*Read :
*Read Another Stories :
Chapter 5 Kawada Emi
“Lho?”
Riya bangkit
dari tempat tidurnya.
“Kok buku itu
tidak ada? Perasaan, aku letakkan di atas tempat tidurku... Hmm, biarkan saja
deh. Aku juga tidak butuh. Tidak ada yang butuh.”
Riya kembali
tiduran di atas tempat tidurnya dan memeluk gulingnya.
Ia kembali
membuka mata, ketika menyadari bahwa tangannya masih menggenggam gambar Kawada
Emi.
“...............”
Ia kembali
memandangi gambar Kawada Emi.
“............Ini
biar aku simpan saja...”
Kata Riya pelan,
kemudian tertidur.
***-***
“Ibu, aku
berangkat dulu, ya!”
“Iya, hati-hati
di jalan!”
Hari ini,
seperti biasa Riya selalu pergi buru-buru ke sekolah.
Itu karena dia
punya penyakit ‘Susah bangun pagi’, yang sejak dulu belum ditemukan obat
penawarnya.
“Duh, 15 menit
lagi mas--Akh!”
Riya hampir saja
tersandung dan ketika itu ia baru saja menyadari kalau tali sepatunya belum
terikat dengan benar.
Jadi, ia
menghabiskan semenit berikutnya untuk mengikat tali sepatu --> karena sedang
panik, dia tiba-tiba lupa cara mengikat tali sepatu.
“Lho, kamu masih
ada di sini?”
Tanya ibu Riya
yang melihat putrinya bahkan belum keluar dari halaman.
“Iya, sebentar lagi.”
Jawabnya tanpa
menoleh ke arah ibunya yang sekarang sudah berdiri di belakangnya.
Tiba-tiba Riya
tertegun.
Ia lalu menoleh
ke arah ibunya.
“Haruko dan Runa
tidak datang ke sini?”
Tanyanya.
“Eh, mereka
berdua? Tidak.”
Mendengar
jawaban itu, Riya tidak bisa menahan dirinya untuk menghela nafas kesal.
“[Biasanya mereka berdua selalu datang ke
rumahku tiap pagi untuk berangkat sekolah bersama. Tapi, kenapa sekarang mereka
justru terkesan seperti meninggalkan aku sendiri?].”
Batin Riya.
“Yah, tidak ada
yang bisa aku lakukan soal i--“
“Tolong angkat
sofa-nya. Lemarinya juga, tolong letakkan di situ.”
“Hm?”
Mendengar ada
suara ribut-ribut di rumah sebelah, Riya mengangkat wajahnya dan melihat ke
arah rumah di sebelahnya itu.
“Hati-hati,
barang itu mudah pecah.”
“Sepertinya, ada
yang baru pindah ke sebelah rumah kita...”
Ibu Riya ikut
berkomentar.
Rumah di sebelah
itu dulunya adalah rumah keluarga Watanabe.
Karena harus
berpindah pekerjaan, maka meskipun baru satu bulan tinggal di daerah ini,
mereka harus segera pindah.
Dan rumah itu
ditinggalkan dalam keadaan kosong.
Yah, tidak
sampai pagi ini.
“.............Siapa,
ya? Tetangga baru kita?”
Tanya Riya
penasaran.
“Ibu juga tidak
tahu. Tapi, nanti ibu akan ke sana dan memberi salam pada mereka. Kau berangkat
sekolah saja.”
Ibu Riya berkata
sambil mengibas-ngibaskan tangannya, seperti mengusir seekor kucing.
“Ukh...Baik, aku
pergi. Dah.”
“Dah. Belajar
yang rajin!”
Balas ibunya
sambil melambaikan tangan.
“Eh, Riya!
Pagi.”
Begitu sampai di
gerbang sekolah, Riya langsung disambut oleh senyuman hangat dari Runa dan
Haruko yang berjalan ke arahnya.
Riya, yang
sebenarnya masih sedikit kesal karena Haruko dan Runa telah meninggalkannya,
berusaha tersenyum.
“Pagi. Kalian
baru sampai?”
Tanya Riya pada
2 sahabatnya itu.
“Iya, tadi aku
dan Haruko mampir sebentar ke mini market untuk membeli es krim. Fyuuh,
akhir-akhir ini udaranya panas sekali!”
Kata Runa sambil
menyeka keringat di dahinya.
“Oh.”
Riya berkata
singkat.
“[Berdua lagi, ya?...........Ternyata pada
akhirnya tidak ada yang berubah. Baik kemarin, sekarang, maupun besok, aku akan
terus seprti hantu di tengah mereka berdua...Seandainya saja, kami
berempat...Pasti akan lebih mudah untukku...].”
“........................”
Dibandingkan
dengan Runa yang pagi-pagi sudah bersemangat sekali, Haruko justru terlihat
agak murung.
“Ng...Riya...”
Haruko memanggil
Riya dengan suara pelan, hampir saja ia tidak mendengar gadis itu memanggilnya.
“Ada apa?”
“..........Maaf,
tadi kami tidak mampir ke rumahmu seperti biasanya dan justru meninggalkanmu
seperti itu.”
“Eh?”
Riya sedikit
tertegun dengan permintaan Haruko yang tiba-tiba.
Jujur, ia tidak
menyangka kalau Haruko akan merasa tidak enak dengan hal seperti itu. Karena
sebaliknya, Runa kelihatan tidak masalah ketika meninggalkan Riya.
Haruko
melanjutkan ucapannya.
“Sedikit-sedikit
aku sadar kalau aku mungkin terlalu banyak menghabiskan waktuku dengan Runa dan
seringkali mengacuhkanmu. Aku paham kalau kau merasa kesal. Tapi, aku serius
berteman denganmu dan bukan hanya pura-pura!”
Kata Haruko,
kemudian ia menoleh ke arah Runa.
“Iya’kan, Runa?”
“Apa?”
Runa kelihatan
kaget dengan pertanyaan itu.
“Kau juga...Serius
berteman dengan Riya’kan?”
“...........A--Aku...”
“....................”
Riya hanya
menatap ke arah Runa, yang sepertinya kebingunan untuk menjawab pertanyaan
simple itu.
Apa yang
sebenarnya gadis itu pikirkan?
Beberapa detik
kemudian, Runa langsung tersenyum dan menepuk pundakku, seperti sahabat akrab.
“T--Tentu saja
aku serius berteman dengan Riya! Dia baik...Dan...Dan...”
“[Dan apa? Hah??].”
“Dan karena
Haruko menjadi temannya, maka aku juga--“
“.....................”
Dan karena Haruko menjadi temannya
Kata-kata itu
seolah menjadi sebuah tamparan keras di wajah Riya.
Ia sudah tahu
kalau Runa tidak begitu menyukainya. Dan sepertinya, bukan hal yang mengejutkan
bagi Riya kalau gadis itu akan mengatakan hal seperti itu.
Menjadi
sahabatnya karena Haruko juga menjadi sahabatnya...
Sejak awal, yang
gadis itu pedulikan hanyalah Haruko. Ia tidak pernah peduli sedikitpun tentang
Riya.
Namun,
mendengarnya berkata seperti itu tepat di hadapannya secara langsung seperti
ini, entah kenapa terasa sangat menyakitkan.
“Jadi, apa kau mau
memaaf’kan kami, Riya?”
Tanya Haruko
dengan senyuman di wajahnya.
Riya terdiam
sambil menundukkan kepalanya.
Kemudian,
mengangkat wajahnya dan tersenyum,
“Ya, tentu saja.
Aku maaf’kan. Lagipula sejak awal masalah itu tidak terlalu besar untukku. Oh,
dan hari ini aku agak kesiangan, jadi akan percuma juga kalau kalian mapir ke
rumahku, karena aku juga pasti belum bangun, ha ha.”
Ia tidak bisa
berkata kalau ia tidak akan memaaf’kan mereka.
Bagaimanapun
juga, mereka berdua adalah satu-satunya sahabat yang ia punya di sini.
Dan selain
mereka, ia tidak punya siapa-siapa lagi.
Mendengar itu,
Haruko langsung meletakan tangannya di depan dada dan menghela nafas lega.
“Syukurlah kalau
begitu. Nanti, kita ke kantin sama-sama yuk!”
“Boleh.”
Jawab Riya.
“Miyashita!”
“?”
Riya langsung
menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya.
“Bleh...”
Dan langsung
mengalihkan pandangannya lagi, begitu melihat wajah Mochida, Riya langsung
kehilangan minat.
“Ada apa? Kok
kamu langsung memasang wajah seperti itu begitu melihatku?”
Tanya Mochida
bingung.
“Ukh...Tidak
tahu, ya? Tanyakan saja pada dirimu sendiri.”
Jawab Riya dengan
sinis.
“Hey, jangan
bersikap seperti itu. Mochida-kun, pagi.”
Sapa Haruko.
“Pagi, Takashi.”
“Huh,
Mochida-kun kejam! Aku’kan juga ada di sini tapi tidak di sapa...”
Runa berkata
sambil melipat kedua tangan, pura-pura kesal.
Mochida langsung
tertawa.
“Ha ha, aku
tahu, kok. Pagi, Hasegawa.”
“Ah! Aku di sapa
oleh Mochida-kun~~”
Begitu di sapa oleh
Mochida, Runa langsung merasa seolah ia sedang terbang sampai langit ke-7.
Ah, bukan, tapi
langit ke 20.
“[Sebenarnya, apa yang bagus dari Mochida sih?
Kenapa semua orang suka padanya?].”
Batin Riya
sambil memperhatikan Mochida dengan detail.
Mochida yang
menyadari kalau Riya menatapnya, langsung tersipu malu.
“Kenapa kau
melihatku seperti itu, Miyashita?”
Kata Mochida
yang langsung membuyarkan lamunan Riya.
“Tidak ada
apa-apa.”
Riya berkata
sambil memalingkan pandangan dari Mochida.
“?”
Di saat itu, ia
tak sengaja melihat ke segerombolan gadis yang berdiri di sebrang.
Salah seorang
dari mereka yang berambut sedikit bergelombang, sepertinya menatap ke arah
dirinya.
“Bukannya itu
Itsuki?”
Tanya Runa
sambil melihat ke arah yang dilihat oleh Riya.
Haruko juga ikut
melihat ke arah Itsuki dan gerombolannya.
“Ah, benar itu
Itsuki dan teman-temannya. Tapi, apa yang mereka lakukan? Dan kenapa Itsuki
melihat kemari?”
“Aku tidak paham
dan juga tidak mau tahu. Tapi, akhir-akhir ini aku bisa merasakan kalau dia
selalu saja melihat ke arahku dengan wajah mengerikan itu.”
Kata Riya sambil
menopang dagu.
Itsuki adalah
gadis paling populer di kelasnya.
Bukan hanya itu,
dia juga kaya dan selalu mengenakan pakaian serta tas merk terbaru. Tapi, dia
sangat sulit untuk dihadapi dan juga sangat sombong. Ia selalu mengerjai atau
menjahili murid-murid lain yang lebih lemah darinya.
Istilah kerennya
sih, dia suka mem-bully murid lain.
Itsuki terkenal
sebagai orang yang rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan semua yang ia
inginkan baik dengan cara mengintimidasi atau bahkan yang lebih parah lagi,
melukai.
Di sekolah ini,
tidak ada yang ingin membuat masalah dengan Itsuki dan juga gang-nya yang
menyebalkan itu.
Dan ketika
mereka menatapmu dengan wajah super mengerikan itu, bersiap-siaplah karena itu
artinya bukan pertanda baik.
“Ah, aku jadi
takut. Kita ke kelas, yuk.”
Ajak Runa sambil
menggandeng tangan Haruko.
“Eh, iya. Riya,
ayo.”
“Mau kutemani?”
Tawar Mochida
dan Riya langsung menjawabnya dengan TIDAK.
***-***
Bel tanda masuk
sudah berbunyi.
Dan semua murid
langsung masuk ke dalam kelas.
Meskipun begitu,
guru yang seharusnya datang di jam pertama ini, masih belum terlihat juga
sehingga kelas Riya menjadi sedikit ribut.
Beberapa murid
masih terlihat mengobrol satu sama lain.
Sementara itu,
Riya hanya menghela nafas yang menandakan bahwa ia sedang bosan.
Ketika itu,
matanya kembali bertemu dengan tatapan tajam Itsuki, dan itu langsung membuatnya
tersentak kaget.
“..................[Apa-apaan dia itu? Kenapa melihatku dengan
wajah seperti itu?].”
Dan tepat saat
itu, seseorang menepuk bahunya.
“Riya.”
“!!!? Ah!
H--Haruko!...Kau membuatku kaget...”
Kata Riya sambil
mengelus dadanya.
“Maaf, aku sama
sekali tidak bermaksud menganggetkanmu. Hanya saja...”
Haruko
menghentikan ucapannya dan mengalihkan pandangan ke arah Itsuki yang ternyata
masih menatap dengan tatapan haus darah ke arah Riya.
“Hiii!!!”
Dan tentu saja,
itu langsung membuat Riya merasa ketakutan.
“Riya, seperti
yang kau katakan tadi, aku juga merasa kalau akhir-akhir ini Itsuki selalu
memperhatikanmu. Kau...Tidak berbuat sesuatu yang salah padanya’kan?”
Tanya Haruko
dengan nada khawatir.
“Eh? Tidak. Mana
mungkin aku melakukan hal seperti itu!?”
Riya berkata
dengan nada setengah panik sambil membuat tanda silang dengan kedua tangannya.
“Kalau begitu
sudah jelas...”
“......Runa?”
“Masalahnya cuma
satu, yaitu Mochida-kun.”
Runa berkata
sambil duduk di atas meja Riya.
“[Ah!! Sejak kapan kau muncul??] Apa maksudmu
hubungannya dengan Mochida? Aku sama sekali tidak paham dengan perkataanmu,
Runa.”
Runa turun dari
meja Riya dan berbisik di dekatnya.
“Kudengar,
Itsuki suka sama Mochida-kun.”
“Hah!?”
“Sssh! Jangan
keras-keras!”
Begitu mendengar
ucapan Runa, Riya sama sekali tidak bisa menahan mulutnya untuk terus tertutup
dan mendengarkan dengan tenang.
Akibatnya dia
refleks berteriak dan Runa langsung menyuruhnya untuk tenang.
“Itsuki suka
sama Mochida?!”
Riya mengulangi
perkataan Runa, dengan suara lebih pelan.
Runa mengangguk.
“Kau tidak tahu?
Itsuki itu selalu mengejar Mochida-kun. Tapi, kurasa Mochida tidak
menyukainya.”
Haruko
menambahkan,
“Itsuki itu
selalu melihat ke arah Mochida dengan penuh arti. Itu tandanya gadis sedang
jatuh cinta. Kau tahu seperti apa Itsuki’kan? Kurasa dia tidak akan
membiarkanmu lolos begitu saja.”
Perkataan Haruko
justru membuat Riya semakin bingung.
“Maksudnya? Aku
sama sekali tidak melihat hubunganku dalam masalah ini dan alasan kenapa Itsuki
sangat membenciku seperti itu.”
“Maksudnya,
Itsuki curiga kalau Mochida suka padamu!”
“HAAAAH!!!??”
Riya kembali
berteriak, kali ini lebih keras dan langsung mengundang perhatian murid-murid
lain ke arahnya.
“Hey!! Kecilkan
suaramu!!”
Baiklah, suara
teriakan Riya kali ini sudah melebihi 8 oktaf dan bisa membuat kaca-kaca
jendela di sekelilingnya pecah, sehingga Runa tidak punya pilihan lain selain
menutup mulut Riya dengan tangannya.
“Hmmpff!!
Hmmphfff!!!” -->Baik, baik, aku paham, sekarang tolong lepaskan aku.
Pembicaraan berlanjut.
“Mochida
menyukaiku? Kau bercanda?!”
Kata Riya tidak
percaya.
“Akhir-akhir
ini, beredar gosip bahwa kau dan Mochida-kun pacaran. Mungkin itu yang membuat
Itsuki geram dan mengawasimu.”
Kata Haruko.
“Uh...Kurasa dia
terlalu berlebihan karena aku juga tidak suka sama Mochida...”
Riya berkata
sambil meletakkan kepalanya di atas meja dengan malas.
“..........[Oh ya!].”
Tiba-tiba Riya
teringat sesuatu.
Haruko dan Runa
ada di sini.
Jadi mungkin
saja ini kesempatan buatnya untuk bisa lebih masuk lagi ke dalam lingkaran itu.
Dan, kebetulan
sekali dia memang sedang membutuhkan hiburan dan sepertinya ini sangat yang
tepat.
“Hey,”
Riya kembali
mengangkat wajahnya, menoleh ke arah Runa dan Haruko.
“Pulang nanti,
aku tidak ada acara, bagaimana kalau kita mampir ke toko DVD --“
“Haruko, nanti
mampir ke rumahku, ya? Ibuku masak udang goreng kesukaanmu, lho. Katanya, sudah
lama kau tidak mampir! Mau’kan?”
“...................”
Dan dengan
cepat, Runa kembali mengambil kesempatan Riya.
“Boleh. Aku juga
sedang senggang sore ini.”
Balas Haruko
dengan bahagianya.
“....................”
“?”
Haruko menoleh
ke arah Riya yang memasang wajah kecewa.
“Oh, tadi kau
mau mengatakan apa? Maaf, aku tidak mendengarmu.”
“Eh, b--bukan
apa-apa...”
Jawab Riya
sambil menundukkan kepala.
“......................”
Haruko terdiam
sambil menatap ke arah Riya.
Ia lalu
tertegun.
“Ah, bagaimana
kalau kau juga ikut, Riya?”
“Aku--“
“Kau ini
bagaimana, Haruko? Apa kau lupa kalau Riya itu alergi udang? Nanti dia bisa
gatal-gatal!”
Runa menyela ucapannya
Riya.
“Oh, aku lupa
soal itu.”
Haruko berkata
dengan nada menyesal.
“Tidak apa-apa.
Lain kali, datanglah ke rumahku.”
Kata Riya sambil
tersenyum.
“Boleh, tapi
lain kali, ya? Soalnya, besok aku dan Haruko mau belajar bersama. Riya tidak
bisa ikut’kan? Soalnya besok ada kegiatan klub drama.”
“Y--Ya...[Kenapa dia berkata seolah dia tidak ingin
aku ada bersama mereka!!?].”
“Runa!”
Haruko
menyenggol Runa.
“Apa? Aku hanya
mengatakan hal yang sebenarnya, kok. Besok, Riya memang ada kegiatan klub.”
Kata Runa
membenarkan perkataannya.
“Kalau begitu,
lain kali kami pasti akan meluangkan waktu lebih untukmu. Aku janji.”
Haruko berkata
sambil tersenyum, sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya, di temani oleh
Runa.
Riya melirik
mereka dari bangku depan.
“............[Haruko dan Runa selalu saja menghabiskan
waktu berdua. Ini sudah bukan masalah kelompok 2 orang lagi. Tapi, mereka
memang hanya ingin ada 2 orang diantara mereka. Terutama Runa...Aku paham,
memang tidak enak ketika melihat sahabatmu akrab dengan orang lain. Apalagi sahabat
sejak kecil seperti itu...Ia pasti tidak suka, kalau Haruko jatuh ke tangan
orang lain. Dan orang lain yang ia maksud itu adalah aku...].”
‘Aku juga ingin
punya seorang teman...’
Saat ini, itulah
yang terbayang di dalam pikiran Riya.
Jika ada satu
orang lagi diantara mereka, maka ketika Haruko menghabiskan waktu bersama Runa,
Riya bisa menghabiskan waktu bersama sahabat barunya itu.
Dan baru saja
harapan itu akan menjadi kenyataan kemarin, harapan itu juga langsung hancur
begitu saja.
Hadapi saja...
Kenyataan itu
memang sangat kejam...
Soal buku itu,
Riya bermaksud untuk mengembalikannya ke perpustakaan.
Nah, masalahnya,
dia tidak bisa menemukan buku itu meskipun sudah mencari ke manapun, bahkan
sampai ke bawah tempat tidurnya. Ia sudah mencarinya di dalam tas, di dalam
laci meja, tapi tetap tidak ada. Mencarinya di ruang tamu juga percuma saja,
karena ia sama sekali tidak membawa buku itu ke sana.
Jadi, ia
memutuskan untuk menyerah mencari buku itu.
Toh, ia juga
tidak memerlukannya.
“Haah...Sekarang
ini--“
“Baiklah
semuanya, kembalilah ke tempat duduk kalian.”
Semua murid
langsung berhenti bicara dan kembali ke tempat duduk masing-masing begitu
melihat sang guru masuk ke dalam kelas dengan buku paket di tangannya.
“Hey, coba lihat
itu!”
“Waa, siapa
dia?”
Begitu guru itu
berjalan masuk ke dalam kelas, semua murid langsung menatap dengan wajah kagun
dan membuat ekspresi yang heboh.
Tapi bukan karena
guru tersebut mereka sampai terheran-heran seperti itu.
Melainkan, sosok
gadis yang mengikuti di belakang guru itu.
Riya yang dari
tadi kelihatan ttidak tertarik dengan ‘sesuatu’ yang sepertinya membuat orang
takjub itu, akhirnya mengalihkan pandangannya ke depan untuk melihat apa yang
membuat semuanya berteriak heboh seperti baru saja melihat berlian berukuran
menara Eifel.
Dan--
“!!!!??”
Reaksinya tepat
seperti murid-murid lainnya.
Bukan karena ia
kagum dengan gadis itu, tapi, karena--
“[Tidak mungkin!! Kenapa dia ada di sini!!?
Bagaimana dia bisa--].“
Ia terlihat
sangat terkejut, dan jika ia sedang memakan sandwich, sandwich itu pasti sudah
terjatuh dari mulutnya.
Ketika semuanya
sibuk bertanya ‘Siapa gadis itu’, Riya sudah tahu jawabannya.
Jawaban yang
sangat tidak masuk akal.
“[Bohong!! Ini bohong!! Ini
mustahil--Dia--Dia!!!].”
Gadis itu,
dengan rambut coklat panjang sepunggung, tersenyum sambil menghadap ke arah
semua murid, kemudian dengan suaranya yang lembut, menyebut namanya--
“Perkenalkan
semua. Namaku, Kawada Emi dan mulai hari ini aku akan berada di satu kelas yang
sama dengan kalian. Mohon bantuannya.”
“[Di sini ada sebuah rumor yang tersebar].”
“[Kawada Emi!! Tidak
salah lagi! I--Itu memang dia!!!].”
“?”
Tiba-tiba, Emi melihat ke arah Riya, yang sedang menatapnya
dengan ekspresi wajah takut dan juga bingung.
Seketika itu juga, Emi langsung tersenyum, kemudian berjalan
mendekati Riya.
“Eh...? Eh...??”
Riya yang masih tidak mengerti dengan situasi ini dan masih
bertanya-tanya apakah ini mimpi atau kenyataan, hanya bisa terdiam di
tempatnya.
Emi lalu menggenggam tangan Riya dan--
“Riya-chan, aku senang bisa bertemu denganmu lagi...”
...................
........................................
...........................................................
“................Apa?”
“[Tentang ‘Sebuah buku yang bisa mengabulkan
semua permintaanmu’].”
***-***
A/N : Hai, minna XDD
How To Make A Friend update XDDDD
Nah loh, nah loh!! Ternyata Emi beneran muncul!!//heboh sendirian. Selamat buat Riya ^^
Bukan cuma dah dapet temen impian tapi juga ditaksir cowok cool ha ha//btw Riya-nya aneh bgt...Biasanya cewek-cewek bakal histeris kalau dilirik sama cowok populer, tapi si Riya malah pasang muka mau muntah...Kenapa, ya??
Haruko : Mungkin Mochida mengingatkan Riya sama mantannya kali..
Riya : Woi, jangan seenak jidatmu kalau ngomong ya!!!
Runa : Araa ara...Apa yang kau katakan itu Haruko? Riya'kan belum pernah pacaran~~
Riya : Apa katamu!!!!? Kamu itu yang gampangan!! Di sapa sedikit langsung 'Ah, aku di sapa Mochida-kun >.< Lebaaaaaaaaay!!!!!!!
Runa : NORMAL tau!!!
Haruko : Aih, jangan berantem do--Auch!!!//kena jambak
Ng...Ya udah deh, daripada perang dunia ketiga ini lanjut,
terima kasih buat yang sudah mau mampir dan membaca cerita ini >.< Adoow!!!//kena lempar piring//pingsan
Haruko : Woi!! Hatsu-san pingsaaaaaan!!!
Visit : Ngomik
DA
Next Chapter : Empat Orang
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar