*Read : Prologue
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
* Read Another Stories :
Hana no Uta
One-Shot Stories
MIHASHI
- Chapter 1 -
Tanganmu Sangat Hangat, Aku Suka
Tanganmu Sangat Hangat, Aku Suka
“[Aku
sama sekali tidak pernah menginginkan anak ini].”
“Chiharu,
perkenalkan, gadis ini namanya Mihashi.”
Malam itu, hujan
turun dengan deras.
Itu membuat
udara di musim dingin ini semakin terasa dingin.
Chiharu berdiri
di depan rumahnya sambil membawa sebuah payung berwarna coklat.
Di hadapannya
sekarang, berdiri seorang pemuda berambut hitam pendek.
Pemuda itu
mengenakan kacamata dan pakaian kemeja yang rapi, sepertinya sehabis pulang
dari bekerja.
Chiharu terdiam
sambil menatap tanpa eskpresi ke arah pria yang tidak asing lagi untuknya itu.
Perlahan, ia
menurunkan pandangannya.
Matanya bertemu
dengan mata seorang gadis kecil, mungkin usianya sekitar 7 tahun.
Dengan rambut
berwarna coklat pendek yang dikuncir 2, membuat gadis kecil itu terlihat manis.
Matanya bulat berwarna
biru dan terlihat bersinar.
Namun Chiharu
hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah gadis kecil itu, tatapan yang
menunjukkan rasa tidak suka.
“[Bagiku, anak ini hanya akan membuat
hidupku yang tidak terarah semakin berantakan].”
Beberapa saat
kemudian, ia mengangkat kepalanya kembali dan menatap pria yang tengah
tersenyum itu.
Ia menyipitkan
sebelah matanya.
“Chiaki, apa
yang sebenarnya kau inginkan?”
Tanya Chiharu kepada
pemuda bernama Chiaki itu.
Dia adalah
Matsuyuki Chiaki, kakak laki-laki
Chiharu.
Berbeda dengan
Chiharu yang tidak memiliki pekerjaan, selalu meminjam uang ke sana kemari
sampai berhutang puluhan juta hanya untuk bersenang-senang dan membeli minuman
keras, Chiaki adalah pria yang sukses dan kaya.
Hidupnya
terjamin dan memiliki perusahaan di mana-mana.
Chiharu
meletakkannya tangannya dipinggang dan menghentakkan kaki dengan keras ke
tanah.
“Kau tahu’kan
kalau aku tidak memiliki apapun? Karena itu, lebih baik kau pergi dari
hadapanku! Sekarang!!”
Nada bicaranya
dipenuhi dengan rasa benci dan juga tidak suka.
Sejak kecil,
Chiharu sudah membenci Chiaki.
Chiaki pintar
dan berbakat, karena itu kedua orang tuanya lebih sering memanjakan dirinya.
Sedangkan Chiharu
lebih nakal dan juga tidak pandai, karena itu orang tuanya tidak pernah
memberikan apapun yang Chiharu inginkan, berbeda dengan Chiaki yang selalu
dikabulkan permintaannya.
Itu membuat
Chiharu merasa benci dan tidak suka atas perlakukan orang tuanya yang tidak
adil kepadanya.
Dan membuatnya
tumbuh membenci Chiaki.
“....................”
Meskipun gadis
berambut hitam sedikit panjang itu sudah menyuruhnya untuk pergi, tapi Chiaki
tetap berdiri sambil menggandeng tangan gadis itu.
“Chiharu, aku mengerti kalau kau membenciku.
Tapi, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.”
Chiaki berkata dengan suara pelan yang
langsung ditanggapi dengan sinis oleh adik perempuannya itu.
“Hah!?
‘Sesuatu’? Kau pikir aku pelayanmu!? Bisa seenaknya tiba-tiba datang dan menyuruhku
untuk melakukan sesuatu untukmu!!? Jangan bercanda!! Kau sendiri juga sudah
tahu’kan kalau aku sangat sangat sangat membencimu!?? Karena itu, aku tidak
akan pernah berbuat sesuatu untuk--“
“Tolong rawat
Mihashi.”
