Story : How To Make A Friend Chapter 3
*Read :
Chapter 3 Nama itu
Rasanya sekarang ini, aku berharap kalau ada
satu orang lagi diantara kita.
...........................
Riya terdiam.
Dan sebuah
senyuman aneh mengembang di wajahnya.
“[Iya].”
“[Ada satu hal yang sangat kuinginkan--]”
“Aku ingin
seorang teman, hanya untukku...”
Dan dengan itu,
Riya membawa buku itu pulang ke rumah.
***-***
“Aku pulang.”
Riya berkata
sambil melepaskan sepatunya.
Begitu Riya
mendapatkan buku itu, ia langsung memasukkannya ke dalam tas.
Ketika buru-buru
keluar dari perpustakaan, pintu terbuka dan ternyata guru yang biasa menjaga
perpustakaan datang untuk mengambil barang dan mengunci perpustakaan. Ia
bingung ketika melihat Riya sepertinya buru-buru sekali dan sedikit curiga
kalau-kalau Riya melakukan sesuatu yang tidak seharusnya di sini.
Namun, Riya
tidak memiliki banyak waktu untuk menjelaskannya dan berkata bahwa ia kemari
hanya untuk mengembalikan buku, kemudian berlalu pergi. Ia bisa mendengar
penjaga perpustakaan itu meneriakkan namanya beberapa kali, namun ia tidak
menggubrisnya dan terus berlari sampai akhirnya keluar dari sekolah.
Semoga saja guru
itu tidak memanggilnya besok...
“Haah...Hari ini
melelahkan sekali...”
Ibu Riya yang
melihat kedatangan putrinya itu, langsung membalas sapaannya.
“Selamat datang.
Bagaimana sekolah hari ini?”
“Mem-Bo-San-Kan~~...”
Jawab Riya
sambil berjalan ke arah meja makan dan meletakan tasnya di atas kursi.
Sejujurnya bukan
membosankan.
Yah, mungkin
memang membosankan pada awalnya.
Tapi, akhirnya
Riya mendapatkan apa yang ia inginkan.
“Hi hi hi.”
Riya tertawa
kecil sambil mengelus-elus tas yang kini berada di atas kursi, di samping ia
duduk.
Dan pada
akhirnya, hari-hari menyebalkan tentang ‘2 orang’ itu akan segera berakhir.
Karena sebentar
lagi, akan ada satu orang diantara mereka bertiga.
“Serius...Ada
apa denganmu?”
“Eh, memang aku
kenapa?”
Tanya Riya tidak
mengerti dengan perkataan ibunya.
“Tiap kali
kutanya ‘Bagaimana sekolahmu hari ini’, kau selalu saja menjawab dengan
‘Membosankan’. Itu membuatku sedikit khawatir, kalau-kalau kau tidak menikmati
kehidupan di sekolahmu.”
Ia berkata
sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan tempat duduk Riya.
“Mau bagaimana
lagi? Memang begitu kenyataannya. [Tiap
kali selalu aku yang ditinggal. Selalu aku yang tidak dianggap. Apa aku tidak
merasa bosan dengan rutinitas menyebalkan seperti itu?].”
Jawabnya santai.
“Bukan hanya itu
saja yang aku khawatirkan. Nilaimu juga selalu jelek. Gurumu kemarin
meneleponku mengenai masalah itu. Kau tahu betapa malunya aku?”
Ibu Riya berkata
sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Yah, jangan
salahkan aku soal itu. Pelajarannya saja yang terlalu susah.”
Kata gadis itu
sambil bersandar di kursi.
“Bukan masalah
pelajarannya yang terlalu susah. Tapi, kurasa masalahnya ada pada dirimu
sendiri.”
“Pada diriku?
Maksudnya?”
Riya sedikit
memajukan tubuhnya.
“Kalau masalah
nilaiku yang selalu rendah, jangan menyalahkan aku! Salahkan saja guru yang
mengajar!”
“Kau itu, tidak
pernah serius dalam segala hal. Tidak
bisa diandalkan. Tidak ingin berusaha. Masalah belajarpun kau tidak bisa serius.
Hanya mengeluh dan mengeluh saja. Kau itu, terlalu banyak menyalahkan dunia dan
orang lain. Salah gurumu, salah temanmu, salah siapapun, tapi, apa kau pernah,
sekalipun menyalahkan dirimu sendiri atas semua yang terjadi? Kau selalu saja
menuntut! Pantas saja temanmu hanya sedikit. Aku masih bersyukur karena
Haruko-chan dan runa-chan mau menjadi teman anak sepertimu, Riya.”
Kata ibu Riya
menasihati yang sudah sama panjangnya dengan pidato berdurasi 1 jam -->
Menurut Riya.
Tapi, sepertinya
Riya tidak ada keinginan untuk meresapi ceramah ibunya itu dan hanya menghela
nafas.
“Iya, iya, oke.
Aku paham.”
Riya berkata
tanpa menoleh ke arah ibunya, kemudian bangkit berdiri dan membawa tas-nya.
“Mau ke mana
kau?”
“Aku mau ke
kamar. Aku lelah. Aku mau tidur saja.”
Kata Riya sambil
melangkah naik ke kamarnya di lantai 2.
“Tidak mau makan
malam? Hari ini, ibu buatkan nasi kari favoritmu.”
“Tidak usah.
Tapi, terima kasih.”
Balas Riya sambil
sedikit tersenyum ke arah ibunya.
***-***
Begitu tiba di
dalam kamarnya, Riya langsung mengunci pintu supaya tidak ada yang bisa masuk.
Riya yakin, saat
ini ibunya pasti sedang bertanya-tanya ‘Kenapa dengan anak itu?’, karena tidak
biasanya dia langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diriku seperti sekarang
ini, juga melewatkan makan malam.
Namun, sekarang
ada hal lain yang lebih penting yang harus ia lakukan.
“Oke...Baiklah...”
Sekarang, Riya duduk
di atas tempat tidurnya.
Di depannya,
sudah ada sebuah buku tua dengan sampul berwarna merah darah. Ketika Riya
menatap buku itu, perasaan aneh langsung menyelimuti dirinya.
Perlahan, Riya
menelan ludah.
Apa buku ini
nyata?
Perasaan ragu
ternyata masih menguasainya.
Namun, rasa
penasaran ternyata sudah menguasai diri Riya lebih jauh lagi.
Dengan sedikit
gemetar, gadis berambut pirang itu membuka buku tersebut kemudian mengambil
kartu yang terselip di dalamnya.
“Aku harus
menuliskan namaku di sini...? Apa tidak apa-apa, ya...?”
Sambil berpikir
seperti itu, Riya merogoh tas-nya dan mengambil tempat pensil-nya.
Sudah terlambat
untuk merasa ragu.
Setelah
mengambil sebuah bolpen dari dalamnya, ia langsung menuliskan namanya di kartu
tersebut.
“Miya--shita
Riya-- Hm?”
Tiba-tiba Riya tertegun.
Matanya
terbelalak kaget.
“Lho?
Ini--Tunggu! Tidak mungkin!”
Perlahan, matanya
bergerak menuju ke salah satu nama di dalam kartu tersebut yang tidak asing
lagi untuknya.
“........Aku
tidak salah membacanya’kan? [‘Nama
itu’...? Kenapa bisa ada di sini?].”
Di dalam kartu
itu tertulis--
Okamine Mariko
Nakamura Takaya
Takashi Haruko
Takashi
Haruko
“Kenapa nama
Haruko ada di sini?!”
***-***
A/N : Hai, minna ^^
Nah loh, nah loh, kok nama Haruko bisa ada di daftar nama buku itu?? Apa ini Haruko yang itu? Atau Haruko yang lain dan kebetulan namanya sama??
Hmm...Jawabannya cuma satu nih...
...................
Simak saja kelanjutannya ha ha//plaaak
Chapter 1,2,3,4...
Sebenarnya aku mau jadiin satu, soalnya pendek-pendek. Cuma ya...Akhirnya aku mutusin buat di pecah aja :D
Mungkin cerita ini, masih belum kerasa horornya//emang ga ada seremnya//plaak
lebih cocok masuk ke genre misteri sih menurutku ha ha ha
Oke, makasih buat yang udah mampir dan membaca :)
Visit My : Ngomik
DA
Next Chapter : Teman yang Sempurna
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar