LIGHT NOVEL :
Ore no Kanpekina Romanchikkuna Kōkō Seikatsu Ga Gen'in
Kawaīi [TORAPPU] Rūmumeito no Dainashi Ni Sa Rete Iru!
My Perfect and Romantic Highschool
Life is Ruined Because of My Cute [TRAP] Roommate!!
Volume 1 Chapter 1
Chapter 1 : Aku Harus Pindah Ke
Kirikka Karena Kedua Orang Tuaku yang Super Sibuk!!
“Haahh...haruskah aku berada di
sini...?” Seorang pemuda berkata dirinya sendiri sambil memegang pegangan di
kereta api.
Hari ini, kereta api tersebut
terlihat lebih penuh dari biasanya. Tidak ada satu kursi kosong pun yang
tersisa. Bagi mereka yang terlambat sedikit saja dan tidak sedang mengalami
peruntungan yang baik, maka akan mengalami hal dan hari yang sangat
menyebalkan.
Ya, tidak ada yang lebih
menyebalkan daripada harus berdiri berdesakkan di dalam kereta api yang sempit
dan juga sangat panas.
Benar-benar hal yang sangat
tidak menyenangkan.
“Panas sekali di sini...” Pemuda
itu kembali berkata pada dirinya sendiri.
Ia kemudian merogoh tasnya
dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang pegangan kereta agar
tidak terjatuh.
Pemuda berambut biru tua dengan
plester berwarna kuning di pipi sebelah kirinya itu mengeluarkan telepon
genggamnya.
Terlihat wallpaper telepon
ganggamnya yang bergambar anime ‘My
Little Sister Can’t Be This Cute’.
Bukan berarti dia seorang otaku atau penyuka anime, tapi siapa yang bisa menahan untuk tidak melihat wajah gadis
anime yang terkenal sangat manis dan
‘moe’?
Apalagi jika kau benar-benar
bisa memiliki imouto (adik perempuan)
seimut itu...
Bisa memeluk dan melihat
senyuman manisnya setiap hari saja sudah merupakan berkah yang tidak dapat
tersaingi dengan hal apapun lagi...
Ah...akan lebih baik lagi kalau
bisa terlibat hubungan incest (hubungan
sedarah) dengan imouto-mu yang
manis...
Sayang sekali dia tidak memiliki
saudara dan hanya seorang anak tunggal.
Jadi, semua itu hanya akan
menjadi impian yang tidak pernah terwujud untuknya.
Pemuda itu kemudian menatap ke
arah telepon genggamnya.
Di sana tertulis pukul 10.00...
“Jam 10.00...sudah 2 jam aku
berdiri seperti ini...Ah...rasanya capek sekali. Kalau saja kedua orang bodoh
sibuk itu tidak meninggalkanku di rumah seorang diri dan membangunkanku, maka
aku tidak mungkin akan terlambat naik kereta
dan mengalami kejadian seperti ini!!? Aakh!! Kapan kereta ini akan sampai
ke Kirikka!!!? Kenapa aku harus pindah ke Kirikka karena kedua orang tuaku yang super sibuk!!?”.
***-***
Aozaki Tetsuya hanyalah seorang
remaja biasa yang menginginkan kehidupan sekolah yang sempurna (dan terkadang
ia berharap mendapat sedikit ‘Love Comedy’
bersama dengan gadis yang disukainya).
Ia hidup bersama kedua orang
tuanya yang memang benar-benar dan sangat-sangat sibuk dalam kesehariannya di
Osaka.
Mereka selalu pergi di pagi hari
untuk bekerja lalu pulang larut malam dan kembali bekerja pada pagi harinya.
Hal itu, membuat hubungan antara
Tetsuya dan kedua orang tuanya sedikit renggang karena orang tuanya jarang
sekali ada di rumah untuk mengurusnya (dan Tetsuya tidak bisa protes untuk itu
karena kedua orang tuanya bekerja untuk memenuhi kebutuhannya).
Bahkan, karena kesibukannya itu,
mereka pergi bekerka ke luar negeri, tepatnya ke New York, meninggalkan putra mereka
di rumah dan hanya meninggalkan sebuah catatan di depan pintu kamar mereka yang
berisi
‘Maaf’kan
kami, Tetsu-chan, too-san (ayah) dan kaa-san (ibu) harus pergi ke New York
sekarang juga. Mungkin ketika kau membaca pesan ini, kami sudah tidak ada di
rumah dan sudah berangkat ke bandara. Ah~ maaf juga karena kami tidak bisa
mengantarmu ke stasiun. Ah~ kami juga lupa menyiapkan sarapan untukmu. Tapi,
tenang saja, kalau kau lapar kau bisa makan di stasiun (ada uang yang kami tinggalkan
untukmu). Jumlahnya mungkin tidak banyak tapi tolong pergunakan dengan
sebaik-sebaiknya, ya~. Semoga perjalananmu ke Kirikka berjalan dengan lancar
(semoga tidak terjadi apapun, kalau terjadi apa-apa, tidak usah khawatir. Kami
pasti akan mengenali jasadmu dan menguburkanmu dengan layak :D). Jangan lupa
kunci pintu rumahnya ya, lalu titipkan kuncinya ke Nakatsu-san (tetangga
sebelah)’
Dengan
penuh cinta,
Too-san
dan Kaa-san
(muaaaaach
dari kaa-san)
Dengan cap bibir berwarna merah
gelap di bagian bawahnya. Pastinya perbuatan ibunya.
Tetsuya langsung menghela
nafasnya begitu mengingat tentang catatan aneh yang ditinggalkan oleh kedua
orang tuanya.
Dalam hati, ia berpikir bahwa
mungkin saja hanya ia yang mengalami nasib seperti ini gara-gara kedua orang
tuanya yang super sibuk dan justru meninggalkan sebuah kertas dengan isi yang
super tidak berguna!!
Dan, karena kesibukan orang
tuanya juga, Tetsuya terpaksa pindah ke kota Kirikka dan bersekolah di sebuah
asrama yang cukup terkenal di sana, Kirikka Academy.
Hal itulah yang membuat
keinginan Tetsuya untuk mendapat kehidupan masa SMA yang sempurna dan
menyenangkan (dengan ‘Love Comedy’)
hancur menjadi abu kemudian tertiup angin dan pergi ke bagian ujung lain dari
dunia.
Baiklah, mari kita kembali ke 3
hari yang lalu...
“APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!????”.
Tetsuya berteriak dengan sangat
keras sambil bangkit berdiri.
Segelas jus jeruk yang berada di
atas meja dan tidak bersalah, tumpah lalu membasahi meja
Tori-chan, burung peliharaan
mereka yang biasanya selalu berkicau dengan riangnya, kini terdiam seperti ada
tulang ikan yang tersangkut di tenggorokannya.
Air berhenti mengalir.
Udara berhenti berhembus.
Televisi yang tadinya membahas
sebuah berita yang membosankan, langsung berubah menjadi abu-abu dengan
garis-garis putih yang memenuhi seluruh layar dan mengeluarkan suara seperti ‘krrskk’, ‘krrrssk’.
“Wah...hari ini beritanya
menarik sekali.”
Ayahnya memegang koran tanpa
memperhatikan ke arahnya. Rambutnya yang berwarna kecoklatan dan agak panjang
lalu dikuncir pendek tersebut, terlihat berkibar karena hembusan angin yang
entah berasal dari mana. Ia juga mengenakan kacamata.
Sedangkan ibunya, dengan rambut
pendek sepundak yang diikat pony tail,
berwarna sedikit kecoklatan, tersenyum sambil membawa sepiring sashimi untuk sarapan.
Dbanding dengan ayahnya yang sudah terlihat cukup tua, ibunya masih terlihat
sangat muda.
“Araa...ada resep yang menarik. Tolong potongkan untukku, ya?”
“Ehm. Baiklah.”
Selain matanya yang berwarna
hitam sama seperti kedua orang tuanya, tidak ada yang tahu dari mana Tetsuya
memperoleh rambut warna biru tuanya itu.
Mungkin saja ia ternyata
memiliki 2 ayah, 4 ibu atau bahkan lebih.
Kembali ke cerita...
Suasana menjadi hening seperti
sebuah rumah hantu yang ada film-film.
.................
.......................................
..........................................................................
“Kenapa kalian tidak
menganggapku seperti itu!!!? Seharusnya’kan kalian kaget!! Bahkan Tori-chan
kaget!!” Teriaknya sambil menunjuk ke arah Tori-chan yang memasang ekspresi
kaget seperti baru saja melihat penampakan ular berkaki 6.
“Etto...Habisnya ibu tidak tahu
kenapa kau marah dan berteriak tanpa sebab seperti itu.” Ibunya berkata sambil
tersenyum kecil dan mengelap meja yang terkena bekas tumpahan jus jeruk milik
Tetsuya.
“Aku tidak peduli! Tanpa sebab
apanya!!? Jelas-jelas aku berteriak karena kalian!! Yang lebih penting,
apa-apaan dengan perkataan kalian ‘Tetsu-chan, 3 hari lagi kau akan pindah ke
Kirikka’!!?” Tetsuya berteriak lebih keras seolah ini adalah akhir dari dunia.
“Aha ha ha, Tetsu-chan lucu ya~
Masa begitu saja kau tidak paham. Padahal usiamu sudah 13 tahun’kan?” Ibunya
bertanya sambil tertawa kecil.
“Ehm! Benar sekali. Tentu saja
maksudku itu tentu saja ‘3 hari lagi kau akan terusir dari rumah ini’!!” Kata
ayah Tetsuya sambil meminum segelas teh hijau di depannya.
“Bukan itu maksudku!!? Tentu
saja aku paham!!! Dan apa maksudmu dengan ‘terusir dari rumah’!!? Kejam sekali
penggunaan kalimatmu!! Ah! Lagipula aku ini 15 tahun!! Bukan 13!! Masa kau lupa
dengan umur putramu sendiri!!!? Dasar orang tua tidak bertanggung
jawaaaaaaaaaaaaaaab!!!!!!!”
“Tahu, kok. Tahun ini,
Tetsu-chan umur 14’kan?” Ibunya berkata dengan ekspresi yang polos dan super innocent.
Tentu saja, itu membuat Tetsuya
yang sudah kesal menjadi semakin kesal seperti naga yang kelaparan dan sudah
tidak sabar untuk melahap mangsa di depannya.
Dalam cerita ini, berarti kedua
orang tuanya.
“15!!! Aku 15!!!!!!!.”
“Apa?? 13??? Itu’kan umur
Tetsu-chan 2 tahun yang lalu. Sekarang kau 15’kan? Aduh, Tetsu-chan...masa
umurmu sendiri kau lupa? Aha ha ha, Tetsu-chan lucu, ya~” Sekali lagi, ibunya
berkata dan tertawa kecil tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Ehm! Benar sekali. Tak kusangka
kau sudah jadi pelupa.” Ayahnya menganggukkan kepala, tanda setuju dengan
istrinya itu.
“Kalian yang sudah pelupa!!!
Tolong ya, jangan membuat pembaca mengiraku bodoh gara-gara pembicaraan tidak
penting ini!!!!” Pemuda berambut biru tua itu kembali berteriak histeris
seperti orang sakit jiwa.
“ ‘Kan Tetsu-chan yang memulai
pembicaraan ini. Berarti, Tetsu-chan yang bodoh~”
“Ehm! Benar! Kau memang bodoh,
Tetsu!”
Tetsuya semakin kesal.
Ia berusaha menahan keinginan
tangannya yang ingin melempar gelas bekas jus yang tumpah dihadapannya ke arah
2 orang itu.
Kalau saja Tetsuya tidak ingat
jika mereka adalah orang tuanya yang memang sangat bodoh, mungkin gelas itu
sudah tidak ada di tangannya lagi.
Perlahan, ia berusaha menghela
nafas dan berusaha mengatur nafas untuk menenangkan dirinya...menghela nafas
lagi...lagi...lagi...la--
“AAAAAAAAAAAAHHHHH!!!!! Ternyata aku memang tidak bisa menghadapi kalian berdua
dengan tenang!! Kembali ke topik semula! Kenapa tiba-tiba kalian menyuruhku
untuk pindah!!? Apa kalian sudah tidak menganggapku anak!!? Di mana peri-ke
orang tuaan kalian!!?”
“Nah, nah, tenanglah,
Tetsu-chan. Kau jangan berteriak seperti itu. Too-san, silahkan jelaskan.”
“Ehm! Baiklah! 3 hari lagi, kaa-san dan aku akan pindah bekerja ke
New York! Karena itu, kami tidak mungkin meninggalkanmu di rumah sendirian dan
terpakasa menyuruhmu untuk pindah ke Kirikka. Ya, itu saja alasanku.”
Sambil berkata seperti itu, ia
meminum teh hijaunya.
“Tch! Kenapa kalian selalu
mementingkan pekerjaan kalian daripada putra kalian sendiri!!? Dan, kenapa
kalian tidak mengajakku!!?” Tetsuya berteriak sambil memukul meja dengan
tangan, membuat kedua orang tuanya tertegun.
“Begini, Tetsu-chan...etto...too-san, silahkan jelaskan.”
“Ehm! Baiklah. Kami hanya diberi
2 tiket ke New York oleh bos kami! Hanya itu. (lagipula, seandainya kami di beri tiket lebih pun, kami tidak akan
pernah mengajak anak nakal sepertimu bersama kami!!).”
“Kenapa kalian tidak membeli
satu tiket lagi untukku!? Apa susahnya buat kalian untuk membeli satu tike
lagi!!?” Tanya Tetsuya sambil berteriak keras.
“Tiketnya sudah habis.” Jawab
ayahnya dengan singkat dan santa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Bilang saja kalau kalian tidak ingin mengajakku!!!” Pikir Tetsuya
dalam hati.
Tetsuya yang dari tadi terus
berdiri, duduk di atas lantai, berhadapan dengan ayahnya, sementara ibunya
berjalan ke dapur untuk mengambil kare.
Ia memejamkan matanya sambil
kembali menghela nafas, berusaha menjernihkan pikiran.
Beberapa saat kemudian, ia
kembali melempar tatapan tajam ke arah ayahnya sambil melipat kedua tangannya.
“Lagipula, kalau pindah ke
Kirikka, aku akan tinggal di mana? Di rumah siapa? Dan, bagaiman dengan
sekolahku?!” Tanyanya dengan nada sinis.
“Ehm! Nada bicaramu terlalu
sinis! Aku tidak akan menjawabnya!!” Jawab ayahnya sambil membenarkan
kacamatanya yang sedikit turun.
“Memangnya itu jadi masalah,
ya!? Nada bicaraku selalu berubah menjadi sinis ketika bicara dengan kalian!
Dasar bodoh!!”
Ayah Tetsuya langsung menggebrak
meja dengan keras.
“Tetsu!!”
Tetsuya langsung kaget dan
sedikit tersentak.
Tubuhnya sedikit mundur dari
meja makan keluarga itu.
“Tentu saja itu penting, dasar
bodoh!! Masa kau bicara dengan nada sinis dan kasar seperti itu pada orang
tuamu!! Apalagi menyebut mereka ‘bodoh’!!
Dasar Tetsu bodoh!! Kau yang bodoh!!! BODOOOH!!!” Nada bicara ayah tetsuya tidak kalah sinis dari
putranya, bahkan berkali kali lipat lebih, lebih, lebih, lebih sinis dan lebih
keras.
“Lihat’kan!!? Too-san pikir, dari siapa aku belajar
seperti itu!!? Bukannya kau juga sama saja!!? Kau bahkan berkata ‘bodoh’ 4
kali! Kalau begitu akan kubalas berkali-kali, dasar bodoh, bodoh, bodoh, bodoh,
bodoh, bodoh, bodoooooh!!!!!!!!” Balas Tetsuya.
“Kau yang bodoh!!!”
“Kau!!!!!”
“KAUUUUUUU!!!!!!!!!!!”
Mereka berdua saling balas dan
saling melempar ejekan satu sama lain.
Suara mereka sangat keras,
sampai beberapa tetangga keluar dari rumah dan mengintip dari luar.
Tok
Tok Tok
“SIAPA ITU!!!?” Teriak Tetsuya dan ayahnya bersamaan sambil menatap tajam
ke arah jendela di dekatnya.
“Ano...Aozaki-san...apa Anda
baik-baik saja?” Tanya Nakatsu, pria berambut acak-acakkan yang tinggal di
rumah sebelah.
“Kami baik-baik saja!!! Daripada
kau mengurusi kami, kurasa lebih baik kau rapikan rambut dan rumahmu yang
berantakan seperti tempat penampungan sampah itu!!? Cari pekerjaan sana! Jangan
wanita saja yang kau pikirkan!!!!” Teriak ayah tetsuya keras yang langsung
membuat pemuda pengangguran itu ketakutan dan kabur, kembali ke rumahnya.
Ibu Tetsuya pun berjalan masuk
dan meletakkan sepiring kare di atas meja.
“Sudah, sudah. Jangan berteriak
seperti itu. Silahkan di makan~”
Tetsuya berusaha berbicara
dengan nada biasa pada ayahnya yang entah kenapa sangat sulit untuk dimengerti
(siapa tahu dia akan menanggapinya).
“Jadi, bagaimana dengan tempatku
tinggal nanti? Dan sekolahku?” Kali ini, dengan nada yang lebih rendah, Tetsuya
mengulang pertanyaannya sambil mengambil sendok untuk menyantap kare miliknya.
“Ehm! Baiklah. Tentang tempat
tinggal dan sekolah kau tidak perlu khawatir. Kami sudah siapkan untukmu” Jawab
ayahnya, dengan nada datar dan cara yang bicara yang hampir sama mirip dengan
putranya.
“Hooo! Kalian membelikan aku
rumah?!” Mata Tetsuya langsung berbinar-binar begitu mendnegar jawaban ayahnya.
Apa yang tidak lebih baik dari
rumah untukmu dan milikmu sendiri!?
Kau bisa berbuat sesukamu di
sana!!
“Ehm!! Lebih baik dari itu!”
Tambah ayah Tetsuya.
“Hooo! Kalian juga akan
membelikanku mobil?! Pesawat pribadi?” Nada bicaranya semakin terdengar senang,
seperti seorang kecil yang mendapat hadiah sebuah balon.
“Asrama!” Tiba-tiba ayah Tetsuya
langsung mengangkat jari telunjuknya dan berkata dengan nada bangga.
“Eh?” Tetsuya langsung membatu
begitu mendengar perkataan ayahnya.
“Kau akan bersekolah di asrama
terbaik di sana, kirikka Academy! Dengan itu, masalah tempat tinggal dan
sekolah beres bukan?” Kata ayahnya lagi.
“A--apa...?”
Mendengar perkataan ayahnya,
Tetsuya bukannya merasa senang.
Ia terdiam, dan sendok yang ia
pegang dengan tangannya, terjauh dan menimbulkan bunyi ‘klaaang’ yang singkat.
Suasana kembali hening.
.......................
...........................................
.......................................................................
“A-A-A-A-A-A-A-APAAAAAAAAAA!!!!!???”
Dan, begitulah cerita bagaimana
Aozaki Tetsuya berakhir di sini...
Berdiri di atas kereta api yang
panas dan sempit...
Dengan ekspresi wajah seperti
ada sebuah batu besar yang menimpa kepalanya.
“Haruskah aku berada di
sini...?”
“Haruskah pindah kemari...?”
“Haruskah aku hidup di
asrama...?”
“Haruskah...?”
“Haruskah...?”
“Haruskah...?”
Tetsuya bergumam pelanseperti sebuah
mengucapkan sebuah mantra yang terus diulang-ulang.
Sesekali, ia menghela nafas dan
memainkan rambutnya yang berwarna biru tua kemudian kembali mengulangi
kalimat-kalimat tersebut.
Beberapa orang memperhatikannya
dengan tatapan aneh.
Tentu saja, karena wajah Tetsuya
seolah berkata ‘lebih baik mati daripada
harus hidup di asrama yang terkenal sangat ketat dengan berbagai macam aturan’.
Dan Tetsuya bukanlah orang yang
senang dikekang oleh peraturan.
Dengan ekspresi wajah seperti
itu, semua orang pasti akan mengira Tetsuya akan meloncat turun dan bunuh di
rel kereta.
Tetsuya kembali menghela nafas
panjang dan berharap bahwa kesialan tidak akan mengikutinya dari belakang
seperti sebuah bayangan, karena hari ini ia sudah mendapat kesialan yang cukup
panjang dan sangat melelahkan.
Sayangnya, kita tidak akan
pernah tahu apa yang akan terjadi...
“Pemberhentian berikutnya,
Kirikka!”
Tetsuya tertegun lalu memasukkan
telepon genggamnya ke dalam tas.
Wajahnya terlihat sedikit
menegang.
Ia belum siap untuk memulai hidup
baru di Kirikka.
Matanya melirik ke sana kemari,
memperhatikan orang-orang yang mulai bersiap untuk turun.
Sepertinya, bukan hanya ia saja
yang sedang dalam perjalanan menuju Kirikka.
“Eh?” Tetsuya berkata pelan
ketika melihat seorang gadis manis berambut merah pendek dengan tubuh yang
mungil, duduk di dalam kereta.
Entah kenapa, Tetsuya merasakan
jantungnya berdebar dengan kencang ketika ia melihat gadis itu.
Sensasi aneh mulai terasa
merasuki tubuhnya. Ia merasakan wajahnya yang mulai memerah. Untuk beberapa
saat, Tetsuya tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu.
Gadis itu terlihat sangat manis
bahkan mungkin terlihat seperti malaikat.
Terlihat polos dan bersih...
Menyadari ada yang
memperhatikannya, gadis itu menoleh ke arah Tetsuya dan tersenyum kecil ke
arahnya.
Melihat senyuman gadis itu,
wajah Tetsuya langsung berubah menjadi semakin merah. Ia terlihat kaget,
bingung dan malu, tidak tahu bagaimana harus membalas senyuman manis gadis itu.
Ia memutuskan untuk memalingkan
pandangannya dari gadis itu, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah
sambil memainkan rambutnya.
Perasaan aneh ini belum pernah
dialami oleh Tetsuya sebelumnya...
Apakah ini...
Yang di sebut ‘cinta pada pandangan pertama’?
Tiba-tiba kereta itu berhenti
mendadak!!
“Whooaa!!” Tetsuya yang tidak
fokus karena sibuk memikirkan perasaannya pada gadis berambut merah pendek itu,
berteriak kaget ketika kereta itu berhenti. Pegangannya terlepas.
Seorang pria yang juga
kehilangan keseimbangan, tak sengaja menabraknya dari belakang. Ia kemudian
menabrak beberapa orang di depannya, sampai akhirnya ia sendiri terjatuh!
“Ukh...kenapa kesialanku masih
berlanjut sampai saat ini? Huh!” Tetsuya mengeluh kesal atas kesialan yang
kembali dialaminya sambil memegang kepalanya.
Ketika ia berusaha berdiri,
tangannya menyentuh sesuatu.
“Apa ini? Empuk? Lembut? Ah...nyaman sekali...seperti puding...”
Pikir Tetsuya dalam hati.
Beberapa saat kemudian,
tangannya mulai meremas-remas benda ‘itu’,berusaha mencari tahu apa itu.
“Sangat lembut! Ukurannya hampir sama dengan telapak tanganku!! Benda
selembut dan seempuk ini...”
Haaaah??
Tiba-tiba Tetsuya tertegun.
“Glek!!
Tidak mungkin’kan?!! Tidak mungkin’kan????!!! Hal seperti itu hanya akan
terjadi di manga atau anime saja’kan????!!”
Sambil berpikir seperti itu,
Tetsuya menurunkan pandangannya secara perlahan.
“!!!!” Ekspresi kaget, terkejut dan malu
langsung bercampur menjadi satu ketika ia mengetahui benda apa yang ia sentuh.
Wajahnya langsung menjadi merah seperti kepiting rebus.
“Ah...” Hanya kata ‘Ah’ yang
mampu dikatakan oleh Tetsuya begitu mengetahui bahwa tangannya mendarat tepat
di dada seorang gadis!!! (dan dia masih belum melepaskan tangan kotornya dari
dada gadis itu).
“He--“
Tetsuya tertegun begitu begitu
mendengar suara seseorang yang terdengar sangat dekat dengannya.
Suaranya sangat manis.
Dengan perlahan, ia menaikkan
pandangannya lagi.
Sekarang yang terlihat di
depannya bukan lagi tangannya yang memegang dada gadis itu, melainkan gadis
manis berambut coklat muda panjang yang panjangnya melebihi punggung.
Ekspresi wajahnya terlihat
campuran antara malu dan kesal.
Mukanya merah seperti tomat.
Ah...
Lagi-lagi kesialan itu kembali
datang...
“Etto...maaf’kan aku...aku tak
bermaksu--“
“KYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!”
Belum sempat Tetsuya menyelesaikan
ucapannya, sebuah tas langsung melayang tepat ke arah wajahnya dengan keras dan
membuatnya terjatuh ke belakang.
“Dasar laki-laki ‘hentai’ (mesum)!!!! sampai kapan
tanganmu yang kotor itu mau berada di atas-- di atas--“ Gadis itu bicara terbata-bata
dengan wajah merah kemudian berhenti dan memegang dadanya lalu menatap ke arah
Tetsuya yang kini memiliki bekas merah yang besar di wajahnya.
“Ky--“
“KYAAAAAAAA!!!!!!!!” Teriaknya sambil berdiri dan mengambil tasnya lalu berlari
keluar dari kereta.
Ketika ia berlari, ia tak
sengaja menjadi ‘dewa kesialan’ Tetsuya untuk yang keesekian kalinya.
Tanpa sengaja, ia menginjak
‘bola’ (jika kalian tahu apa maksudku)Tetsuya dengan keras!!
“$#%$$&^(&*^^#$@^&^$*&!@@$^^”
Tetsuya yang merasakan hantaman
keras pada ‘bola’-nya, otomatis langsung berguling-guling di dalam kereta
sambil memegangi ‘bola’-nya.
“Ah...hidupku hancur...aku tidak
akan bisa punya anak...” Air matanya turun dengan deras membasahi wajahnya yang
terlihat berusaha menahan rasa sakit yang teramat, amat, sangat sakit.
Sementara orang-orang di dalam
kereta ada yang berjalan keluar dengan acuh, ada yang melihat dengan tatapan
kasihan, ada yang sedikit tertawa dan ada yang mengambil fotonya.
Memang sangat memalukan...
Tapi setidaknya...dia sudah sampai
di Kirikka dengan selamat...
***-***
A/N : Hay, minna XDD
Sankyuu buat yang udah mampir!
Author,
Fujiwara Hatsune