Story : How To Make A Friend Epilogue
*Read:
Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
* Read Another Stories :
One-Shot Stories
Epilogue Mereka Tidak Akan Pernah Tahu
“.................”
“............................”
“....Kita...Benar-benar
telah melakukannya...Kan...?”
“Seperti
yang sudah kau katakan.”
“Kita
benar-benar telah membunuh mereka berdua’kan...?”
“Yap.”
“...Hey...Apa
kau tidak berpikir--Ini adalah hal yang salah...? Maksudku--“
“Setelah
semua ini?”
“.................”
“Ayolah,
tidak ada yang perlu disesali. Lagipula--Kita juga sudah terlanjur
melakukannya. Mau kita menyesal seperti apapun dan menangis sampai kita
menangis darah, tidak akan ada hal yang berubah. Yang mati, akan tetap mati.
Dan yang hidup, akan tetap hidup.”
“................”
“Mereka
pantas mati. Itu saja alasannya.”
“Kau
membunuh mereka hanya untuk alasan pribadimu.”
“Kau
juga sama saja’kan?”
“..............Aku--“
“................”
“.........Yah......Kau
benar...Tapi--Bagaimana kalau mereka menemukannya?”
“Menemukan
apa maksudmu?”
“Buktinya!
Polisi benar-benar akan melakukan penyelidikan terkait dengan kasus ini!”
“Itu
yang membuatmu takut?”
“Tentu
saja itu membuatku takut! Aku bahkan tak bisa berhenti memikirkannya setiap
saat! Jika mereka menangkap kita, aku yakin mereka akan bilang ‘Mereka adalah
psikopat gila!!’.”
“Bukannya
kita sudah menjadi seperti itu--Sejak melangkah masuk ke bangunan sekolah itu
kemarin malam? Aku tidak percaya kau masih memikirkan bagaimana orang lain akan
menanggapimu setelah ini.”
“Di
mana rasa kemanusiaanmu? Apa kau benar-benar tak merasakan apapun ketika
menyiksa mereka berdua!?”
“Rasa
kemanusiaanku sudah lama menghilang.”
“Kau
monster.”
“Bukan
hanya aku yang menusukkan pisau ke tubuh mereka di sini.”
“.......Itu
berarti--Apa aku juga telah kehilangan rasa kemanusiaanku?”
“Lihat
dirimu sendiri dan bercerminlah. Kau akan tahu dari bayangan yang menatapmu.”
“Ketika
melihat ke arah cermin dan melihat iblis, maka iblis itu akan balik menatapmu,
ya? Meski begitu, aku jelas mengakui kalau yang kita lakukan itu benar-benar
mengerikan.”
“Ya,
aku juga tahu itu. Teriakan dan jerit kesakitan mereka berdua masih terekam
dengan jelas di kepalaku.”
“Aku
masih bisa mencium bau darah di kedua tanganku. Aku tidak pernah tahu
menghilangkan noda darah akan menjadi pekerjaan yang cukup merepotkan. Aku
membuang seragamku ke tempat sampah dan membakarnya. Bagaimana denganmu?
Orangtuamu tidak curiga?”
“Aku tidak pulang ke rumah dengan pakaian
penuh darah, bodoh! Aku menguburnya di belakang sekolah. Kedua orangtuaku akan
terkena serangan jantung melihatku pulang dengan bercak-bercak darah di seluruh
pakaianku!”
“Tunggu--Kau
apa!?”
“Aku
apa?”
“Apa
yang kau perbuat dengan seragammu!?”
“Aku
menguburnya di belakang sekolah!”
“Kau--Kau
itu bodoh atau gila sih!? Apa kau sudah tidak waras!! Kenapa mengubur barang
bukti di tempat kejadian!?”
“Ayolah,
aku yakin polisi tak’kan menemukan apapun. Bahkan mereka tidak akan pernah
terbayang kalau seragamku ada di sana.”
“Darimana
kau bisa tahu itu!? Baru saja aku mengatakan padamu, kalau polisi sedang
gencar-gencarnya melakukan pencarian!! Bagaimana--Kalau mereka menemukannya
dan--Bagaimana kalau kita masuk penjara!!? Yang kita lakukan itu adalah
pembunuhan!! Pembunuhan keji!“
“Hey,
hey, jangan panik seperti itu, tenanglah! Dengar, dalam kasus ini, ada beberapa
hal janggal yang tidak mungkin terjadi. Seperti itu dan itu, aku yakin, untuk
sementara waktu, polisi tidak akan melakukan hal lain selain menyelidiki
beberapa hal yang mereka anggap aneh. Dan lagi, pembunuhan itu terjadi di dalam
sekolah, mereka tidak mungkin bersusah payah menggali halaman sekolah’kan?”
“Kau
tidak akan pernah tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang itu--Para polisi
itu! Mereka cerdas! Aku yakin, mereka akan segera menemukan sesuatu! Terkadang,
sesuatu yang tidak penting, itulah yang jadi kuncinya! Cepat atau lambat,
mereka juga akan mengecek seluruh bagian sekolah untuk mencari barang bukti
yang tersembunyi!”
“Lalu--Kau
ingin aku melakukan apa!?”
“Satu
hal kecil! Aku ingin kau kembali ke sekolah, dan ambil seragammu!!”
“Tidak
mungkin aku bisa melakukannya sekarang! Polisi di mana-mana, dan orang tuaku
melarangku keluar saat malam!”
“Kalau
begitu, lakukan saat pagi!”
“Kau
bercanda!? Tempat itu dijaga! Mereka pasti masih melakukan penyelidikan!!”
“Akh!!
Kepalaku akan meledak kalau terus seperti ini! Ini semua karena keteledoranmu!”
“Kalau
kau tidak mengatakan ini semua padaku, aku juga tidak akan kepikiran seperti
ini!!”
“Aku
mengingatkanmu atas kesalahanmu dan kau menyalahkanku untuk ini!?”
“Oke,
oke, cukup. Aku paham, aku paham. Iya, aku akui, ini memang salahku. Tapi bukan
waktunya untuk bertengkar di sini. Kita melakukan hal ini bersama dan kita
sekarang berada di atas satu kapal yang sama! Tidak akan kubiarkan sesuatu
terjadi padamu atau padaku! Tidak perlu khawatir, oke? Aku akan menyelesaikan
semua ini.”
“Berada
di satu kapal yang sama? Iya, itu benar, dan aku merasa kau akan menjatuhkanku
ke laut!”
“Itu
tidak akan terjadi! Begini, selama aku tidak ketahuan, kau juga tidak akan
ketahuan! Dan aku, tidak akan sebodoh itu membiarkan diriku tertangkap!”
“Kalau
begitu kapan!?”
“Saat
waktunya sudah tepat...”
“Kapan
itu terjadi?”
“Saat
sekolah sudah kembali dibuka.”
“Kau
yakin?”
“Kau
tidak ingin tertangkap’kan?”
“Tentu
saja tidak!”
“Kalau
begitu bersabarlah. Polisi tidak akan bisa mengetahui apapun. Saat sekolah
kembali di buka, kasus ini akan menghilang dan terlupakan! Ketika murid-murid
kembali beraktifitas, tidak akan ada yang bisa mereka lakukan untuk mendekati
sekolah! Semua hal tentang pembunuhan ini akan segera menghilang dari ingatan
semua orang, ketika polisi-polisi bodoh itu menyadari, kalau mereka tidak bisa
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka! Mereka tidak akan pernah
tahu...Dan mereka--Tidak akan bisa menangkap kita--!”
“...............Itu
dia. Jika ‘dia’ tidak tiba-tiba muncul dan memberitahukannya pada mereka.”
***-***
HOW TO MAKE A FRIEND -END-
A/N : Hai, minna XDD
Akhirnya HTMF vol 1 tamat he he ^^ kisah akan berlanjut dan akan membahas mengenai pembunuhan Sasagawa, Karisawa dan juga ibunya Riya. Apa mereka memang dilakukan oleh orang yang sama, ya? Hmm...Hmmm...entah//plaak.
Entah apa di vol selanjutnya kasus ini akan segera terungkap, yang pasti, tidak akan mudah bagi polisi untuk mengungkap kasus ini ^^. HTMF ini sebenarnya intinya cukup pendek dan jujur, sebenarnya aku cuma menentukan ada satu pembunuh di awal. Cuma...Kalau kayak gitu, ngga bakal asyik LOL XDD Jadinya mungkin tambah ribet ha ha ha :P
Ah, dan meski aku ngga terlalu suka nonton film Barat//biasanya nonton anime//plaak, akhir-akhir ini aku sering nonton AHS [American Horror Story] dan sumpah!! Ceritanya itu bagus-bagus bgtXDDD//jadi semangat nulis cerita horor. Karena dari sekian banyak cerita horor yang aku tahu, cerita di film itu cukup ribet dan banyak konflik//paling suka sama konflik XDDD sekarang udah nonton sampai season 3 dan ngga sabar buat nonton lanjutannya :D
Untuk cerita horor, aku bakal selesaikan sampai tamat baru lanjut ke cerita lain. Kenapa?? Karena horor itu ceritanya ngga sepanjang ceritaku yang lain ho ho ho XDD, lagipula, bikin feeling buat nulis cerita horor itu berat, jadi susah kalau udah campur-campur sama cerita lain...//karena LN jarang ada yang horor dan kebanyakan komedi...
Oke, meski banyak kekurangan di cerita ini, tapi makasih buat yang udah mau membaca cerita ini ^^
Sankyuu!!
Author,
Fujiwara Hatsune (>.<)