Story : How To Make A Friend Chapter 4
*Read :
*Read Another Stories :
Chapter 4 Teman yang Sempurna
“Miya--shita
Riya-- Hm?”
Tiba-tiba Riya
tertegun.
Matanya
terbelalak kaget.
“Lho?
Ini--Tunggu! Tidak mungkin!”
Perlahan,
matanya bergerak menuju ke salah satu nama di dalam kartu tersebut yang tidak
asing lagi untuknya.
“........Aku
tidak salah membacanya’kan? [‘Nama
itu’...? Kenapa bisa ada di sini?].”
Di dalam kartu
itu tertulis--
Okamine Mariko
Nakamura Takaya
Takashi Haruko
Takashi
Haruko
“Kenapa nama
Haruko ada di sini?!”
Nama Haruko ada
di dalam kartu itu berarti--
“Apa dia sudah
pernah menemukan buku ini?”
Pikir Riya tidak
mengerti.
“Tapi--Itu tidak
mungkin’kan? Haruko bukan orang yang peduli dan percaya dengan hal-hal berbau
mistis seperti ini...”
Kata Riya tidak
percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
Ia masih ingat
dengan jelas, bagaimana reaksi Haruko ketika ia membicarakan masalah ‘buku
misterius’ itu padanya.
“Haruko,
Haruko.”
“Hm? Ada apa?”
Saat itu
istirahat makan siang sedang berlangsung.
Ketika itu, Runa
sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya yang lain.
Meninggalkan
Haruko sendiri yang sedang sibuk membaca buku.
Riya yang secara
tidak sengaja mendengar pembicaraan kelompok Runa, langsung berlari ke arah
Haruko dan menarik kursi kemudian duduk di dekatnya.
“Kau tahu?”
“Tidak, kau’kan
belum cerita.”
Jawab Haruko
sambil terus membaca buku di tangannya.
“Begini, tadi,
aku dengar Runa dan teman-temannya yang lain membicarakan tentang rumor aneh
yang tersebar di dalam sekolah kita. Terutama di perpustakaan sekolah!”
Riya bercerita
dengan semangatnya.
Namun, Haruko
sama sekali tidak menunjukkan wajah tertarik, bahkan sedikitpun.
“Oh...”
“Kok cuma ‘Oh’,
sih?”
“Terus? Kau
ingin aku berkata ‘WOW’, begitu?”
“Haruko!”
Teriak Riya
kesal karena Haruko seolah mengacuhkannya.
Melihat tingkah
sahabatnya itu, Haruko menghela nafas, kemudian menutup rapat-rapat bukunya,
lalu menatap ke arah Riya.
“Rumor apa sih?
Paling-paling tentang hantu penjaga perpustakaan atau mungkin buku yang
melayang dan terbuka sendiri seolah ada seseorang yang membacanya? Ayolah, kau
tahu aku paling benci rumor macam itu? Kau tahu kalau aku tidak suka hal-hal
berbau mistik dan horor, serta tidak punya minat sedikitpun pada hal seperti
itu? Makanya aku tidak mau ketika Runa mengajakku untuk membicarakan hal itu
dengan teman-temannya.”
Haruko berkata
sambil menopang dagu.
“Tapi, yang ini
berbeda!”
“Beda atau sama,
aku tetap tidak percaya dengan hal seperti itu!”
“Ini tentang
‘Buku yang bisa mengabulkan permohonan’!”
“Sudah kubilang
aku--Apa?”
Tiba-tiba Haruko
langsung tertegun.
“Kau bilang buku
yang apa--?”
“...........................”
Pada saat itu,
Haruko terlihat sangat terkejut, seperti seorang penjahat yang tertangkap basah
ketika melakukan aksinya.
Riya berusaha
menjelaskan tentang buku itu, tapi Haruko langsung terkesan acuh dan tidak
peduli.
Ia bersikeras
mengatakan pada Riya, bahwa buku itu sebenarnya tidak ada dan hanya sebuah
gosip saja.
“Hal seperti itu tidak ada! Kau jangan
pernah percaya dengan hal-hal tidak masuk akal seperti itu!!”
Tapi, kalau
memang seperti itu--
“Kenapa namanya
ada di buku ini? Dia bilang tidak percaya tapi--“
Ia menemukan
buku itu dan menggunakannya untuk mengabulkan permohonan.
Terkadang kita
bersikeras tidak percaya akan sesuatu. Seperti misalnya tentang alien atau
mungkin pesawat UFO yang masih belum diketahuui kebenarannya.
Namun, ketika
hal-hal yang tidak masuk di akal itu benar-benar ada dan muncul tepat dihadapan
kita, tidak pilihan lain yang ada di depan kita, selain percaya bahwa itu
memang kenyataan.
Itulah yang
dialami Riya tadi.
Dan, mungkin itu
juga yang dialami Haruko.
“Mungkin saja ia
tidak sengaja menemukan buku ini sama seperti aku. Haruko suka membaca buku, dan
sering ke perpustakaan. Tidak aneh kalau tiba-tiba dia menemukan buku ini di
sana. Iya, karena bukti sudah ada di depan mata, tidak ada pilihan lain untuk
percaya. Ya, pasti begitu.”
Pikir Riya yang
akhirnya bisa menghela nafas lega.
Tapi, baru satu
misteri yang terpecahkan.
Masih ada
misteri terakhir--
“..........Tapi...Apa
yang dia inginkan...?”
Ya, apa yang
Haruko inginkan dari buku itu?
“Hm...Coba aku
ingat-ingat dulu...Apa ada sesuatu yang sangat Haruko inginkan, ya?”
Boneka?
“Ah, Haruko
tidak suka boneka.”
Perhiasan?
“Ukh...Buat apa
anak SMA pakai perhiasan? Mau jadi toko emas berjalan??”
Buku?
“Ah! Iya, itu
dia!”
Riya berkata
sambil mengangkat jari telunjuknya.
“Kalau tidak
salah, waktu itu ada novel yang sangat diinginkan oleh Haruko! Tapi, karena
tabungannya tidak cukup, ia tidak jadi membelinya. Ia juga tidak enak kalau
harus meminta uang pada orang tuanya. Nah, yang aneh itu, beberapa hari
kemudian, dia datang ke sekolah dengan membawa buku itu! Pasti itu dia!!”
Haruko
menginginkan sebuah novel.
Karena itu,
begitu ia secara tidak sengaja menemukan buku itu, ia menggunakannya supaya ia
bisa mendapatkan novel yang sangat dia inginkan.
“Haruko sudah
mendapatkan novel yang dia inginkan. Kalau begitu...Apa ‘teman’ yang akan
kubuat...Juga akan menjadi kenyataan...?”
Riya berkata
sambil menyentuhkan tangannya pada lembaran kertas di buku itu.
Ia memejamkan
mata kemudian menghela nafas beberapa kali.
Begitu ia
membuka mata, tangannya bergerak dengan perlahan, merobek salah satu halaman
dari kertas itu.
“..........Tersobek...Benar-benar
tersobek...”
Kertas yang
sebelumnya tidak bisa disobek itu, akhirnya bisa tersobek dengan sangat mudah.
“Oke...Tenang,
Riya...Tenang...Sekarang, yang harus aku lakukan adalah--“
Menggambar teman
yang sempurna.
Dengan perlahan,
Riya menggambar image seorang sahabat idaman yang sangat ia inginkan.
Cantik,
Dengan rambut
coklat panjang sepunggung dan senyuman yang selalu mengembang di wajahnya.
Pintar,
Selalu teratas
dalam pelajaran dan bisa membantunya belajar setiap waktu.
Jago dalam
segala hal,
Memasak,
olahraga, kesenian,
Dan baik.
Tapi,
Yang lebih
penting adalah--
“Sahabat yang
tidak akan pernah meninggalkan aku--Selalu berada di sisiku apapun yang
terjadi.”
Riya mencurahkan
segala tenaganya untuk menciptakan sebuah karakter yang benar-benar sempurna.
Seorang teman
yang sangat sempurna.
“......................Selesai...”
Dan di akhir
gambarnya, tertulis sebuah nama ‘Kawada Emi’.
Riya lalu
memejamkan mata, menunggu gambar itu menjadi sebuah kenyataan.
1...
2...
3...
“Kawada-chan,
haloo~~~ Eh...?”
Tidak ada
siapapun di hadapannya.
“Aneh...Kenapa
gambar itu tidak menjadi kenyataan?”
Riya berkata
sambil melihat ke arah kertas yang sudah ia gambar.
“Aku...Tidak
melakukan kesalahan apapun’kan?”
.............
..................................
.......................................................
“AH!! BODOHNYA AKUUU!!!
Riya tiba-tiba
berteriak histeris sambil memegang kepalanya.
“Bodoh kau, Miyashita
Riya!! Seharusnya aku sudah tahu! Ini pasti kerjaan anak-anak iseng itu!!! Ya!
Mereka sengaja memanfaatkan rumor buku aneh itu untuk keisengan mereka! Aku
yakin, mereka pasti sengaja membuat buku yang mirip dengan buku dalam rumor
itu, kemudian menyelipkannya di dalam rak di perpustakaan! Lalu, lalu, ketika
aku sedang mengembalikan buku yang aku pinjam, buku itu secara TIDAK SENGAJA jatuh dan--dan--Aku memungutnyaaaAAAAAAAAAAAAA!!!!”
Teriak Riya yang
langsung di sambung dengan ‘Bodoh, bodoh, bodoh’.
“Ukh...Aku sama
sekali tidak percaya kalau aku bisa termakan jebakan bodoh mereka, dan melakukan
hal-hal konyol yang seharusnya tidak aku lakukan, uh...Aku merasa malu pada
diriku sendiri...”
Riya berkata
dengan suara pelan, mengasihani dirinya sendiri dan air mata hampir turun dari
matanya.
Ia lalu menghela
nafas dan merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya.
Matanya kini
menatap ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.
Perlahan, ia
meletakkan sebelah tangannya, menutupi wajahnya.
“.........Harusnya
aku tahu itu. Sejak awal, baik buku maupun kartu itu tidak nyata. Mana mungkin
ada buku yang bisa mengabulkan permohonan? Itu semua hanya omong kosong!”
Ia lalu
mengambil kertas yang sudah ia sobek dan mengangkatnya ke atas.
“.........Mana
mungkin, ya? Ada satu orang lagi diantara kita? Pada akhirnya, Kawada Emi tidak
akan menjadi kenyataan...Dan sampai akhir, aku akan terus terjebak di tengah 2 orang
itu, tanpa bisa masuk ke dalamnya...Ah, ya sudah. Besok, aku kembalikan saja
buku itu.”
Kata Riya sambil
meraba-raba tempat tidurnya.
Tapi--
“Lho?”
Riya bangkit
dari tempat tidurnya.
“Kok buku itu
tidak ada? Perasaan, aku letakkan di atas tempat tidurku... Hmm, biarkan saja
deh. Aku juga tidak butuh. Tidak ada yang butuh.”
Riya kembali
tiduran di atas tempat tidurnya dan memeluk gulingnya.
Ia kembali
membuka mata, ketika menyadari bahwa tangannya masih menggenggam gambar Kawada
Emi.
“...............”
Ia kembali
memandangi gambar Kawada Emi.
“............Ini
biar aku simpan saja...”
Kata Riya pelan,
kemudian tertidur.
***-***
A/N : Hai, minna XDDD
How To Make a Friend chapter 4 :D
Sampai saat ini, cerita ini sudah sampai chapter 8 dan mungkin akan selesai beberapa ch lagi ^^
ceritanya masih biasa banget ya??//padahal horor, tapi sama sekali ga ada serem-seremnya//plaak. Ya begitulah, bikin yang horor itu memang sulit, cuma cerita ini memang ga terlalu serem kok, datar-datar aja//duaagh.
Kira-kira, apakah teman sempurna yang sangat diinginkan oleh Riya akan benar-benar terwujud ya?? He he he
Sankyuu buat yang udah mau mampir dan membaca cerita ini ^^
Visit My Blog :
Sampai saat ini, cerita ini sudah sampai chapter 8 dan mungkin akan selesai beberapa ch lagi ^^
ceritanya masih biasa banget ya??//padahal horor, tapi sama sekali ga ada serem-seremnya//plaak. Ya begitulah, bikin yang horor itu memang sulit, cuma cerita ini memang ga terlalu serem kok, datar-datar aja//duaagh.
Kira-kira, apakah teman sempurna yang sangat diinginkan oleh Riya akan benar-benar terwujud ya?? He he he
Sankyuu buat yang udah mau mampir dan membaca cerita ini ^^
Visit My Blog :
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar