Selasa, 05 Mei 2015

Story : How To Make A Friend Epilogue

Story : How To Make A Friend Epilogue

*Read: 
           Prologue

           Chapter 1

           Chapter 2

           Chapter 3

           Chapter 4

           Chapter 5

            Chapter 6


           Chapter 7

     
           Chapter 8


* Read Another Stories :

 One-Shot Stories






Epilogue Mereka Tidak Akan Pernah Tahu
“.................”
“............................”
“....Kita...Benar-benar telah melakukannya...Kan...?”
“Seperti yang sudah kau katakan.”
“Kita benar-benar telah membunuh mereka berdua’kan...?”
“Yap.”
“...Hey...Apa kau tidak berpikir--Ini adalah hal yang salah...? Maksudku--“
“Setelah semua ini?”
“.................”
“Ayolah, tidak ada yang perlu disesali. Lagipula--Kita juga sudah terlanjur melakukannya. Mau kita menyesal seperti apapun dan menangis sampai kita menangis darah, tidak akan ada hal yang berubah. Yang mati, akan tetap mati. Dan yang hidup, akan tetap hidup.”
“................”
“Mereka pantas mati. Itu saja alasannya.”
“Kau membunuh mereka hanya untuk alasan pribadimu.”
“Kau juga sama saja’kan?”
“..............Aku--“
“................”
“.........Yah......Kau benar...Tapi--Bagaimana kalau mereka menemukannya?”
“Menemukan apa maksudmu?”
“Buktinya! Polisi benar-benar akan melakukan penyelidikan terkait dengan kasus ini!”
“Itu yang membuatmu takut?”
“Tentu saja itu membuatku takut! Aku bahkan tak bisa berhenti memikirkannya setiap saat! Jika mereka menangkap kita, aku yakin mereka akan bilang ‘Mereka adalah psikopat gila!!’.”
“Bukannya kita sudah menjadi seperti itu--Sejak melangkah masuk ke bangunan sekolah itu kemarin malam? Aku tidak percaya kau masih memikirkan bagaimana orang lain akan menanggapimu setelah ini.”
“Di mana rasa kemanusiaanmu? Apa kau benar-benar tak merasakan apapun ketika menyiksa mereka berdua!?”
“Rasa kemanusiaanku sudah lama menghilang.”
“Kau monster.”
“Bukan hanya aku yang menusukkan pisau ke tubuh mereka di sini.”
“.......Itu berarti--Apa aku juga telah kehilangan rasa kemanusiaanku?”
“Lihat dirimu sendiri dan bercerminlah. Kau akan tahu dari bayangan yang menatapmu.”
“Ketika melihat ke arah cermin dan melihat iblis, maka iblis itu akan balik menatapmu, ya? Meski begitu, aku jelas mengakui kalau yang kita lakukan itu benar-benar mengerikan.”
“Ya, aku juga tahu itu. Teriakan dan jerit kesakitan mereka berdua masih terekam dengan jelas di kepalaku.”
“Aku masih bisa mencium bau darah di kedua tanganku. Aku tidak pernah tahu menghilangkan noda darah akan menjadi pekerjaan yang cukup merepotkan. Aku membuang seragamku ke tempat sampah dan membakarnya. Bagaimana denganmu? Orangtuamu tidak curiga?”
 “Aku tidak pulang ke rumah dengan pakaian penuh darah, bodoh! Aku menguburnya di belakang sekolah. Kedua orangtuaku akan terkena serangan jantung melihatku pulang dengan bercak-bercak darah di seluruh pakaianku!”
“Tunggu--Kau apa!?”
“Aku apa?”
“Apa yang kau perbuat dengan seragammu!?”                                                                                            
“Aku menguburnya di belakang sekolah!”
“Kau--Kau itu bodoh atau gila sih!? Apa kau sudah tidak waras!! Kenapa mengubur barang bukti di tempat kejadian!?”
“Ayolah, aku yakin polisi tak’kan menemukan apapun. Bahkan mereka tidak akan pernah terbayang kalau seragamku ada di sana.”
“Darimana kau bisa tahu itu!? Baru saja aku mengatakan padamu, kalau polisi sedang gencar-gencarnya melakukan pencarian!! Bagaimana--Kalau mereka menemukannya dan--Bagaimana kalau kita masuk penjara!!? Yang kita lakukan itu adalah pembunuhan!! Pembunuhan keji!“
“Hey, hey, jangan panik seperti itu, tenanglah! Dengar, dalam kasus ini, ada beberapa hal janggal yang tidak mungkin terjadi. Seperti itu dan itu, aku yakin, untuk sementara waktu, polisi tidak akan melakukan hal lain selain menyelidiki beberapa hal yang mereka anggap aneh. Dan lagi, pembunuhan itu terjadi di dalam sekolah, mereka tidak mungkin bersusah payah menggali halaman sekolah’kan?”
“Kau tidak akan pernah tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang itu--Para polisi itu! Mereka cerdas! Aku yakin, mereka akan segera menemukan sesuatu! Terkadang, sesuatu yang tidak penting, itulah yang jadi kuncinya! Cepat atau lambat, mereka juga akan mengecek seluruh bagian sekolah untuk mencari barang bukti yang tersembunyi!”
“Lalu--Kau ingin aku melakukan apa!?”
“Satu hal kecil! Aku ingin kau kembali ke sekolah, dan ambil seragammu!!”
“Tidak mungkin aku bisa melakukannya sekarang! Polisi di mana-mana, dan orang tuaku melarangku keluar saat malam!”
“Kalau begitu, lakukan saat pagi!”
“Kau bercanda!? Tempat itu dijaga! Mereka pasti masih melakukan penyelidikan!!”
“Akh!! Kepalaku akan meledak kalau terus seperti ini! Ini semua karena keteledoranmu!”
“Kalau kau tidak mengatakan ini semua padaku, aku juga tidak akan kepikiran seperti ini!!”
“Aku mengingatkanmu atas kesalahanmu dan kau menyalahkanku untuk ini!?”
“Oke, oke, cukup. Aku paham, aku paham. Iya, aku akui, ini memang salahku. Tapi bukan waktunya untuk bertengkar di sini. Kita melakukan hal ini bersama dan kita sekarang berada di atas satu kapal yang sama! Tidak akan kubiarkan sesuatu terjadi padamu atau padaku! Tidak perlu khawatir, oke? Aku akan menyelesaikan semua ini.”
“Berada di satu kapal yang sama? Iya, itu benar, dan aku merasa kau akan menjatuhkanku ke laut!”
“Itu tidak akan terjadi! Begini, selama aku tidak ketahuan, kau juga tidak akan ketahuan! Dan aku, tidak akan sebodoh itu membiarkan diriku tertangkap!”
“Kalau begitu kapan!?”
“Saat waktunya sudah tepat...”
“Kapan itu terjadi?”
“Saat sekolah sudah kembali dibuka.”
“Kau yakin?”
“Kau tidak ingin tertangkap’kan?”
“Tentu saja tidak!”
“Kalau begitu bersabarlah. Polisi tidak akan bisa mengetahui apapun. Saat sekolah kembali di buka, kasus ini akan menghilang dan terlupakan! Ketika murid-murid kembali beraktifitas, tidak akan ada yang bisa mereka lakukan untuk mendekati sekolah! Semua hal tentang pembunuhan ini akan segera menghilang dari ingatan semua orang, ketika polisi-polisi bodoh itu menyadari, kalau mereka tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka! Mereka tidak akan pernah tahu...Dan mereka--Tidak akan bisa menangkap kita--!”
“...............Itu dia. Jika ‘dia’ tidak tiba-tiba muncul dan memberitahukannya pada mereka.”
***-***
HOW TO MAKE A FRIEND -END-



 A/N : Hai, minna XDD
Akhirnya HTMF vol 1 tamat he he ^^ kisah akan berlanjut dan akan membahas mengenai pembunuhan Sasagawa, Karisawa dan juga ibunya Riya. Apa mereka memang dilakukan oleh orang yang sama, ya? Hmm...Hmmm...entah//plaak.

Entah apa di vol selanjutnya kasus ini akan segera terungkap, yang pasti, tidak akan mudah bagi polisi untuk mengungkap kasus ini ^^. HTMF ini sebenarnya intinya cukup pendek dan jujur, sebenarnya aku cuma menentukan ada satu pembunuh di awal. Cuma...Kalau kayak gitu, ngga bakal asyik LOL XDD Jadinya mungkin tambah ribet ha ha ha :P

Ah, dan meski aku ngga terlalu suka nonton film Barat//biasanya nonton anime//plaak, akhir-akhir ini aku sering nonton AHS [American Horror Story] dan sumpah!! Ceritanya itu bagus-bagus bgtXDDD//jadi semangat nulis cerita horor. Karena dari sekian banyak cerita horor yang aku tahu, cerita di film itu cukup ribet dan banyak konflik//paling suka sama konflik XDDD sekarang udah nonton sampai season 3 dan ngga sabar buat nonton lanjutannya :D

Untuk cerita horor, aku bakal selesaikan sampai tamat baru lanjut ke cerita lain. Kenapa?? Karena horor itu ceritanya ngga sepanjang ceritaku yang lain ho ho ho XDD, lagipula, bikin feeling buat nulis cerita horor itu berat, jadi susah kalau udah campur-campur sama cerita lain...//karena LN jarang ada yang horor dan kebanyakan komedi...

Oke, meski banyak kekurangan di cerita ini, tapi makasih buat yang udah mau membaca cerita ini ^^

Visit : DA

          Ngomik

Sankyuu!!

Author,
Fujiwara Hatsune (>.<)

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar