Minggu, 28 Desember 2014

Story : How To Make A Friend Chapter 4


Story : How To Make A Friend Chapter 4

*Read :
              
             Prologue            

             Chapter 1

             Chapter 2

            Chapter 3

           Chapter 5

            Chapter 6

           Chapter 7

           Chapter 8


            Epilogue
*Read Another Stories :






 


Chapter 4 Teman yang Sempurna
“Miya--shita Riya-- Hm?”
Tiba-tiba Riya tertegun.
Matanya terbelalak kaget.
“Lho? Ini--Tunggu! Tidak mungkin!”
Perlahan, matanya bergerak menuju ke salah satu nama di dalam kartu tersebut yang tidak asing lagi untuknya.
“........Aku tidak salah membacanya’kan? [‘Nama itu’...? Kenapa bisa ada di sini?].”
Di dalam kartu itu tertulis--
Okamine Mariko
Nakamura Takaya
Takashi Haruko

Takashi Haruko

“Kenapa nama Haruko ada di sini?!”
Nama Haruko ada di dalam kartu itu berarti--
“Apa dia sudah pernah menemukan buku ini?”
Pikir Riya tidak mengerti.
“Tapi--Itu tidak mungkin’kan? Haruko bukan orang yang peduli dan percaya dengan hal-hal berbau mistis seperti ini...”
Kata Riya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
Ia masih ingat dengan jelas, bagaimana reaksi Haruko ketika ia membicarakan masalah ‘buku misterius’ itu padanya.

“Haruko, Haruko.”
“Hm? Ada apa?”
Saat itu istirahat makan siang sedang berlangsung.
Ketika itu, Runa sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya yang lain.
Meninggalkan Haruko sendiri yang sedang sibuk membaca buku.
Riya yang secara tidak sengaja mendengar pembicaraan kelompok Runa, langsung berlari ke arah Haruko dan menarik kursi kemudian duduk di dekatnya.
“Kau tahu?”
“Tidak, kau’kan belum cerita.”
Jawab Haruko sambil terus membaca buku di tangannya.
“Begini, tadi, aku dengar Runa dan teman-temannya yang lain membicarakan tentang rumor aneh yang tersebar di dalam sekolah kita. Terutama di perpustakaan sekolah!”
Riya bercerita dengan semangatnya.
Namun, Haruko sama sekali tidak menunjukkan wajah tertarik, bahkan sedikitpun.
“Oh...”
“Kok cuma ‘Oh’, sih?”
“Terus? Kau ingin aku berkata ‘WOW’, begitu?”
“Haruko!”
Teriak Riya kesal karena Haruko seolah mengacuhkannya.
Melihat tingkah sahabatnya itu, Haruko menghela nafas, kemudian menutup rapat-rapat bukunya, lalu menatap ke arah Riya.
“Rumor apa sih? Paling-paling tentang hantu penjaga perpustakaan atau mungkin buku yang melayang dan terbuka sendiri seolah ada seseorang yang membacanya? Ayolah, kau tahu aku paling benci rumor macam itu? Kau tahu kalau aku tidak suka hal-hal berbau mistik dan horor, serta tidak punya minat sedikitpun pada hal seperti itu? Makanya aku tidak mau ketika Runa mengajakku untuk membicarakan hal itu dengan teman-temannya.”
Haruko berkata sambil menopang dagu.
“Tapi, yang ini berbeda!”
“Beda atau sama, aku tetap tidak percaya dengan hal seperti itu!”
“Ini tentang ‘Buku yang bisa mengabulkan permohonan’!”
“Sudah kubilang aku--Apa?”
Tiba-tiba Haruko langsung tertegun.
“Kau bilang buku yang apa--?”

“...........................”
Pada saat itu, Haruko terlihat sangat terkejut, seperti seorang penjahat yang tertangkap basah ketika melakukan aksinya.
Riya berusaha menjelaskan tentang buku itu, tapi Haruko langsung terkesan acuh dan tidak peduli.
Ia bersikeras mengatakan pada Riya, bahwa buku itu sebenarnya tidak ada dan hanya sebuah gosip saja.

“Hal seperti itu tidak ada! Kau jangan pernah percaya dengan hal-hal tidak masuk akal seperti itu!!”

Tapi, kalau memang seperti itu--
“Kenapa namanya ada di buku ini? Dia bilang tidak percaya tapi--“
Ia menemukan buku itu dan menggunakannya untuk mengabulkan permohonan.
Terkadang kita bersikeras tidak percaya akan sesuatu. Seperti misalnya tentang alien atau mungkin pesawat UFO yang masih belum diketahuui kebenarannya.
Namun, ketika hal-hal yang tidak masuk di akal itu benar-benar ada dan muncul tepat dihadapan kita, tidak pilihan lain yang ada di depan kita, selain percaya bahwa itu memang kenyataan.
Itulah yang dialami Riya tadi.
Dan, mungkin itu juga yang dialami Haruko.
“Mungkin saja ia tidak sengaja menemukan buku ini sama seperti aku. Haruko suka membaca buku, dan sering ke perpustakaan. Tidak aneh kalau tiba-tiba dia menemukan buku ini di sana. Iya, karena bukti sudah ada di depan mata, tidak ada pilihan lain untuk percaya. Ya, pasti begitu.”
Pikir Riya yang akhirnya bisa menghela nafas lega.
Tapi, baru satu misteri yang terpecahkan.
Masih ada misteri terakhir--
“..........Tapi...Apa yang dia inginkan...?”
Ya, apa yang Haruko inginkan dari buku itu?
“Hm...Coba aku ingat-ingat dulu...Apa ada sesuatu yang sangat Haruko inginkan, ya?”
Boneka?
“Ah, Haruko tidak suka boneka.”
Perhiasan?
“Ukh...Buat apa anak SMA pakai perhiasan? Mau jadi toko emas berjalan??”
Buku?
“Ah! Iya, itu dia!”
Riya berkata sambil mengangkat jari telunjuknya.
“Kalau tidak salah, waktu itu ada novel yang sangat diinginkan oleh Haruko! Tapi, karena tabungannya tidak cukup, ia tidak jadi membelinya. Ia juga tidak enak kalau harus meminta uang pada orang tuanya. Nah, yang aneh itu, beberapa hari kemudian, dia datang ke sekolah dengan membawa buku itu! Pasti itu dia!!”
Haruko menginginkan sebuah novel.
Karena itu, begitu ia secara tidak sengaja menemukan buku itu, ia menggunakannya supaya ia bisa mendapatkan novel yang sangat dia inginkan.
“Haruko sudah mendapatkan novel yang dia inginkan. Kalau begitu...Apa ‘teman’ yang akan kubuat...Juga akan menjadi kenyataan...?”
Riya berkata sambil menyentuhkan tangannya pada lembaran kertas di buku itu.
Ia memejamkan mata kemudian menghela nafas beberapa kali.
Begitu ia membuka mata, tangannya bergerak dengan perlahan, merobek salah satu halaman dari kertas itu.
“..........Tersobek...Benar-benar tersobek...”
Kertas yang sebelumnya tidak bisa disobek itu, akhirnya bisa tersobek dengan sangat mudah.
“Oke...Tenang, Riya...Tenang...Sekarang, yang harus aku lakukan adalah--“
Menggambar teman yang sempurna.
Dengan perlahan, Riya menggambar image seorang sahabat idaman yang sangat ia inginkan.
Cantik,
Dengan rambut coklat panjang sepunggung dan senyuman yang selalu mengembang di wajahnya.
Pintar,
Selalu teratas dalam pelajaran dan bisa membantunya belajar setiap waktu.
Jago dalam segala hal,
Memasak, olahraga, kesenian,
 Dan baik.
Tapi,
Yang lebih penting adalah--
“Sahabat yang tidak akan pernah meninggalkan aku--Selalu berada di sisiku apapun yang terjadi.”
Riya mencurahkan segala tenaganya untuk menciptakan sebuah karakter yang benar-benar sempurna.
Seorang teman yang sangat sempurna.
“......................Selesai...”
Dan di akhir gambarnya, tertulis sebuah nama ‘Kawada Emi’.
Riya lalu memejamkan mata, menunggu gambar itu menjadi sebuah kenyataan.
1...
2...
3...
“Kawada-chan, haloo~~~ Eh...?”
Tidak ada siapapun di hadapannya.
“Aneh...Kenapa gambar itu tidak menjadi kenyataan?”
Riya berkata sambil melihat ke arah kertas yang sudah ia gambar.
“Aku...Tidak melakukan kesalahan apapun’kan?”
.............
..................................
.......................................................
AH!! BODOHNYA AKUUU!!!
Riya tiba-tiba berteriak histeris sambil memegang kepalanya.
“Bodoh kau, Miyashita Riya!! Seharusnya aku sudah tahu! Ini pasti kerjaan anak-anak iseng itu!!! Ya! Mereka sengaja memanfaatkan rumor buku aneh itu untuk keisengan mereka! Aku yakin, mereka pasti sengaja membuat buku yang mirip dengan buku dalam rumor itu, kemudian menyelipkannya di dalam rak di perpustakaan! Lalu, lalu, ketika aku sedang mengembalikan buku yang aku pinjam, buku itu secara TIDAK SENGAJA  jatuh dan--dan--Aku memungutnyaaaAAAAAAAAAAAAA!!!!
Teriak Riya yang langsung di sambung dengan ‘Bodoh, bodoh, bodoh’.
“Ukh...Aku sama sekali tidak percaya kalau aku bisa termakan jebakan bodoh mereka, dan melakukan hal-hal konyol yang seharusnya tidak aku lakukan, uh...Aku merasa malu pada diriku sendiri...”
Riya berkata dengan suara pelan, mengasihani dirinya sendiri dan air mata hampir turun dari matanya.
Ia lalu menghela nafas dan merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya.
Matanya kini menatap ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.
Perlahan, ia meletakkan sebelah tangannya, menutupi wajahnya.
“.........Harusnya aku tahu itu. Sejak awal, baik buku maupun kartu itu tidak nyata. Mana mungkin ada buku yang bisa mengabulkan permohonan? Itu semua hanya omong kosong!”
Ia lalu mengambil kertas yang sudah ia sobek dan mengangkatnya ke atas.
“.........Mana mungkin, ya? Ada satu orang lagi diantara kita? Pada akhirnya, Kawada Emi tidak akan menjadi kenyataan...Dan sampai akhir, aku akan terus terjebak di tengah 2 orang itu, tanpa bisa masuk ke dalamnya...Ah, ya sudah. Besok, aku kembalikan saja buku itu.”
Kata Riya sambil meraba-raba tempat tidurnya.
Tapi--
“Lho?”
Riya bangkit dari tempat tidurnya.
“Kok buku itu tidak ada? Perasaan, aku letakkan di atas tempat tidurku... Hmm, biarkan saja deh. Aku juga tidak butuh. Tidak ada yang butuh.”
Riya kembali tiduran di atas tempat tidurnya dan memeluk gulingnya.
Ia kembali membuka mata, ketika menyadari bahwa tangannya masih menggenggam gambar Kawada Emi.
“...............”
Ia kembali memandangi gambar Kawada Emi.
“............Ini biar aku simpan saja...”
Kata Riya pelan, kemudian tertidur.
***-***

A/N : Hai, minna XDDD
 How To Make a Friend chapter 4 :D
Sampai saat ini, cerita ini sudah sampai chapter 8 dan mungkin akan selesai beberapa ch lagi ^^
ceritanya masih biasa banget ya??//padahal horor, tapi sama sekali ga ada serem-seremnya//plaak. Ya begitulah, bikin yang horor itu memang sulit, cuma cerita ini memang ga terlalu serem kok, datar-datar aja//duaagh.

Kira-kira, apakah teman sempurna yang sangat diinginkan oleh Riya akan benar-benar terwujud ya?? He he he

Sankyuu buat yang udah mau mampir dan membaca cerita ini ^^

Visit My Blog : 
                       Ngomik

                        DA
 

Sankyuu!!

Author,
Fujiwara Hatsune

Tidak ada komentar:

Posting Komentar