Selasa, 30 September 2014

Story : Mihashi Chapter 1

Story : Mihashi Chapter 1

*Read : Prologue

            Chapter 2

             Chapter 3

            Chapter 4

            Chapter 5

            Chapter 6 

            Chapter 7

            Chapter 8

            Chapter 9

            Chapter 10


* Read Another Stories :

Hana no Uta
One-Shot Stories



MIHASHI
- Chapter 1 -
Tanganmu Sangat Hangat, Aku Suka

[Aku sama sekali tidak pernah menginginkan anak ini].”

“Chiharu, perkenalkan, gadis ini namanya Mihashi.”
Malam itu, hujan turun dengan deras.
Itu membuat udara di musim dingin ini semakin terasa dingin.
Chiharu berdiri di depan rumahnya sambil membawa sebuah payung berwarna coklat.
Di hadapannya sekarang, berdiri seorang pemuda berambut hitam pendek.
Pemuda itu mengenakan kacamata dan pakaian kemeja yang rapi, sepertinya sehabis pulang dari bekerja.
Chiharu terdiam sambil menatap tanpa eskpresi ke arah pria yang tidak asing lagi untuknya itu.
Perlahan, ia menurunkan pandangannya.
Matanya bertemu dengan mata seorang gadis kecil, mungkin usianya sekitar 7 tahun.
Dengan rambut berwarna coklat pendek yang dikuncir 2, membuat gadis kecil itu terlihat manis.
Matanya bulat berwarna biru dan terlihat bersinar.
Namun Chiharu hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah gadis kecil itu, tatapan yang menunjukkan rasa tidak suka.

“[Bagiku, anak ini hanya akan membuat hidupku yang tidak terarah semakin berantakan].”


Beberapa saat kemudian, ia mengangkat kepalanya kembali dan menatap pria yang tengah tersenyum itu.
Ia menyipitkan sebelah matanya.
“Chiaki, apa yang sebenarnya kau inginkan?”
Tanya Chiharu kepada pemuda bernama Chiaki itu.
Dia adalah Matsuyuki Chiaki, kakak laki-laki  Chiharu.
Berbeda dengan Chiharu yang tidak memiliki pekerjaan, selalu meminjam uang ke sana kemari sampai berhutang puluhan juta hanya untuk bersenang-senang dan membeli minuman keras, Chiaki adalah pria yang sukses dan kaya.
Hidupnya terjamin dan memiliki perusahaan di mana-mana.
Chiharu meletakkannya tangannya dipinggang dan menghentakkan kaki dengan keras ke tanah.
“Kau tahu’kan kalau aku tidak memiliki apapun? Karena itu, lebih baik kau pergi dari hadapanku! Sekarang!!”
Nada bicaranya dipenuhi dengan rasa benci dan juga tidak suka.
Sejak kecil, Chiharu sudah membenci Chiaki.
Chiaki pintar dan berbakat, karena itu kedua orang tuanya lebih sering memanjakan dirinya.
Sedangkan Chiharu lebih nakal dan juga tidak pandai, karena itu orang tuanya tidak pernah memberikan apapun yang Chiharu inginkan, berbeda dengan Chiaki yang selalu dikabulkan permintaannya.
Itu membuat Chiharu merasa benci dan tidak suka atas perlakukan orang tuanya yang tidak adil kepadanya.
Dan membuatnya tumbuh membenci Chiaki.
“....................”
Meskipun gadis berambut hitam sedikit panjang itu sudah menyuruhnya untuk pergi, tapi Chiaki tetap berdiri sambil menggandeng tangan gadis itu.
 “Chiharu, aku mengerti kalau kau membenciku. Tapi, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.”
 Chiaki berkata dengan suara pelan yang langsung ditanggapi dengan sinis oleh adik perempuannya itu.
“Hah!? ‘Sesuatu’? Kau pikir aku pelayanmu!? Bisa seenaknya tiba-tiba datang dan menyuruhku untuk melakukan sesuatu untukmu!!? Jangan bercanda!! Kau sendiri juga sudah tahu’kan kalau aku sangat sangat sangat membencimu!?? Karena itu, aku tidak akan pernah berbuat sesuatu untuk--“
“Tolong rawat Mihashi.”
“..........Eh...?”
Amarah Chiharu yang sebelumnya telah meledak, kini tiba-tiba lenyap, berganti dengan perasaan terkejut.
“Chiharu, rawatlah Mihashi...Tolong jaga putriku.”
Kata-katanya terdengar singkat namun entah kenapa terasa dingin.
Meninggalkan putrinya sendiri di tangan orang lain...?
Apa yang Chiaki pikirkan!?
“Ada apa ini...? Kenapa kau tiba-tiba--“
“Aku akan membiayai seluruh biaya hidupmu.” Lanjut Chiaki.
“Apa?” Chiharu berkata kaget.
“Aku akan melunasi semua hutang-hutangmu. Tapi dengan satu syarat. Kau harus menjaga dan merawat Mihashi dengan baik.”
Chiaki akhirnya menghentikan perkataannya.
“Tunggu! Maksudmu kau benar-benar akan meninggalkan anakmu ini di sini!? Hey! Apa kau sudah gila!? Dia putrimu! Kau yang harus merawatnya!! Kenapa tanggung jawabmu harus jadi tanggung jawabku!? Aku sama sekali tidak paham!!!”
“Kumohon...Hanya kau yang bisa kumintai tolong...”
“..................”
Mendengar nada bicara kakaknya yang terdengar lemah dan putus asa, Chiharu tidak bisa berkata apapun.
Sepertinya, dia serius.
Serius akan meninggalkan putrinya ini bersama dengan dirinya.
Chiharu terdiam, ia menundukkan kepalanya.
Sesekali ia melirik ke arah gadis kecil itu yang hanya menatapnya tanpa mengatakan sepatah kata apapun sejak tadi.
Namanya Mihashi.
Ia juga terlihat sangat manis.
Tapi kenapa Chiaki justru ‘membuang’nya seperti ini...?
Ada apa ini...?
Perlahan, Chiharu menghela nafas dan berkata pelan ‘Sepertinya tidak ada pilihan lain’.
“Baiklah, baiklah. Terserah padamu! Aku juga tidak peduli. Tapi kau harus ingat dengan janjimu itu! Paham?”
Mendengar jawaban yang sesuai dengan harapannya itu, Chiaki tersenyum puas.
“Ya, pasti aku akan menepatinya. Chiharu, sekali lagi tolong jaga Mihashi, ya?”
“..............Baiklah, baiklah. Sekarang, lebih baik kau pergi!” Bentak Chiharu sambil melipat tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya dari Chiaki.
Chiaki sedikit tersenyum.
Ia kemudian menoleh ke arah Mihashi dan berlutut supaya tingginya setara dengan putrinya.
Perlahan, ia meletakkan tangannya di pundak Mihashi.
“Mihashi, perkenalkan, ini Bibi Chiharu.”
“?”
Mihashi menoleh ke arah Chiharu.
Tatapannya dipenuhi oleh rasa keingintahuan yang besar.
“Mihashi.”
Gadis itu kembali menoleh ketika ayahnya menyebut namanya.
“Mulai sekarang Mihashi akan tinggal bersama Bibi Chiharu. Jaga dirimu baik-baik, ya. Ingat, jauhi benda-benda berbahaya seperti api atau benda-benda tajam lainnya. Jangan main jauh-jauh dan keluar dari rumah tanpa pengawasan Bibi Chiharu. Jangan bermain di jalan raya.”
Chiaki berkata sambil menggenggam tangan kecil gadis itu.
Chiharu yang mendengar perkataan Chiaku berkata ‘Hah!’ tanpa menoleh ke arah mereka.
“Untuk seorang ayah yang akan membuang putrinya sendiri, kau ternyata cukup protektif juga. Kenapa tidak kau urus sendiri saja dia?”
“.....................Aku tidak bisa.”
Butuh agak sedikit lama buat Chiaki untuk mengatakan kalimat itu.
Setelah sekian lama, Chiharu akhirnya menoleh ke arah Chiaki yang masih berlutut di depan Mihashi.
Kata-katanya barusan membuatnya sedikit penasaran.
“Kenapa tidak bisa? Kau kelihatan sangat menyayanginya.”
“Kau akan tahu sendiri nanti.”
“Hah?”
“Dan lagi, aku tidak membuangnya. Aku menitipkannya padamu.”
“Itu sama saja! Sama saja tidak ada tanggung jawabnya!!”
Chiaki tersenyum kecil ke arah Chiharu, kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah Mihashi.
“Mihashi, papa harus pergi. Selamat tinggal, Papa mencintaimu.”
Sambil berkata seperti itu, ia mengecup kening Mihashi perlahan, kemudian memandanginya untuk beberapa saat.
Berpisah dengan seorang putri yang sangat dicintai pastilah sangat sulit.
Namun bagi orang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini, merawat anak yang bukan anaknya sendiri, pasti jauh lebih sulit.
Setelah itu, ia bangkit berdiri, merogoh sakunya dan menyerahkan sejumlah uang pada Chiharu.
“Ini untuk satu bulan ke depan. Gunakan untuk membayar semua keperluan Mihashi dan biaya uang sekolahnya.”
“Ini banyak sekali.”
“Itu bukan apa-apa kalau untuk Mihashi.”
“Ya, terserahlah. Baiklah, akan kuambil uang ini.”
Chiaki lali menggandeng tangan Mihashi dan membawanya ke samping Chiharu.
Ia lalu mendekati Chiharu dan berbisik pelan.
“Tapi ingat, jangan sampai kau menjadi ‘ibu’ bagi Mihashi. Sampai seterusnya, kau harus terus memposisikan dirimu sebagai ‘Bibi Chiharu’. Kalau kau sampai menjadi ‘ibu’ bagi Mihashi, maka--“
“?”
Chiharu sedikit tertegun ketika Chiaki membisikkan kelanjutan dari kalimat itu di telinganya.
Tapi kemudian ia tersenyum dan tertawa dengan sangat keras.
“Kau jangan bercanda. Mana aku mungkin aku menjadi ‘ibu’nya?! Ha ha ha!! Hal itu bahkan tidak sampai terpikirkan olehku!”
Mendengar itu dari adik perempuannya, Chiaki memutuskan kalau urusannya sudah selesai.
Ia membungkukan badan lalu berjalan pergi.
Dari kejauhan, Chiharu masih bisa melihat punggung Chiaki.
“Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh orang itu? Meninggalkan putrinya sendiri padaku seperti ini...Hah!! Buang-buang waktu saja.”
Chiharu sedikit agak keras, karena Chiaki sudah berjalan cukup jauh dari rumahnya, jadi ia tidak takut kalau-kalau pria itu akan datang dan mengambil lagi semua uang yang sudah ia terima dengan mudah itu.
Chiharu menghitung uang di tangannya dengan ekspresi puas.
Baru pertama kali ia memegang uang sebanyak itu.
Coba bayangkan?
Apa saja yang bisa ia beli dengan semua uang itu?
“Ha ha, dengan uang ini, aku bisa membeli semua barang yang dulu tidak bisa aku beli. Lumayan...”
“........................”
“?”
Menyadari kalau Mihashi dari tadi memperhatikannya, ia memasukkan uang tersebut ke saku celana.
Ia memandang anak itu dengan tatapan dingin.
“Kenapa melihatku seperti itu? Apa yang kau inginkan?”
“..........................”
Tidak ada jawaban.
“Hey, kau ini tidak bisa mendengar...Atau tidak bisa bicara, sih!? Kalau ada orang dewasa yang bertanya, ayo dijawab!!”
Bentak Chiharu sambil mendekatkan wajahnya mendekati wajah anak itu.
Mihashi sama sekali tidak menunjukkan ekspresi ketakutan meskipun Chiharu telah berteriak dengan suara keras di hadapannya.
Atau mungkin ia sama sekali tidak mengerti kalau Chiharu sedang membentaknya.
Dengan suara kecil, Mihashi berkata,
“Di sini dingin.”
Chiharu tertegun kemudian menghela nafas panjang.
“Hanya itu yang mau kau katakan? Ya sudah, ayo cepat masuk. Kalau kau terkena demam, aku juga yang bakal repot! Tapi, ingat. Jangan kotori rumahku dan sentuh apapun! Ingat itu!!”
Mihashi mengangguk pelan.
Chiharu terdiam sesaat memperhatikan wajah polos Mihashi.
“[Sepertinya ia sangat penurut. Baguslah, tidak akan repot mengurusnya kalau begitu]” Batin Chiharu sambil menghela nafas lega.
Ia menggandeng tangan Mihashi dan mengajaknya masuk.
Tiba-tiba Mihashi menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi? Ayo, cepat masuk.”
“....................”
Mihashi terdiam sambil memperhatikan tangan Chiharu yang menggandengnya.
Kemudian menggenggamnya semakin erat.
“Tanganmu sangat hangat. Aku suka.”
Itu adalah pertama kalinya Mihashi memperlihatkan senyumannya di hadapan Chiharu sejak tadi.
Ketika melihat itu, tiba-tiba perasaan yang aneh menyelimuti hati Chiharu.

“Jangan sampai kau jadi ‘ibu’ buat Mihashi.”

Chiharu tertegun, tapi sesaat kemudian langsung tersenyum kecil.
Ia berkata ‘Mana mungkin’ dengan suara pelan kemudian membawa Mihashi masuk ke dalam rumahnya yang kecil.

“[Aku sama sekali tidak pernah menginginkan anak ini].”
“[Bagiku, anak ini hanya akan membuat hidupku yang tidak terarah semakin berantakan].”
“[Namun, sekarang ini...].”
“[Justru aku tidak bisa menolak permintaan kakak laki-lakiku sendiri yang ingin menitipkan anak ini kepadaku].”
“[Gadis kecil yang terlihat manis dan juga penurut].”
“[Namanya Mihashi].”
“[Dan untuk selamanya, aku akan menjadi ‘Bibi Chiharu’ untuknya...].”
***-***

A/N :
 Hai minna XDD

Pembaca : What!!? Cuma segini? 
Fujiwara : Eh, iya cuma segini...

Ch-1nya ga terlalu panjang, tapi ch--ch selanjutnya malah kebalikannya //loh??
Mungkin harusnya ch-1 memang lebih panjang dari ch yang lain, kan awalnya gitu. Cuma aku ga tau, kenapa malah jadi ch setelahnya yang panjang.
Chiaki ga bertanggung jawab banget sih, masa anak dititipin ke orang//plaaak
Chiharu juga mata duitan gitu//plaak
Ga ada chara yang bener di nih cerita...
 Oh ya, nggak seperti ceritaku yang 'My Perfect and Romantic Highschool Life is Ruined Because of My Cute [TRAP] Roommate!!' yang chara-nya ada banyak banget//sampai aku pusing gambarnya dan bikin percakapannya// sana ngomong, sini ngomong// jadi ingat kalau ilus-nya belum selesaaaaai, aaaaaaakh!!!//jerit-jerit.
Malah jadi curhat cerita lain//plaak
Cerita ini mungkin bakal lebih simple dnegan chara minim //yang memang sangat minim...

Ya udah, aku berusaha bikin cerita sesuai style dan cara yang aku suka, jadi mungkin masih aneh (semoga aku bisa berkembang lagi...:) )

Sankyuu!!


Author,
Fujiwara Hatsune

Tidak ada komentar:

Posting Komentar