Minggu, 28 Desember 2014

Story : How To Make A Friend Chapter 5

Story : How To Make A Friend Chapter 5



*Read :
               Prologue            

              Chapter 1

              Chapter 2

            Chapter 3

            Chapter 4

            Chapter 6

           Chapter 7

           Chapter 8 

           Epilogue
Chapter 5 Kawada Emi
“Lho?”
Riya bangkit dari tempat tidurnya.
“Kok buku itu tidak ada? Perasaan, aku letakkan di atas tempat tidurku... Hmm, biarkan saja deh. Aku juga tidak butuh. Tidak ada yang butuh.”
Riya kembali tiduran di atas tempat tidurnya dan memeluk gulingnya.
Ia kembali membuka mata, ketika menyadari bahwa tangannya masih menggenggam gambar Kawada Emi.
“...............”
Ia kembali memandangi gambar Kawada Emi.
“............Ini biar aku simpan saja...”
Kata Riya pelan, kemudian tertidur.
***-***
“Ibu, aku berangkat dulu, ya!”
“Iya, hati-hati di jalan!”
Hari ini, seperti biasa Riya selalu pergi buru-buru ke sekolah.
Itu karena dia punya penyakit ‘Susah bangun pagi’, yang sejak dulu belum ditemukan obat penawarnya.
“Duh, 15 menit lagi mas--Akh!”
Riya hampir saja tersandung dan ketika itu ia baru saja menyadari kalau tali sepatunya belum terikat dengan benar.
Jadi, ia menghabiskan semenit berikutnya untuk mengikat tali sepatu --> karena sedang panik, dia tiba-tiba lupa cara mengikat tali sepatu.
“Lho, kamu masih ada di sini?”
Tanya ibu Riya yang melihat putrinya bahkan belum keluar dari halaman.
“Iya, sebentar lagi.”
Jawabnya tanpa menoleh ke arah ibunya yang sekarang sudah berdiri di belakangnya.
Tiba-tiba Riya tertegun.
Ia lalu menoleh ke arah ibunya.
“Haruko dan Runa tidak datang ke sini?”
Tanyanya.
“Eh, mereka berdua? Tidak.”
Mendengar jawaban itu, Riya tidak bisa menahan dirinya untuk menghela nafas kesal.
“[Biasanya mereka berdua selalu datang ke rumahku tiap pagi untuk berangkat sekolah bersama. Tapi, kenapa sekarang mereka justru terkesan seperti meninggalkan aku sendiri?].”
Batin Riya.
“Yah, tidak ada yang bisa aku lakukan soal i--“
“Tolong angkat sofa-nya. Lemarinya juga, tolong letakkan di situ.”
“Hm?”
Mendengar ada suara ribut-ribut di rumah sebelah, Riya mengangkat wajahnya dan melihat ke arah rumah di sebelahnya itu.
“Hati-hati, barang itu mudah pecah.”
“Sepertinya, ada yang baru pindah ke sebelah rumah kita...”
Ibu Riya ikut berkomentar.
Rumah di sebelah itu dulunya adalah rumah keluarga Watanabe.
Karena harus berpindah pekerjaan, maka meskipun baru satu bulan tinggal di daerah ini, mereka harus segera pindah.
Dan rumah itu ditinggalkan dalam keadaan kosong.
Yah, tidak sampai pagi ini.
“.............Siapa, ya? Tetangga baru kita?”
Tanya Riya penasaran.
“Ibu juga tidak tahu. Tapi, nanti ibu akan ke sana dan memberi salam pada mereka. Kau berangkat sekolah saja.”
Ibu Riya berkata sambil mengibas-ngibaskan tangannya, seperti mengusir seekor kucing.
“Ukh...Baik, aku pergi. Dah.”
“Dah. Belajar yang rajin!”
Balas ibunya sambil melambaikan tangan.

“Eh, Riya! Pagi.”
Begitu sampai di gerbang sekolah, Riya langsung disambut oleh senyuman hangat dari Runa dan Haruko yang berjalan ke arahnya.
Riya, yang sebenarnya masih sedikit kesal karena Haruko dan Runa telah meninggalkannya, berusaha tersenyum.
“Pagi. Kalian baru sampai?”
Tanya Riya pada 2 sahabatnya itu.
“Iya, tadi aku dan Haruko mampir sebentar ke mini market untuk membeli es krim. Fyuuh, akhir-akhir ini udaranya panas sekali!”
Kata Runa sambil menyeka keringat di dahinya.
“Oh.”
Riya berkata singkat.
“[Berdua lagi, ya?...........Ternyata pada akhirnya tidak ada yang berubah. Baik kemarin, sekarang, maupun besok, aku akan terus seprti hantu di tengah mereka berdua...Seandainya saja, kami berempat...Pasti akan lebih mudah untukku...].”
“........................”
Dibandingkan dengan Runa yang pagi-pagi sudah bersemangat sekali, Haruko justru terlihat agak murung.
“Ng...Riya...”
Haruko memanggil Riya dengan suara pelan, hampir saja ia tidak mendengar gadis itu memanggilnya.
“Ada apa?”
“..........Maaf, tadi kami tidak mampir ke rumahmu seperti biasanya dan justru meninggalkanmu seperti itu.”
“Eh?”
Riya sedikit tertegun dengan permintaan Haruko yang tiba-tiba.
Jujur, ia tidak menyangka kalau Haruko akan merasa tidak enak dengan hal seperti itu. Karena sebaliknya, Runa kelihatan tidak masalah ketika meninggalkan Riya.
Haruko melanjutkan ucapannya.
“Sedikit-sedikit aku sadar kalau aku mungkin terlalu banyak menghabiskan waktuku dengan Runa dan seringkali mengacuhkanmu. Aku paham kalau kau merasa kesal. Tapi, aku serius berteman denganmu dan bukan hanya pura-pura!”
Kata Haruko, kemudian ia menoleh ke arah Runa.
“Iya’kan, Runa?”
“Apa?”
Runa kelihatan kaget dengan pertanyaan itu.
“Kau juga...Serius berteman dengan Riya’kan?”
“...........A--Aku...”
“....................”
Riya hanya menatap ke arah Runa, yang sepertinya kebingunan untuk menjawab pertanyaan simple itu.
Apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan?
Beberapa detik kemudian, Runa langsung tersenyum dan menepuk pundakku, seperti sahabat akrab.
“T--Tentu saja aku serius berteman dengan Riya! Dia baik...Dan...Dan...”
“[Dan apa? Hah??].”
“Dan karena Haruko menjadi temannya, maka aku juga--“
“.....................”

Dan karena Haruko menjadi temannya

Kata-kata itu seolah menjadi sebuah tamparan keras di wajah Riya.
Ia sudah tahu kalau Runa tidak begitu menyukainya. Dan sepertinya, bukan hal yang mengejutkan bagi Riya kalau gadis itu akan mengatakan hal seperti itu.
Menjadi sahabatnya karena Haruko juga menjadi sahabatnya...
Sejak awal, yang gadis itu pedulikan hanyalah Haruko. Ia tidak pernah peduli sedikitpun tentang Riya.
Namun, mendengarnya berkata seperti itu tepat di hadapannya secara langsung seperti ini, entah kenapa terasa sangat menyakitkan.
“Jadi, apa kau mau memaaf’kan kami, Riya?”
Tanya Haruko dengan senyuman di wajahnya.
Riya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
Kemudian, mengangkat wajahnya dan tersenyum,
“Ya, tentu saja. Aku maaf’kan. Lagipula sejak awal masalah itu tidak terlalu besar untukku. Oh, dan hari ini aku agak kesiangan, jadi akan percuma juga kalau kalian mapir ke rumahku, karena aku juga pasti belum bangun, ha ha.”
Ia tidak bisa berkata kalau ia tidak akan memaaf’kan mereka.
Bagaimanapun juga, mereka berdua adalah satu-satunya sahabat yang ia punya di sini.
Dan selain mereka, ia tidak punya siapa-siapa lagi.
Mendengar itu, Haruko langsung meletakan tangannya di depan dada dan menghela nafas lega.
“Syukurlah kalau begitu. Nanti, kita ke kantin sama-sama yuk!”
“Boleh.”
Jawab Riya.
“Miyashita!”
“?”
Riya langsung menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya.
“Bleh...”
Dan langsung mengalihkan pandangannya lagi, begitu melihat wajah Mochida, Riya langsung kehilangan minat.
“Ada apa? Kok kamu langsung memasang wajah seperti itu begitu melihatku?”
Tanya Mochida bingung.
“Ukh...Tidak tahu, ya? Tanyakan saja pada dirimu sendiri.”
Jawab Riya dengan sinis.
“Hey, jangan bersikap seperti itu. Mochida-kun, pagi.”
Sapa Haruko.
“Pagi, Takashi.”
“Huh, Mochida-kun kejam! Aku’kan juga ada di sini tapi tidak di sapa...”
Runa berkata sambil melipat kedua tangan, pura-pura kesal.
Mochida langsung tertawa.
“Ha ha, aku tahu, kok. Pagi, Hasegawa.”
“Ah! Aku di sapa oleh Mochida-kun~~”
Begitu di sapa oleh Mochida, Runa langsung merasa seolah ia sedang terbang sampai langit ke-7.
Ah, bukan, tapi langit ke 20.
“[Sebenarnya, apa yang bagus dari Mochida sih? Kenapa semua orang suka padanya?].”
Batin Riya sambil memperhatikan Mochida dengan detail.
Mochida yang menyadari kalau Riya menatapnya, langsung tersipu malu.
“Kenapa kau melihatku seperti itu, Miyashita?”
Kata Mochida yang langsung membuyarkan lamunan Riya.
“Tidak ada apa-apa.”
Riya berkata sambil memalingkan pandangan dari Mochida.
“?”
Di saat itu, ia tak sengaja melihat ke segerombolan gadis yang berdiri di sebrang.
Salah seorang dari mereka yang berambut sedikit bergelombang, sepertinya menatap ke arah dirinya.
“Bukannya itu Itsuki?”
Tanya Runa sambil melihat ke arah yang dilihat oleh Riya.
Haruko juga ikut melihat ke arah Itsuki dan gerombolannya.
“Ah, benar itu Itsuki dan teman-temannya. Tapi, apa yang mereka lakukan? Dan kenapa Itsuki melihat kemari?”
“Aku tidak paham dan juga tidak mau tahu. Tapi, akhir-akhir ini aku bisa merasakan kalau dia selalu saja melihat ke arahku dengan wajah mengerikan itu.”
Kata Riya sambil menopang dagu.
Itsuki adalah gadis paling populer di kelasnya.
Bukan hanya itu, dia juga kaya dan selalu mengenakan pakaian serta tas merk terbaru. Tapi, dia sangat sulit untuk dihadapi dan juga sangat sombong. Ia selalu mengerjai atau menjahili murid-murid lain yang lebih lemah darinya.
Istilah kerennya sih, dia suka mem-bully murid lain.
Itsuki terkenal sebagai orang yang rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan semua yang ia inginkan baik dengan cara mengintimidasi atau bahkan yang lebih parah lagi, melukai.
Di sekolah ini, tidak ada yang ingin membuat masalah dengan Itsuki dan juga gang-nya yang menyebalkan itu.
Dan ketika mereka menatapmu dengan wajah super mengerikan itu, bersiap-siaplah karena itu artinya bukan pertanda baik.
“Ah, aku jadi takut. Kita ke kelas, yuk.”
Ajak Runa sambil menggandeng tangan Haruko.
“Eh, iya. Riya, ayo.”
“Mau kutemani?”
Tawar Mochida dan Riya langsung menjawabnya dengan TIDAK.
***-***
Bel tanda masuk sudah berbunyi.
Dan semua murid langsung masuk ke dalam kelas.
Meskipun begitu, guru yang seharusnya datang di jam pertama ini, masih belum terlihat juga sehingga kelas Riya menjadi sedikit ribut.
Beberapa murid masih terlihat mengobrol satu sama lain.
Sementara itu, Riya hanya menghela nafas yang menandakan bahwa ia sedang bosan.
Ketika itu, matanya kembali bertemu dengan tatapan tajam Itsuki, dan itu langsung membuatnya tersentak kaget.
“..................[Apa-apaan dia itu? Kenapa melihatku dengan wajah seperti itu?].”
Dan tepat saat itu, seseorang menepuk bahunya.
“Riya.”
“!!!? Ah! H--Haruko!...Kau membuatku kaget...”
Kata Riya sambil mengelus dadanya.
“Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud menganggetkanmu. Hanya saja...”
Haruko menghentikan ucapannya dan mengalihkan pandangan ke arah Itsuki yang ternyata masih menatap dengan tatapan haus darah ke arah Riya.
“Hiii!!!”
Dan tentu saja, itu langsung membuat Riya merasa ketakutan.
“Riya, seperti yang kau katakan tadi, aku juga merasa kalau akhir-akhir ini Itsuki selalu memperhatikanmu. Kau...Tidak berbuat sesuatu yang salah padanya’kan?”
Tanya Haruko dengan nada khawatir.
“Eh? Tidak. Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu!?”
Riya berkata dengan nada setengah panik sambil membuat tanda silang dengan kedua tangannya.
“Kalau begitu sudah jelas...”
“......Runa?”
“Masalahnya cuma satu, yaitu Mochida-kun.”
Runa berkata sambil duduk di atas meja Riya.
“[Ah!! Sejak kapan kau muncul??] Apa maksudmu hubungannya dengan Mochida? Aku sama sekali tidak paham dengan perkataanmu, Runa.”
Runa turun dari meja Riya dan berbisik di dekatnya.
“Kudengar, Itsuki suka sama Mochida-kun.”
“Hah!?”
“Sssh! Jangan keras-keras!”
Begitu mendengar ucapan Runa, Riya sama sekali tidak bisa menahan mulutnya untuk terus tertutup dan mendengarkan dengan tenang.
Akibatnya dia refleks berteriak dan Runa langsung menyuruhnya untuk tenang.
“Itsuki suka sama Mochida?!”
Riya mengulangi perkataan Runa, dengan suara lebih pelan.
Runa mengangguk.
“Kau tidak tahu? Itsuki itu selalu mengejar Mochida-kun. Tapi, kurasa Mochida tidak menyukainya.”
Haruko menambahkan,
“Itsuki itu selalu melihat ke arah Mochida dengan penuh arti. Itu tandanya gadis sedang jatuh cinta. Kau tahu seperti apa Itsuki’kan? Kurasa dia tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja.”
Perkataan Haruko justru membuat Riya semakin bingung.
“Maksudnya? Aku sama sekali tidak melihat hubunganku dalam masalah ini dan alasan kenapa Itsuki sangat membenciku seperti itu.”
“Maksudnya, Itsuki curiga kalau Mochida suka padamu!”
HAAAAH!!!??
Riya kembali berteriak, kali ini lebih keras dan langsung mengundang perhatian murid-murid lain ke arahnya.
“Hey!! Kecilkan suaramu!!”
Baiklah, suara teriakan Riya kali ini sudah melebihi 8 oktaf dan bisa membuat kaca-kaca jendela di sekelilingnya pecah, sehingga Runa tidak punya pilihan lain selain menutup mulut Riya dengan tangannya.
“Hmmpff!! Hmmphfff!!!” -->Baik, baik, aku paham, sekarang tolong lepaskan aku.
Pembicaraan berlanjut.
“Mochida menyukaiku? Kau bercanda?!”
Kata Riya tidak percaya.
“Akhir-akhir ini, beredar gosip bahwa kau dan Mochida-kun pacaran. Mungkin itu yang membuat Itsuki geram dan mengawasimu.”
Kata Haruko.
“Uh...Kurasa dia terlalu berlebihan karena aku juga tidak suka sama Mochida...”
Riya berkata sambil meletakkan kepalanya di atas meja dengan malas.
“..........[Oh ya!].”
Tiba-tiba Riya teringat sesuatu.
Haruko dan Runa ada di sini.
Jadi mungkin saja ini kesempatan buatnya untuk bisa lebih masuk lagi ke dalam lingkaran itu.
Dan, kebetulan sekali dia memang sedang membutuhkan hiburan dan sepertinya ini sangat yang tepat.
“Hey,”
Riya kembali mengangkat wajahnya, menoleh ke arah Runa dan Haruko.
“Pulang nanti, aku tidak ada acara, bagaimana kalau kita mampir ke toko DVD --“
“Haruko, nanti mampir ke rumahku, ya? Ibuku masak udang goreng kesukaanmu, lho. Katanya, sudah lama kau tidak mampir! Mau’kan?”
“...................”
Dan dengan cepat, Runa kembali mengambil kesempatan Riya.
“Boleh. Aku juga sedang senggang sore ini.”
Balas Haruko dengan bahagianya.
“....................”
“?”
Haruko menoleh ke arah Riya yang memasang wajah kecewa.
“Oh, tadi kau mau mengatakan apa? Maaf, aku tidak mendengarmu.”
“Eh, b--bukan apa-apa...”
Jawab Riya sambil menundukkan kepala.
“......................”
Haruko terdiam sambil menatap ke arah Riya.
Ia lalu tertegun.
“Ah, bagaimana kalau kau juga ikut, Riya?”
“Aku--“
“Kau ini bagaimana, Haruko? Apa kau lupa kalau Riya itu alergi udang? Nanti dia bisa gatal-gatal!”
Runa menyela ucapannya Riya.
“Oh, aku lupa soal itu.”
Haruko berkata dengan nada menyesal.
“Tidak apa-apa. Lain kali, datanglah ke rumahku.”
Kata Riya sambil tersenyum.
“Boleh, tapi lain kali, ya? Soalnya, besok aku dan Haruko mau belajar bersama. Riya tidak bisa ikut’kan? Soalnya besok ada kegiatan klub drama.”
“Y--Ya...[Kenapa dia berkata seolah dia tidak ingin aku ada bersama mereka!!?].”
“Runa!”
Haruko menyenggol Runa.
“Apa? Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya, kok. Besok, Riya memang ada kegiatan klub.”
Kata Runa membenarkan perkataannya.
“Kalau begitu, lain kali kami pasti akan meluangkan waktu lebih untukmu. Aku janji.”
Haruko berkata sambil tersenyum, sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya, di temani oleh Runa.
Riya melirik mereka dari bangku depan.
“............[Haruko dan Runa selalu saja menghabiskan waktu berdua. Ini sudah bukan masalah kelompok 2 orang lagi. Tapi, mereka memang hanya ingin ada 2 orang diantara mereka. Terutama Runa...Aku paham, memang tidak enak ketika melihat sahabatmu akrab dengan orang lain. Apalagi sahabat sejak kecil seperti itu...Ia pasti tidak suka, kalau Haruko jatuh ke tangan orang lain. Dan orang lain yang ia maksud itu adalah aku...].”
‘Aku juga ingin punya seorang teman...’
Saat ini, itulah yang terbayang di dalam pikiran Riya.
Jika ada satu orang lagi diantara mereka, maka ketika Haruko menghabiskan waktu bersama Runa, Riya bisa menghabiskan waktu bersama sahabat barunya itu.
Dan baru saja harapan itu akan menjadi kenyataan kemarin, harapan itu juga langsung hancur begitu saja.
Hadapi saja...
Kenyataan itu memang sangat kejam...
Soal buku itu, Riya bermaksud untuk mengembalikannya ke perpustakaan.
Nah, masalahnya, dia tidak bisa menemukan buku itu meskipun sudah mencari ke manapun, bahkan sampai ke bawah tempat tidurnya. Ia sudah mencarinya di dalam tas, di dalam laci meja, tapi tetap tidak ada. Mencarinya di ruang tamu juga percuma saja, karena ia sama sekali tidak membawa buku itu ke sana.
Jadi, ia memutuskan untuk menyerah mencari buku itu.
Toh, ia juga tidak memerlukannya.
“Haah...Sekarang ini--“
“Baiklah semuanya, kembalilah ke tempat duduk kalian.”
Semua murid langsung berhenti bicara dan kembali ke tempat duduk masing-masing begitu melihat sang guru masuk ke dalam kelas dengan buku paket di tangannya.
“Hey, coba lihat itu!”
“Waa, siapa dia?”
Begitu guru itu berjalan masuk ke dalam kelas, semua murid langsung menatap dengan wajah kagun dan membuat ekspresi yang heboh.
Tapi bukan karena guru tersebut mereka sampai terheran-heran seperti itu.
Melainkan, sosok gadis yang mengikuti di belakang guru itu.
Riya yang dari tadi kelihatan ttidak tertarik dengan ‘sesuatu’ yang sepertinya membuat orang takjub itu, akhirnya mengalihkan pandangannya ke depan untuk melihat apa yang membuat semuanya berteriak heboh seperti baru saja melihat berlian berukuran menara Eifel.
Dan--
“!!!!??”
Reaksinya tepat seperti murid-murid lainnya.
Bukan karena ia kagum dengan gadis itu, tapi, karena--
“[Tidak mungkin!! Kenapa dia ada di sini!!? Bagaimana dia bisa--].“
Ia terlihat sangat terkejut, dan jika ia sedang memakan sandwich, sandwich itu pasti sudah terjatuh dari mulutnya.
Ketika semuanya sibuk bertanya ‘Siapa gadis itu’, Riya sudah tahu jawabannya.
Jawaban yang sangat tidak masuk akal.
“[Bohong!! Ini bohong!! Ini mustahil--Dia--Dia!!!].”
Gadis itu, dengan rambut coklat panjang sepunggung, tersenyum sambil menghadap ke arah semua murid, kemudian dengan suaranya yang lembut, menyebut namanya--
“Perkenalkan semua. Namaku, Kawada Emi dan mulai hari ini aku akan berada di satu kelas yang sama dengan kalian. Mohon bantuannya.”

“[Di sini ada sebuah rumor yang tersebar].”

“[Kawada Emi!! Tidak salah lagi! I--Itu memang dia!!!].”
“?”
Tiba-tiba, Emi melihat ke arah Riya, yang sedang menatapnya dengan ekspresi wajah takut dan juga bingung.
Seketika itu juga, Emi langsung tersenyum, kemudian berjalan mendekati Riya.
“Eh...? Eh...??”
Riya yang masih tidak mengerti dengan situasi ini dan masih bertanya-tanya apakah ini mimpi atau kenyataan, hanya bisa terdiam di tempatnya.
Emi lalu menggenggam tangan Riya dan--
“Riya-chan, aku senang bisa bertemu denganmu lagi...”
...................
........................................
...........................................................
“................Apa?”


[Tentang ‘Sebuah buku yang bisa mengabulkan semua permintaanmu’].”
***-***

A/N : Hai, minna XDD

How To Make A Friend update XDDDD

Nah loh, nah loh!! Ternyata Emi beneran muncul!!//heboh sendirian. Selamat buat Riya ^^
Bukan cuma dah dapet temen impian tapi juga ditaksir cowok cool ha ha//btw Riya-nya aneh bgt...Biasanya cewek-cewek bakal histeris kalau dilirik sama cowok populer, tapi si Riya malah pasang muka mau muntah...Kenapa, ya??

Haruko : Mungkin Mochida mengingatkan Riya sama mantannya kali..
Riya : Woi, jangan seenak jidatmu kalau ngomong ya!!!
Runa : Araa ara...Apa yang kau katakan itu Haruko? Riya'kan belum pernah pacaran~~
Riya : Apa katamu!!!!? Kamu itu yang gampangan!! Di sapa sedikit langsung 'Ah, aku di sapa Mochida-kun >.< Lebaaaaaaaaay!!!!!!!
Runa : NORMAL tau!!!
Haruko : Aih, jangan berantem do--Auch!!!//kena jambak

Ng...Ya udah deh, daripada perang dunia ketiga ini lanjut, 

terima kasih  buat yang sudah mau mampir dan membaca cerita ini >.< Adoow!!!//kena lempar piring//pingsan

Haruko : Woi!! Hatsu-san pingsaaaaaan!!!

Visit : Ngomik

          DA

Next Chapter : Empat Orang


Sankyuu!!

Author,
Fujiwara Hatsune

Tidak ada komentar:

Posting Komentar