“..........Eh...?”
Amarah Chiharu yang
sebelumnya telah meledak, kini tiba-tiba lenyap, berganti dengan perasaan
terkejut.
“Chiharu,
rawatlah Mihashi...Tolong jaga putriku.”
Kata-katanya
terdengar singkat namun entah kenapa terasa dingin.
Meninggalkan
putrinya sendiri di tangan orang lain...?
Apa yang Chiaki
pikirkan!?
“Ada apa ini...?
Kenapa kau tiba-tiba--“
“Aku akan
membiayai seluruh biaya hidupmu.” Lanjut Chiaki.
“Apa?” Chiharu
berkata kaget.
“Aku akan
melunasi semua hutang-hutangmu. Tapi dengan satu syarat. Kau harus menjaga dan
merawat Mihashi dengan baik.”
Chiaki akhirnya menghentikan
perkataannya.
“Tunggu!
Maksudmu kau benar-benar akan meninggalkan anakmu ini di sini!? Hey! Apa kau
sudah gila!? Dia putrimu! Kau yang harus merawatnya!! Kenapa tanggung jawabmu
harus jadi tanggung jawabku!? Aku sama sekali tidak paham!!!”
“Kumohon...Hanya
kau yang bisa kumintai tolong...”
“..................”
Mendengar nada
bicara kakaknya yang terdengar lemah dan putus asa, Chiharu tidak bisa berkata
apapun.
Sepertinya, dia
serius.
Serius akan
meninggalkan putrinya ini bersama dengan dirinya.
Chiharu terdiam,
ia menundukkan kepalanya.
Sesekali ia
melirik ke arah gadis kecil itu yang hanya menatapnya tanpa mengatakan sepatah
kata apapun sejak tadi.
Namanya Mihashi.
Ia juga terlihat
sangat manis.
Tapi kenapa
Chiaki justru ‘membuang’nya seperti ini...?
Ada apa ini...?
Perlahan,
Chiharu menghela nafas dan berkata pelan ‘Sepertinya tidak ada pilihan lain’.
“Baiklah,
baiklah. Terserah padamu! Aku juga tidak peduli. Tapi kau harus ingat dengan
janjimu itu! Paham?”
Mendengar
jawaban yang sesuai dengan harapannya itu, Chiaki tersenyum puas.
“Ya, pasti aku
akan menepatinya. Chiharu, sekali lagi tolong jaga Mihashi, ya?”
“..............Baiklah,
baiklah. Sekarang, lebih baik kau pergi!” Bentak Chiharu sambil melipat tangannya
di depan dada dan memalingkan wajahnya dari Chiaki.
Chiaki sedikit
tersenyum.
Ia kemudian
menoleh ke arah Mihashi dan berlutut supaya tingginya setara dengan putrinya.
Perlahan, ia
meletakkan tangannya di pundak Mihashi.
“Mihashi,
perkenalkan, ini Bibi Chiharu.”
“?”
Mihashi menoleh
ke arah Chiharu.
Tatapannya
dipenuhi oleh rasa keingintahuan yang besar.
“Mihashi.”
Gadis itu
kembali menoleh ketika ayahnya menyebut namanya.
“Mulai sekarang
Mihashi akan tinggal bersama Bibi Chiharu. Jaga dirimu baik-baik, ya. Ingat,
jauhi benda-benda berbahaya seperti api atau benda-benda tajam lainnya. Jangan
main jauh-jauh dan keluar dari rumah tanpa pengawasan Bibi Chiharu. Jangan
bermain di jalan raya.”
Chiaki berkata
sambil menggenggam tangan kecil gadis itu.
Chiharu yang
mendengar perkataan Chiaku berkata ‘Hah!’ tanpa menoleh ke arah mereka.
“Untuk seorang
ayah yang akan membuang putrinya sendiri, kau ternyata cukup protektif juga.
Kenapa tidak kau urus sendiri saja dia?”
“.....................Aku
tidak bisa.”
Butuh agak
sedikit lama buat Chiaki untuk mengatakan kalimat itu.
Setelah sekian
lama, Chiharu akhirnya menoleh ke arah Chiaki yang masih berlutut di depan
Mihashi.
Kata-katanya
barusan membuatnya sedikit penasaran.
“Kenapa tidak
bisa? Kau kelihatan sangat menyayanginya.”
“Kau akan tahu
sendiri nanti.”
“Hah?”
“Dan lagi, aku
tidak membuangnya. Aku menitipkannya padamu.”
“Itu sama saja!
Sama saja tidak ada tanggung jawabnya!!”
Chiaki tersenyum
kecil ke arah Chiharu, kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah
Mihashi.
“Mihashi, papa
harus pergi. Selamat tinggal, Papa mencintaimu.”
Sambil berkata
seperti itu, ia mengecup kening Mihashi perlahan, kemudian memandanginya untuk
beberapa saat.
Berpisah dengan
seorang putri yang sangat dicintai pastilah sangat sulit.
Namun bagi orang
lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini, merawat anak yang
bukan anaknya sendiri, pasti jauh lebih sulit.
Setelah itu, ia
bangkit berdiri, merogoh sakunya dan menyerahkan sejumlah uang pada Chiharu.
“Ini untuk satu
bulan ke depan. Gunakan untuk membayar semua keperluan Mihashi dan biaya uang
sekolahnya.”
“Ini banyak
sekali.”
“Itu bukan
apa-apa kalau untuk Mihashi.”
“Ya,
terserahlah. Baiklah, akan kuambil uang ini.”
Chiaki lali
menggandeng tangan Mihashi dan membawanya ke samping Chiharu.
Ia lalu
mendekati Chiharu dan berbisik pelan.
“Tapi ingat,
jangan sampai kau menjadi ‘ibu’ bagi Mihashi. Sampai seterusnya, kau harus
terus memposisikan dirimu sebagai ‘Bibi Chiharu’. Kalau kau sampai menjadi
‘ibu’ bagi Mihashi, maka--“
“?”
Chiharu sedikit
tertegun ketika Chiaki membisikkan kelanjutan dari kalimat itu di telinganya.
Tapi kemudian ia
tersenyum dan tertawa dengan sangat keras.
“Kau jangan
bercanda. Mana aku mungkin aku menjadi ‘ibu’nya?! Ha ha ha!! Hal itu bahkan
tidak sampai terpikirkan olehku!”
Mendengar itu
dari adik perempuannya, Chiaki memutuskan kalau urusannya sudah selesai.
Ia membungkukan
badan lalu berjalan pergi.
Dari kejauhan,
Chiharu masih bisa melihat punggung Chiaki.
“Apa yang
sebenarnya dipikirkan oleh orang itu? Meninggalkan putrinya sendiri padaku
seperti ini...Hah!! Buang-buang waktu saja.”
Chiharu sedikit
agak keras, karena Chiaki sudah berjalan cukup jauh dari rumahnya, jadi ia
tidak takut kalau-kalau pria itu akan datang dan mengambil lagi semua uang yang
sudah ia terima dengan mudah itu.
Chiharu
menghitung uang di tangannya dengan ekspresi puas.
Baru pertama
kali ia memegang uang sebanyak itu.
Coba bayangkan?
Apa saja yang
bisa ia beli dengan semua uang itu?
“Ha ha, dengan
uang ini, aku bisa membeli semua barang yang dulu tidak bisa aku beli.
Lumayan...”
“........................”
“?”
Menyadari kalau
Mihashi dari tadi memperhatikannya, ia memasukkan uang tersebut ke saku celana.
Ia memandang
anak itu dengan tatapan dingin.
“Kenapa
melihatku seperti itu? Apa yang kau inginkan?”
“..........................”
Tidak ada
jawaban.
“Hey, kau ini
tidak bisa mendengar...Atau tidak bisa bicara, sih!? Kalau ada orang dewasa
yang bertanya, ayo dijawab!!”
Bentak Chiharu
sambil mendekatkan wajahnya mendekati wajah anak itu.
Mihashi sama
sekali tidak menunjukkan ekspresi ketakutan meskipun Chiharu telah berteriak
dengan suara keras di hadapannya.
Atau mungkin ia
sama sekali tidak mengerti kalau Chiharu sedang membentaknya.
Dengan suara
kecil, Mihashi berkata,
“Di sini
dingin.”
Chiharu tertegun
kemudian menghela nafas panjang.
“Hanya itu yang
mau kau katakan? Ya sudah, ayo cepat masuk. Kalau kau terkena demam, aku juga
yang bakal repot! Tapi, ingat. Jangan kotori rumahku dan sentuh apapun! Ingat
itu!!”
Mihashi mengangguk
pelan.
Chiharu terdiam
sesaat memperhatikan wajah polos Mihashi.
“[Sepertinya ia sangat penurut. Baguslah,
tidak akan repot mengurusnya kalau begitu]” Batin Chiharu sambil menghela
nafas lega.
Ia menggandeng
tangan Mihashi dan mengajaknya masuk.
Tiba-tiba
Mihashi menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi?
Ayo, cepat masuk.”
“....................”
Mihashi terdiam
sambil memperhatikan tangan Chiharu yang menggandengnya.
Kemudian
menggenggamnya semakin erat.
“Tanganmu sangat
hangat. Aku suka.”
Itu adalah pertama
kalinya Mihashi memperlihatkan senyumannya di hadapan Chiharu sejak tadi.
Ketika melihat
itu, tiba-tiba perasaan yang aneh menyelimuti hati Chiharu.
“Jangan sampai kau jadi ‘ibu’ buat Mihashi.”
Chiharu
tertegun, tapi sesaat kemudian langsung tersenyum kecil.
Ia berkata ‘Mana
mungkin’ dengan suara pelan kemudian membawa Mihashi masuk ke dalam rumahnya
yang kecil.
“[Aku sama sekali tidak pernah menginginkan anak
ini].”
“[Bagiku, anak ini hanya akan membuat
hidupku yang tidak terarah semakin berantakan].”
“[Namun, sekarang ini...].”
“[Justru aku tidak bisa menolak permintaan
kakak laki-lakiku sendiri yang ingin menitipkan anak ini kepadaku].”
“[Gadis kecil yang terlihat manis dan juga
penurut].”
“[Namanya Mihashi].”
“[Dan untuk selamanya, aku akan menjadi
‘Bibi Chiharu’ untuknya...].”
***-***
A/N :
Hai minna XDD
Pembaca : What!!? Cuma segini?
Fujiwara : Eh, iya cuma segini...
Ch-1nya ga terlalu panjang, tapi ch--ch selanjutnya malah kebalikannya //loh??
Mungkin harusnya ch-1 memang lebih panjang dari ch yang lain, kan awalnya gitu. Cuma aku ga tau, kenapa malah jadi ch setelahnya yang panjang.
Chiaki ga bertanggung jawab banget sih, masa anak dititipin ke orang//plaaak
Chiharu juga mata duitan gitu//plaak
Ga ada chara yang bener di nih cerita...
Oh ya, nggak seperti ceritaku yang 'My Perfect and Romantic Highschool Life is Ruined Because of My Cute [TRAP] Roommate!!' yang chara-nya ada banyak banget//sampai aku pusing gambarnya dan bikin percakapannya// sana ngomong, sini ngomong// jadi ingat kalau ilus-nya belum selesaaaaai, aaaaaaakh!!!//jerit-jerit.
Malah jadi curhat cerita lain//plaak
Cerita ini mungkin bakal lebih simple dnegan chara minim //yang memang sangat minim...
Ya udah, aku berusaha bikin cerita sesuai style dan cara yang aku suka, jadi mungkin masih aneh (semoga aku bisa berkembang lagi...:) )
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar