari
langsung berlari ke arah Aoi, kemudian memeluk tubuhnya dengan erat.
“Jangan seperti ini, Aoi! Kumohon
jangan seperti ini!!”
“Aku tidak ingin mati! Tidak!!
Hiks...Hiks...Yukari-chan...Aku takut...”
Kata Aoi terisak-isak sambil
memegang erat baju Yukari.
“.........................”
Di sisi Ryo, entah kenapa ia
kembali teringat akan perkataan Aoi pada saat itu.
“Kalau seandainya... Kalau seandainya aku mati di sini, tolong jaga
Yukari-chan untukku, ya?”
“[Saat itu, kau bisa mengatakan hal seperti itu dengan senyuman di
wajahmu...Tapi, kenapa sekarang kau--].”
Ryo mengepalkan kedua tangannya.
Senyuman yang ia tunjukkan pada
saat mengatakan kata-kata itu, sekarang terasa seperti sebuah kebohongan bagi
Ryo.
Pada waktu itu, ia merasakan
keanehan dari kata-kata Aoi. Itu, adalah kata-kata yang selalu dikatakan oleh
seseorang yang siap untuk mati.
Tapi, apakah kalian sadar?
Tidak ada orang yang siap untuk
menghadapi kematian. Bagi semua orang, kematian merupakan hal yang sangat
menakutkan, dan jika seandainya bisa, mereka pasti ingin menghindari kematian
itu sendiri. Namun, tentu saja tidak ada yang mampu melakukannya. Yang bisa
dilakukan hanyalah menunggu, sampai kematian itu sendiri datang menjemput kita.
Aoi juga pasti ketakutan ketika
mengucapkan kalimat itu.
Tubuhnya pasti gemetar, hanya
saja ia berusaha untuk menyembunyikannya.
Ryo memang tidak tahu alasan
gadis pendiam itu mengatakan hal itu padanya, yang jelas, ada satu hal yang
harus ia lakukan sekarang ini--
“[Tidak akan kubiarkan ada yang mati. Kita harus bisa keluar dari rumah
ini!].”
Maka dengan tekad seperti itu, ia
maju selangkah, kemudian ketika ia sadari, Ryo sudah berada tepat di depan Aoi
dan Yukari.
Kazuya hanya menatapnya dari
belakang.
“.............Jangan seperti itu,
Asahina.”
Kata Ryo dengan suara pelan dan
ekspresi dinginnya yang biasa.
“Fujiwara-kun...”
Aoi mengalihkan pandangannya ke
arah pemuda itu, diikuti oleh Yukari.
Hanya sedikit, tapi Aoi bisa
merasakan ketakutan yang tersembunyi di balik ekspresi dingin Ryo.
“.........Sewaktu itu, bukannya
aku sudah janji padamu?”
“Janji...?”
“Jangan berkata seperti itu. Bukan hanya Akihara yang akan aku
jaga...Tapi kau juga, Asahina.”
“Ah...”
Aoi berkata singkat dengan wajah
sedikit kaget.
Sepertinya, ia teringat akan
perkataan Ryo kepadanya saat itu.
Pemuda berambut berantakan itu
kembali bicara.
“Aku sudah bilang, bukan cuma
Akihara saja. Tapi, kau, dan bahkan Kazuya,”
Ryo menghentikan ucapannya dan
menoleh ke arah Kazuya yang masih berdiri di pojok ruangan sambil bersandar di
dinding, lalu kembali melihat ke arah 2 gadis itu lagi.
“Tidak akan kubiarkan ada yang mati.
Kita semua pasti akan keluar dari rumah ini! Tidak boleh sampai ada korban
lagi!”
Ucapnya dengan nada yakin.
“................”
Yukari memperhatikan raut wajah
yang dibuat oleh Ryo dengan tatapan tidak percaya.
Mana mungkin, si pemuda super
dingin dan jujur saja, agak sedikit menyeramkan itu, bisa mengatakan sesuatu
yang terkesan seperti tokoh-tokoh utama dalam drama maupun anime.
Menurut Yukari, kata-kata itu
tidak akan pernah terlontar dari mulut Ryo.
Tapi, kenyataannya berkata lain. Ryo
bisa dengan mudahnya mengatakan, semua kalimat yang ingin ia ucapkan dari tadi,
namun rasa takut terlalu menguasai dirinya sehingga ia tidak mampu mengatakan
bahkan sepatah katapun.
“Hah, hah...R--Ryo benar...”
Dengan nafas tidak beraturan,
Kazuya bicara.
“Apapun yang terjadi, kita harus
keluar dari tempat sialan ini! Aku juga tidak mau mati di sini!!”
Kazuya berkata sambil maju
perlahan ke samping Ryo.
Yukari, yang berusaha mati-matian
menekan amarahnya pada Kazuya, bertanya pada Ryo, ‘Apa yang harus mereka
lakukan’, sambil terus memeluk erat tubuh Aoi yang gemetar.
“Lakukan apa saja. Kalau tidak
bisa di dobrak, kita cari benda lain. Apa saja yang bisa kita gunakan untuk
menghancurkan pintu tua ini!! Kapak atau--atau apapun!”
Ryo berkata dengan nada sedikit
panik.
“K--Kita kembali ke dalam. Ayo,
cepat!”
Kata Kazuya sambil menyodorkan
tangannya ke arah Yukari.
“.....................”
Yukari tidak mengatakan apapun.
Melainkan, ia hanya memegang
tangan Kazuya, tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun. Ekspresi kesal masih tergambar
di wajahnya dengan jelas. Ia bangkit berdiri bersama Aoi, yang tidak melepaskan
genggamannya pada baju Yukari.
Ryo kembali angkat suara.
“Semua, kita harus tenang. Ingat?
Hantu itu--Belum tentu ada. Mungkin lemari itu memang ada, tapi bukti bahwa roh
si anak kedua itu benar-benar ada belum terbukti’kan? Bisa saja, pintu ini
tertutup karena tertiup angin...L--Lalu, ada ang menghalangi pintu ini di
depan. Karena itu, jangan khawatir. Kita pasti akan keluar dari rumah ini!”
Meskipun ia berusaha mengatakan
sisi positifnya, dan berkata kalau ‘hantu’ itu sebenarnya tidak ada, nada
bicaranya terdengar tergesa-gesa, tidak tenang seperti biasanya.
Dengan itu, Kazuya, Yukari dan
Aoi mengangguk pelan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain percaya pada
pemuda berwajah pucat itu. Saat ini, pikiran mereka sedang dipenuhi oleh
berbagai macam hal-hal buruk yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir
jernih. Karena itu, mereka memerlukan Ryo untuk memimpin mereka, keluar dari
masalah ini.
“Oke, jadi, kita mau cari di
mana?”
Yang berbicara adalah Kazuya,
dengan darah yang masih sedikit tersisa di dekat mulutnya.
“Baiklah, mungkin di--“
‘1...2...3...Ayo bermain ‘Hide
and Seek’ denganku’
“........................................”
Ryo tertegun.
Tiba-tiba, wajahnya yang selalu
terlihat tenang itu, menjadi tegang. Bola matanya melebar dan tubuhnya tidak
bisa berhenti bergetar.
Suara yang sepertinya menjadi
milik seorang gadis kecil itu, menghilang ditelan kegelapan diikuti oleh suara
tawa.
Apa itu tadi?
Apa karena ketakutan, ia mulai
mendengar suara-suara yang seharusnya tidak ada?
Tapi,
Eskpresi yang sama, juga
ditunjukkan oleh ketiga orang lainnya.
Itu berarti, bukan hanya Ryo yang
mendengar suara nyanyian misterius itu. Melainkan mereka berempat mendengarnya
bersamaan. Mereka hanya bisa terdiam. Membuat suasana yang sebelumnya sudah
menegangkan, semakin menakutkan. Tak ada yang berbicara diantara mereka.
Berusaha mencerna apakah suara itu benar-benar nyata atau tidak.
Namun, mata dan ekspresi mereka
sudah mengatakan, bagaimana takutnya mereka saat ini.
“K--Kau dengar itu...?”
Yukari bicara dengan suara
bergetar sementara Aoi, yang berdiri di sampingnya terlihat tidak percaya
sambil menutup mulut, mencegah dirinya untuk berteriak sekeras mungkin.
“Tidak mungkin...Ini tidak--!!”
Kazuya berkata sambil berjalan
mundur beberapa senti dari tempat ia berdiri.
Ia terus menggelengkan kepalanya,
tanda bahwa ia tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
“Kenapa--Suara itu seharusnya
tidak ada!! Tapi kenapa--!!? Kenapa--“
Suara yang seharusnya tidak nyata
itu terdengar!!?
Kazuya semakin berjalan mundur,
sampai mendabrak dinding.
Terlihat keringat mengucur deras
dari wajahnya.
Ia tidak tahu kalau semuanya akan
berakhir seperti ini. Sejak awal, ia pikir semuanya akan berjalan sesuai dengan
rencananya. ‘Tidak perlu merasa takut, kita hanya akan bermain sampai giliran
pertama’, hal seperti itu yang terus ia ucapkan sejak awal.
Tapi sekarang mereka justru
terkunci di dalam rumah ini, kemudian--
Mendengar sesuatu, yang seharusnya
tidak mereka dengar.
Dan sekarang, Kazuya sama sekali
tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya di hadapan ketiga sahabatnya itu.
Permainan ‘Hide and Seek’ yang
sebenarnya--
Baru saja di mulai...
“Ini nyata...”
Yukari berkata dengan suara
pelan.
Kemudian ia berteriak,
“Ini nyata!! Semua ini
benar-benar nyata!!! Baik permainan ‘Hide and Seek’, maupun lemari tua!! Dan
juga roh si anak kedua itu nyata!! Tidak mungkin kita bisa berkeliling rumah
untuk mencari senjata tajam!! Bahkan seelum kita beranjak dari sini--Dia pasti
sudah akan meneukan kita!!! Kita akan terbunuh!! Permainan ini baru saja di
mulai!!!”
Yukari yang sebelumnya masih bisa
berpikir mungkin ada setitik harapan, mulai terdengar putus asa.
“Tidak!!! Kumohon hentikan!!
Hentikan permainan ini sekarang juga!!! Aku ingin keluar!!! Keluarkan aku,
tolong!!!”
Aoi berteriak sekuat tenaga, air
mata kembali turun dari matanya yang berwarna biru.
Dengan erat, ia memegang lengan
baju Yukari, seolah bisa saja tersobek kapan saja.
Ia tidak ingin mati seperti ini!
Mereka tidak ingin mati!!
Dan baru sekarang mereka
menyadari, kalau ternyata, adalah keputusan yang salah bermain permainan
kutukan di dalam rumah ini.
Roh si anak kedua, mulai
menyanyikan lagunya...
‘4...5...6...Di manapun dan ke
manapun kau bersembunyi’
“!!!!!?”
Mereka kembali tertegun.
“Lagunya--“
Kata Yukari kemudian menutup
mulut dengan kedua tangan.
Ia bisa merasakan, air mata turun
membasahi wajahnya.
“[Mati--Kita pasti mati!!].”
Bait kedua sudah dinyanyikan.
Bahkan Ryo sama sekali tidak bisa
berpikir cukup jernih, untuk membimbing semuanya seperti tadi. Ia benar-benar
panik dan ketakutan!
Apa yang harus mereka lakukan!!?
“Tidak--Tidak!!! Kita harus
lakukan sesuatu!”
Kazuya berteriak panik, berusaha
mencari jalan keluar.
Hanya saja, tidak akan ada yang
mampu memikirkan apapun dalam kondisi seperti ini.
“Semuanya tenang!! J--Jangan
panik! Kalau kita menimbulkan suara, maka dia akan menemukan kita!!”
Ryo berkata dan menyuruh semuanya
bersikap tenang.
Meskipun begitu, ia sendiri sudah
tidak bisa bersikap tenang, wajahnya terlihat semakin pucat.
“A--Apa yang harus kita
lakukan!!? Kalau lagunya selesai maka--“
Yang berbicara adalah Aoi.
Nada tenang yang biasa selalu ia
gunakan saat bicaram berganti dengan nada penuh rasa takut.
Kalau lagu selesai, maka--
“Giliran hantu itu--!!”
Yukari menyambung ucapan Aoi.
Tubuhnya sudah semakin terasa
berat, seolah bisa terjatuh kapan saja.
“Kalau sudah seperti ini--Maka
tidak ada cara lain!! Kita harus--”
Ryo berusaha mengatakan sesuatu.
Hanya ada satu hal yang harus
mereka lakukan agar selamat dari sini.
“Apa itu!!!? Cepat katakan!!?
Sudah tidak ada waktu lagi!!!!”
Teriak Yukari ke arah Ryo tidak
sabaran.
Pemuda berambut putih itu menatap
ke arah gadis itu, kemudian berkata,
“K--Kita harus selesaikan permainan
ini!!!”
Kata Ryo pada akhirnya.
“.................”
Semuanya, terlihat terkejut
mendengar ucapan Ryo.
Menyelesaikan permainan ini...?
“G--Gila kau!!! Apa maksudmu
dengan menyelesaikan permainan ini!!!? Kalau maksudmu adalah kita harus kembali
ke lemari tua itu, aku tidak mau!!! Aku--Aku dan Aoi hanya ingin bisa keluar
dari sini!!!!!!!!”
Yukari berteriak sambil
melemparkan tatapan tajam ke arah Ryo.
“Memang ada pilihan lain!!?”
“!!!?”
Yukari sedikit kaget melihat Ryo yang
terlihat marah.
Itu pertama kalinya, ia melihat
Ryo berteriak, dan menunjukkan ekspresi lain selain wajahnya yang dingin dan
selalu terkesan tidak peduli.
‘Memang ada pilihan lain?’
“Tidak ada!! Tidak ada pilihan
selain kita harus pergi ke sana, kemudian mengakhiri permainan ini dengan cara
yang seharusnya! Kau lihat’kan!? Kita tidak bisa kabur! Kita terjebak!! Dan
satu-satunya cara untuk keluar dari rumah ini adalah--SELESAIKAN PERMAINAN
BODOH INI!!!!!!”
Suara Ryo bergema ke seluruh
ruangan yang terdengar sunyi.
“..........................”
Dan, baik Yukari, Aoi maupun
Kazuya, hanya bisa menatapnya dengan mata terbuka lebar.
Iya, Ryo benar.
Tidak ada cara lain untuk keluar
dari sini selain dengan menyelesaikan permainan ini.
Hanya mencari kapak atau senjata
lainnya demi mendobrak pintu saja, tidak akan cukup untuk menyelamatkan mereka,
ketika ada hantu yang mengejar-ngejar mereka dibelakang, menunggu saat yang
tepat untuk menancapkan pisau berlumuran darah itu ke tubuh mereka.
“Jadi--Kita harus lanjutkan...?”
Aoi berbicara dengan volume suara
yang kecil.
Ryo terdiam sesaat, kemudian
mengangguk pelan.
“Iya, kita harus lanjutkan.”
“Jadi, apa yang harus kita
lakukan!? Kita ke sana berempat!!?”
Kata Yukari sambil berteriak ke
arah Ryo.
Meskipun ia berusaha untuk tetap
kuat, tapi tubuhnya yang gemetar tidak dapat ia sembunyikan.
“Jangan! Kalau berempat, maka
kita pasti akan cepat ketahuan. Kalian harus ingat, kalau ini adalah permainan
‘Hide and Seek’. Menimbulkan suara dan keributan hanya akan membuat kita mati
sia-sia. Kita harus berpencar!”
Usul Ryo.
‘Hide and Seek’.
Ini adalah permainan tentang
‘mencari’ dan juga ‘bersembunyi’.
Permainan yang memang sangat
simple.
Tapi ternyata bisa jadi sangat
mengerikan.
Aoi menanggapi perkataan Ryo
barusan dengan ekspresi takut.
“Maksud Fujiwara-kun, k--kita
harus berpencar ke sana!? Tidak! Aku tidak mau sendirian!”
Ia memegang lengan baju Yukari
lebih erat lagi.
“Aoi...”
“Tidak ada pilihan lain, Asahina!
Kita harus--“
‘7...8...9...Aku pasti akan menemukanmu’
“!!!?”
Mereka kembali tertegun.
Suara gadis kecil yang tengah
menyanyikan sebuah lagu itu kembali memenuhi ruangan. Perlahan-lahan, suaranya
menghilang.
“Satu bait lagi...”
Kata Yukari singkat.
Semuanya menelan ludah.
Sebentar lagi, permainan ‘Hide
and Seek’ yang sebenarnya akan di mulai.
Menyadari sudah tidak ada waktu
lagi, Ryo langsung mengatakan semua yang ada di kepalanya, segala cara agar
mereka berempat bisa keluar dari rumah ini hidup-hidup.
“Cepat!! Kita harus segera
bersembunyi!!! Cari tempat di manapun di dalam rumah ini! Pokoknya, yang
berhasil sampai ke gudang terlebih dahulu, harus segera mengakhiri permainan
ini!! Ayo!!”
“Tapi, bagaimana dengan
salibnya!!? Kalau orang yang sudah terlebih dahulu sampai tidak membawa
salibnya--“
“Jangan khawatir! Aku bawa empat
salib. Kalian pegang pegang masing-masing satu!!”
Kazuya langsung menyela ucapan
Yukari mengenai ‘salib yang harus mereka gunakan’, kemudian megeluarkan 4 buah
salib dari dalam tasnya.
Mereka semua sekarang telah
menggenggam masing-masing sebuah salib di tangan mereka.
Dan jujur saja, mereka tidak
percaya, kalau mereka harus melakukan permainan ini sampai selesai.
“Apa harus dengan cara ini...?”
Yukari berkata sambil memandang
salib yang berada di tangan kanannya.
“Harus! Kita yang sudah memulai,
kita yang harus mengakhiri semuanya!!”
Ryo berkata dengan yakin kalau
mereka pasti bisa menyelesaikan permainan mistis ini sampai selesai!
“Aku takut...Hiks...Hiks...”
Kata Aoi sambil memeluk erat
salib ditangannya.
Yukari yang mendengar suara kecil
Aoi, langsung mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Aoi yang berdiri di
sampingnya.
Dengan lembut, ia meletakkan
tangannya di pundak gadis berambut panjang itu.
“Jangan khawatir.”
“Yukari-chan...”
“Apapun yang terjadi, jangan
bersuara, jangan berteriak! Langkahkan kakimu dengan perlahan menuju ke arah
gudang. Kalau kau ketakutan, kau diam dan bersembunyi saja. Biar aku, Ryo atau
Kazuya yang akan mengakhiri permainan ini!”
Yukari berkata sambil tersenyum.
Senyuman yang semenjak tadi terus
menghilang, kembali terlihat di wajahnya.
Namun, hal sebaliknya justru
tersembunyi di balik senyuman itu.
“[Apa yang aku katakan? Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Aku yang
akan mengakhirinya? Aku saja tidak bisa menghentikan tubuhku yang
gemetaran...Lalu...].”
“Jangan khawatir.”
“[Aku sama sekali tidak percaya dengan diriku sendiri...Kebohongan macam
apa yang sudah aku ucapkan...].”
“Baiklah, setelah hitungan
ketiga, kita berpencar, kemudian dengan perlahan-lahan menuju ke arah gudang.
Paham?”
ketika Ryo berkata seperti itu,
semua langsung menganggukkan kepala dengan jantung berdebar-debar.
“Ingat hal yang terpenting?
Jangan sampai ada yang mati.”
Maka dengan satu kalimat
terakhir, yang disertai dengan senyuman tipis itu, Ryo mulai menghitung.
1...
2...
3...
“LARI!!! CARI TEMPAT
BERSEMBUNYI!!! CEPAAAAT!!”
DRAP DRAP DRAP
“Hi hi hi, mau bersembunyi
dariku?
Percuma saja,
Karena di manapun dan kemanapun
kau bersembunyi...
Aku pasti,
Akan menemukanmu...”
***-***
A/N : Hai, minna XDD
Hi hi, sekarang giliran si hantu...
Kira-kira, siapa yang akan menang?
Tunggu kelanjutannya, hya ha ha ha//plaaaak
Visit My Ngomik : http://fujiwara_hatsune.ngomik.com/
Visit My DA : http://hatsu-xxx.deviantart.com/
Next Chapter : Akhir Dari Permainan 'Hide and Seek'
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune