FAREWELL
Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang
misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan
berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara anak-anak bisa kudengar.
Suara burung-burung bisa kuketahui. Hanya satu suara yang aku tidak tahu. Suara
yang terus terdengar, mengiringi tiap langkahku. Suara yang terus memanggilku. Terdengar
lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Namun selalu terjatuh di
setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Aku tak’kan berhenti berlari dan
melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang
kulupakan, sesuatu yang jauh dariku.
Aku berusaha untuk menggenggam
butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian
di pantai berpasir putih,
Selamanya
mengikuti jejak kaki yang tertinggal.
Di setiap
saat-saat kita bersama, tertawa, menangis, kita selalu melalui momen itu dengan
senyuman. Seolah semua itu adalah sebuah mimpi indah yang takkan pernah
berakhir, di mana kita berdua adalah pemeran utamanya, selalu ada di dalamnya.
Suara ombak
yang berdesir itu terdengar jelas di telingaku, mengingatkanku tentang suasana
musim panas yang cerah. Perlahan, aku menghentikan langkahku dan memejamkan
kedua mataku. Aku bisa mencium aroma laut.
Memandang ke arah laut berwarna biru itu, aku
baru menyadari betapa luasnya, seperti langit, di mana sebuah tempat yang jauh
di atas sana, akan menanti kita suatu hari nanti. Ketika ombak itu mengenai
kakiku, aku sedikit terkejut, namun tak bermaksud untuk menariknya. Melainkan
aku hanya terus terdiam, menikmati angin musim panas yang menerpa wajahku.
Mataku
memandang ke arah langit. Perasaanku selalu bergetar setiap kalinya, seolah
takjub akan sesuatu.
Aku
merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku
masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki
sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan
sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius,
seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada
anak mereka.
Suatu saat
nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia
ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit
yang luas.
Ketika aku
termenung seorang diri memandang langit yang luas, kau meneriakkan namaku. Aku
menoleh ke belakang, hanya untuk menemukanmu yang telah berada di kejauhan
sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
Setiap kali
liburan musim panas dimulai, kita selalu berlomba siapa yang bisa lebih cepat
sampai ke pantai. Kau selalu selangkah lebih cepat dariku, kemudian menungguku
sampai, dan memperlihatkan senyumanmu sambil membuat huruf V dengan jarimu. Aku
selalu tak bisa mengejarmu saat itu. Kau terlihat seperti angin, sangat cepat.
Dan kurasa, sayapmu akan terlihat lebih cepat mengembang dibanding denganku,
yang hanya bisa melihat punggungmu. Seperti anak burung yang belajar caranya
untuk terbang, berusaha mengepakkan kedua sayap dari saudaranya. Aku terus
memperhatikanmu. Aku terus, dan terus mengejarmu.
Sekali lagi,
kau melambai ke arahku. Aku berlari, mengikuti jejak kaki yang tertinggal di
pasir pantai itu, mengikuti ombak, dan suara angin yang berhembus. Berlari ke
arahmu, seolah kau adalah sebuah tujuan yang hendak kucapai. Kali ini, aku
berhasil mencapaimu, kemudian tersenyum di sisimu, memperlihatkan sebuah
senyuman anak-anak yang biasa.
Sesuatu yang berada di balik langit musim
panas yang jauh, aku ingin tahu apa itu. Masa depan yang menunggu kita di
depan, sebuah dunia yang tak pernah kita ketahui.
Meski begitu
aku paham akan satu hal. Itu adalah sesuatu yang akan terjadi pada setiap
orang, pada setiap ikatan yang terjalin antar tiap manusia yang hidup bersama
di dunia ini. Setiap orang memiliki tempat yang berbeda untuk dituju. Setiap
orang memiliki pilihan dan jalan masing-masing. Bahkan meski kita berjalan di
satu rel tua yang sama, kita mungkin akan kehilangan jejak satu sama lain.
Aku paham
suatu saat itu akan terjadi. Aku hanya tidak tahu kapan.
Dalam
perjalanan, matahari di musim panas bersinar cukup terang walau hari sudah
menjelang sore. Aku berjalan di sampingmu, di tempat di mana aku bisa merasakan
kehadiranmu, di tempat aku bisa melihatmu bersinar dari dekat. Dan untuk yang
kesekian kali, kita melewati jalanan yang sama, aku mendengarkanmu
menyenandungkan sebuah lagu, lagu yang selalu kau nyanyikan saat bersamaku,
sebuah lagu yang mungkin suatu saat takkan pernah kudengar lagi dan akan
menghilang di ujung hari nanti.
Kau selalu
senang tiap kali menyenandungkannya. Aku selalu senang tiap kali mendengarnya.
Aku sedikit berpikir, kurasa lagu ini akan menjadi penuntunku, ketika suatu
saat nanti aku tak dapat melihatmu lagi dari jarak sedekat ini. Yang akan
menunjukkan dimana kau berada. Untuk itu, aku akan selalu mengingatnya, jauh di
dalam hatiku.
Matahari di
musim panas telah tenggelam. Hari telah berganti menjadi malam, dan
bintang-bintang yang terlihat seperti pasir putih yang berhamburan di langit
bermunculan. Hari ini sebentar lagi akan berakhir, Tapi aku tak ingin
kehilangan kenangan ini. Aku akan terus menyimpannya, di tempat yang tak
diketahui oleh orang lain. Suatu saat nanti aku akan membukanya, kemudian
mengingat semua momen yang kulalui bersamamu.
Seluruh
kenangan di musim panas yang kita habiskan bersama, aku tak tahu sampai kapan
aku bisa tersenyum ketika melihatnya.
Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang
misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan
berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara anak-anak bisa kudengar.
Suara burung-burung bisa kuketahui. Hanya satu suara yang aku tidak tahu Suara nyanyian
yang terus terdengar, mengiringi tiap langkahku. Suara yang terus memanggilku. Terdengar
lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Namun selalu terjatuh di
setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Aku tak’kan berhenti berlari dan
melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang
kulupakan, sesuatu yang jauh dariku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui
jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang
tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Aku berusaha untuk menggenggam
butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian
di pantai berpasir putih,
Selamanya mengejar jejak kaki yang tertinggal.
Anak-anak yang
berlarian di tengah hutan, dengan jaring untuk menangkap serangga di tangan
mereka, berlarian dengan angin yang mengikuti. Suara burung yang bernyanyi
dengan merdu. Suara jangkrik yang terdengar, khas musim panas. Aku duduk di
rerumputan, memperhatikan tawa mereka, kebahagiaan anak-anak. Aku teringat akan
sesuatu, sesuatu yang biasanya kulakukan saat musim panas dulu. Es krim
berwarna biru yang kupegang meleleh sedikit ke tanganku, membuatku tersentak
dan menjatuhkannya ke rerumputan. Aku mendengar suara tawa, kemudian melihat ke
samping. Yang ada di mataku adalah dirimu.
Kau sama
sekali tidak berubah, masih sama seperti saat itu, seperti musim panas yang
tidak pernah berubah. Kita masih bersama. Mimpi indah ini masih terus berjalan.
Aku masih bisa
bergandengan di pantai bersamamu, meninggalkan jejak kaki kita di belakang,
hanya dengan bayangan yang mengikuti. Tiap kali kau menggenggam tanganku, aku
merasa senang sekaligus bersyukur, karena itu adalah bukti bahwa kau
benar-benar ada dan bukan menjadi bagian dari dunia mimpi kecilku.
Di saat bersamaan, aku menyembunyikan tetesan
air mata di balik senyumanku yang mengembang. Jika aku tersenyum, maka kau juga
akan terus tersenyum’kan? Itulah yang selalu kuinginkan. Aku merasa bahagia
bersama denganmu. Aku bisa merasakan banyak hal lebih banyak daripada ketika
aku sedang seorang diri.
Terkadang aku
takut untuk berada di dekatmu. Ketika tahu apa yang akan menunggu kita diakhir
kisah ini, aku tak ingin jadi lebih dekat denganmu. Walau kita berada sangat
dekat, aku selalu menganggapmu sangat jauh. Sangat jauh, seperti langit yang
masih belum bisa aku gapai.
Ketika mata
kita tanpa sengaja saling bertemu, aku selalu menganggap yang ada di pantulan
mata ini bukanlah dirimu yang tersenyum. Ketika tangan kita ada dalam jarak di
mana bisa saling bersentuhan, aku selalu membuat dinding tak terlihat diantara
kita. Aku tak ingin bersamamu kalau tahu apa yang menanti kita di masa depan. Untuk
apa kita bersama sekarang kalau suatu saat nanti kita akan--
..............Namun,
walau kau tahu kalau mimpi indah ini takkan mungkin bisa bertahan selamanya,
kau tak menjauhiku. Kau tetap ada di sisiku, dan membuat suatu kenangan indah,
yang aku sendiri tidak tahu kenapa kenangan itu harus ada. Kau terus saja
membuat jejak-jejak itu dipantai, agar aku selalu bisa mengikutimu, tak
kehilangan arah dan tujuan.
Aku selalu
tahu, saat aku pertama kali bertemu denganmu, cepat atau lambat, mimpi indah
ini pasti akan segera berakhir. Suatu saat nanti, takkan ada lagi tangan yang
dapat kugenggam. Tak ada lagi sosok yang dapat kulihat. Tak ada lagi suara
nyanyian yang selalu membuatku teringat akan dirimu.
Tapi kau
memberitahuku dengan perlahan, tanpa kata-kata, melainkan hanya dengan sikapmu,
bahwa tak apa membuat kenangan bersama dengan seseorang. Tak apa tersenyum
untuk saat ini, meski akhirnya kita akan menangis. Tak apa untuk berharap akan
mimpi yang sama, meski pada akhirnya kita akan berjalan untuk mimpi yang
berbeda. Tak apa untuk mengembangkan sayap kita bersama, meski suatu saat nanti
kita takkan terbang di langit yang sama, di satu arah yang sama, melainkan
terbang mengikuti angin dan hati kita masing-masing.
Aku
merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku
masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki
sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan
sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius,
seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada
anak mereka.
Suatu saat
nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia
ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit
yang luas. Aku ingin bisa merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku, aku
ingin terbang dan berpetualang di tiap harinya, melintasi berbagai tempat yang
tak pernah kuketahui, bertemu dengan orang-orang baru, dan membuat pengalaman
baru.
Aku ingin
menjadi lebih dekat lagi dengan langit dan menyentuhnya, menari-nari di atas
awan lembut berwarna putih. Aku ingin menggapai tanganmu dan mengajakmu terbang
bersamaku. Tapi kurasa itu tidak mungkin. Karena kau memiliki sepasang sayapmu
sendiri--Dan sudah waktunya bagimu untuk mengembangkan sayapmu lebih lebar
lagi.
Entah sejak
kapan, aku menjadikanmu sebagai tujuanku, sesuatu yang hendak aku capai, lebih
dari apapun di dunia ini. Sampai kapanpun, aku ingin selalu bisa mengikutimu.
Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang
misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan
berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di
telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa
asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat dengan
langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.
Tak
ada siapapun di sini, hanya diriku sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan,
tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin
hidup lebih lama lagi di dalam sini. Berharap ada seseorang yang akan menarik
tanganku dan membawaku terbang, tapi aku tak menemukan apapun.
Suara
yang terus memanggilku, suara yang berasal dari langit. Terdengar lemah dan
samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Semakin lama semakin menghilang. Aku
selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Meski kakiku
terluka dan terasa sakit, aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai
tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu
yang jauh dariku. Tujuanku.
Karena aku hanya seorang diri, tak ada
seseorang yang bisa kumintai tolong. Karena itu, aku akan berusaha seorang diri
sebisa mungkin, hingga saatnya aku bisa beristirahat ketika merasa semuanya
sudah cukup kulakukan dan ada seseorang yang berdiri untukku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui
jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang
tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Aku berusaha untuk menggenggam
butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian
di pantai berpasir putih,
Saat aku berhasil menggenggam semuanya, satu
butiran itu terbang dari tanganku. Berikutnya, seluruh butiran itu terlepas dan
terbang, lalu menghilang bersamaan dengan suara angin.
Selamanya aku berlari mengikuti jejak kaki yang
tertinggal, mengejar seluruh kenangan itu.
Musim panas
yang lain kembali berlalu.
Sudah waktunya
bagi kita untuk mengakhiri mimpi ini dan terbangun.
Sesuatu yang
kutakutkan sejak awal akhirnya terjadi. Kau adalah impianku. Impian indahku. Ketika
aku sedang bermimpi, aku selalu melihatmu. Dan ketika aku terbangun, aku masih
ingin menemuimu. Kau membuatku merasa seperti ini. Namun kini sudah waktunya
aku membuka mataku lebar-lebar dan tersadar, kalau kau tak akan bisa ada di
sisiku lagi untuk menemaniku.
Di pantai
tempat biasanya kita bermain, kau mengatakannya. Sebuah kata-kata yang sangat
tak ingin kudengar, namun tak akan pernah bisa kuhindari. Aku tahu. Saat ini
pasti akan terjadi. Hari di mana tangan kita yang bergandengan akan terlepas
akan datang. Hari di mana kau akhirnya bisa memperlihatkan sayap indah di
punggungmu dan terbang menjelajahi langit.
Ombak yang
biasanya selalu terlihat indah di mataku, entah kenapa sekarang terasa
menyakitkan untuk dilihat. Langit yang luas di atas, entah kenapa terasa
semakin jauh dariku, semakin jauh dari biasanya. Sebaliknya, kau justru semakin
dekat dengan langit, dan bersiap untuk pergi.
Kita
bergandengan tangan untuk yang terakhir kali, mengikuti ombak di tepi pantai.
Meski aku memperhatikan langit, yang sebenarnya kulihat adalah dirimu. Kau sama
sekali tak melihatku, melainkan terus menatap ke ujung langit yang tak
berujung, seolah sedang berusaha mencari sesuatu, di mana kita takkan bertemu
lagi. Mungkin suatu saat kita bisa berjumpa lagi, walau kemungkinannya kecil.
Karena seperti yang sudah kukatakan, langit itu sangat luas, seolah tak ada
habisnya untuk dijelajahi.
Untuk terakhir
kalinya, kau meninggalkan jejak kakimu di pasir pantai berwarna putih, yang terkena
sinar lembut dari matahari sore. Aku masih mengingat senyuman itu di wajahmu.
Ketika kau mengatakannya, bahwa ini adalah sesuatu yang normal akan terjadi.
Kita bertemu satu sama lain, membuat kenangan dan momen indah untuk dikenang,
kemudian pergi dan meninggalkan kenangan itu, seperti pasir yang tersapu ombak,
kita biarkan terus mengalir di dekat hati kita, kemudian kita akan bertemu
dengan orang baru, dan memulainya dari awal lagi.
Aku senang
bertemu denganmu. Aku senang bisa menghabiskan waktu dan berada di sisimu.
Ketika kita bergandengan tangan melalui jalanan di pagi hari yang terlihat
indah seperti pelangi, aku melihat ke atas. Langit yang indah dan juga luar
biasa. Aku ingin terbang bebas bersamamu. Hari-hari berikutnya juga akan
seperti ini. Sebuah kisah yang abadi. Pikiranku untuk menjadi dekat dengan
langit kembali terbayang, bersamaan dengan bayangan di musim panas, yang masih
tetap berada di sini.
Ketika bertemu
denganmu, aku tahu musim panas yang penuh dengan keajaiban ini akan segera
berakhir suatu saat nanti, di waktu yang tak pernah kuketahui. Aku ingin selalu
tersenyum di dekatmu. Karena itu untuk yang terakhir kali, mari kita pergi
dengan senyuman tanpa ada air mata. Kau mengatakannya padaku. Meninggalkan
segala kehangatannya. Berbalik yang terakhir kali untuk mengucapkan ‘Selamat
tinggal’, kau melambai ke arahku.
Kau berbalik,
membelakangiku dan mulai berjalan. Semakin jauh dan semakin jauh. Aku berusaha
mengejarmu. Tapi tak seperti saat itu, aku tak bisa menyusulmu. Aku tak bisa
berlari ke sisimu. Aku tahu kau akan segera terbang dan mengitari langit yang
luas. Aku hanya akan menjadi penghalang untukmu mengepakkan sayap.
Bisakah kau
tunjukkan padaku, sesuatu yang tersembunyi di balik langit yang luas? Karena
aku masih belum dapat terbang dan menyusulmu, bisakah kau menyampaikan pesanku
ini kepada langit?
Aku
merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku
masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki
sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan
sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius,
seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada
anak mereka.
Suatu saat
nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia
ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit
yang luas.
Di masa depan
yang kita nyalakan bersama, di atas langit yang luas, di bawah satu langit yang
sama, terdapat ribuan jalan yang bisa kita ambil. Mungkin jalan itu akan sama
setiap harinya, atau mungkin akan berubah perlahan-lahan.
Kita tak akan
mengambil jalan yang sama, setiap orang memiliki pilihannya sendiri. Ada lebih
dari satu cara untuk menuliskan sebuah lagu, ada lebih dari satu jalan yang
menunggu kita di depan.
Jika aku bisa
melewati langit, akankah aku menjadi semakin dekat denganmu dibanding kemarin?
Karena itu, aku berbalik dan terus tersenyum, meski terasa pedih. Menyebut
namamu untuk yang terakhir kali dengan senyuman seperti yang kau inginkan.
Kau yang
sekarang sudah tak terlihat lagi olehku, dipisahkan oleh batas langit yang
misterius dan kabur, apakah kau juga mengucapkan ‘Selamat tinggal’ dengan
senyuman? Atau kau memperlihatkan sedikit air matamu itu yang terjatuh ke atas
pasir, kemudian tersapu ombak biru?
Jika hati kita
terbawa angin dan terbang di langit yang sama, akankah suatu saat kita akan
berjumpa lagi dan tetap bersama?
Karena
kemanapun aku pergi, hatikulah yang menjadi penuntunku. Dan selama kau masih
ada di hatiku, aku akan selalu bisa melampaui apapun dan mengikutimu.
Sekarang, kepakkan
sayapmu. Perlihatkan sayap indahmu kepada dunia. Lalu angkatlah tubuhmu ke
atas, dan bersiaplah untuk sebuah petualangan besar yang menanti. Aku akan
berada di sini. Menjaga setiap kenangan yang kau tinggalkan. Akan kujaga
kehangatannya agar tak terlupakan oleh waktu. Sampai suatu saat nanti aku bisa
terbang dan menyusulmu, bayanganku akan selalu berada di sini. Ketika air
mataku mulai turun, digetarkan oleh sebuah ingatan yang suatu hari nanti akan semakin
memudar, aku akan selalu menggenggamnya dengan tanganku. Dan kemudian tanpa
berhenti, aku akan menuju ke arahmu.
Kau
menyenandungkan lagu itu, untuk yang terakhir kali. Aku mendengarnya sampai
suaranya menghilang di ujung hari.
Kemudian tahun
demi tahun berlalu. Satu lagi musim panas terlewat. Dan kau tak ada di sini
untuk menghabiskan waktu denganku.
Aku selalu
seorang diri mendengar lagu itu sampai berakhir di pagi hari. Hari itu, aku tak
mendengar apapun. Rasanya kekosongan di
hatiku ini jauh lebih besar dari yang kurasakan. Aku bisa merasa kau ada di
dekatku ketika aku menutup mata. Tapi begitu aku melihat ke sekelilingku, aku
tak menemukan apapun selain kamar yang selalu kukenal.
Apa sekarang
kau sudah berada di langit? Apa kau sudah melihat dunia yang luas ini dari atas
dengan kedua matamu?
Aku
merindukanmu di tiap hitungan hari. Untuk menekan rasa sakit di hatiku, aku
berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan pahit, di mana kau tak ada di
sana. Tapi bahkan dalam mimpiku, kau tak lagi dapat muncul. Kau tak lagi akan
memelukku dengan erat. Yang ada hanyalah pantai yang kosong, dengan butiran
kenangan putih yang beterbangan.
Saat mataku
bertemu dengan langit, yang kuinginkan hanyalah satu kesempatan untuk terbang
bersamamu. Akan jadi seperti itu juga dihari-hari setelahnya, dan kisah kita
akan menjadi abadi. Tapi sesuatu yang abadi itu hanya akan terjadi di dongeng
anak-anak saja’kan?
Aku sudah
terlalu dewasa untuk dapat mempercayai hal penuh sihir dan aneh seperti itu.
Walau begitu, aku masih berpikir kalau di musim panas pertama kali kita bertemu,
di bawah langit musim panas saat kita menghabiskan waktu bersama, di tepi
pantai di musim panas kau meninggalkan jejak dan sedikit suaramu, aku masih
merasa bahwa itu adalah musim panas paling ajaib dalam hidupku. Karena hanya
dalam sekejap, seluruh hal dalam hidupku berpusat padamu.
Dan tak pernah
satu haripun, aku hanya berdiam saja. Aku terus belajar dan belajar, sehingga
suatu saat nanti aku akan bisa terbang dan menyusulmu.
Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang
misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan
berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di
telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa
asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat
dengan langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.
Saat aku duduk
di tepi pantai seorang diri, jariku menuliskan nama kita di atas pasir. Agar
aku tak melupakan, hari-hari yang kulalui untuk mengejarmu, tujuanku. Jejak
yang kau tinggalkan sudah tak terlihat lagi semenjak hari itu. Tapi aku selalu
mengingatnya baik-baik. Supaya aku bisa pergi ke tempatmu sekarang.
Menatap ke
arah langit yang kosong, apa yang akan terpantul dari awan berwarna pucat di
atas langit? Aku mengangkat sebelah tanganku, seolah berusaha menggapainya.
Namun tak peduli seberapa kerasnya aku mencoba, aku tak pernah bisa
menggapainya. Aku tak bisa mencapaimu, yang sudah lebih dahulu terbang
menjelajahi langit.
Aku sangat
ingin bertemu lagi denganmu. Dengan perasaan yang sangat besar ini, dan cahaya
yang lebih lembut, aku ingin mengirimkannya kepadamu. Aku selalu bertanya,
akankah pesanku tersampaikan padamu?
Tak ada siapapun di sini, hanya diriku
sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan, tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin
mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin hidup lebih lama lagi di dalam sini.
Berharap ada seseorang yang akan menarik tanganku dan membawaku terbang, tapi
aku tak menemukan apapun.
Musim-musim
yang hidup berdampingan denganku, terus saja berganti. Aku tetap sama seperti
musim panas saat itu, sama sekali tak berubah. Sama sekali tak bisa
memperlihatkan kedua sayap dan terbang.
Hari-hari
berikutnya aku semakin kehilangan jejakmu. Aku seolah kehilangan arah, tak tahu
harus melangkah ke mana. Aku memutuskan untuk diam di dalam rumah, menghabiskan
waktu hanya untuk termenung, membayangkan apa yang sedang kau lakukan saat ini.
Namun rasanya, suatu tempat yang seolah membuatku terkurung ini, tak cocok
untukku. Karena saat aku melihat ke atas, langit yang luas itu tak menjadi
pemandanganku.
Haruskah aku
keluar? Dan terus berusaha mencarimu, yang semakin dan semakin jauh dari
jangkauan tanganku? Atau aku akan berharap kau kembali, lalu menarik tanganku
untuk terbang bersamamu?
Tapi kau sama
sekali tak pernah datang, tak peduli seberapa lama aku berdiri di sini.
Sayapku terasa
lelah. Di tiap harinya, aku berusaha mengikuti langkah kaki yang kau
tinggalkan, hanya untuk tak menemukan apapun. Aku selalu mengikuti arah suara
nyanyian itu, tapi aku tak pernah berakhir dimanapun pada ujungnya.
Bagaimana kau
bisa tersenyum seperti saat itu, mengatakan kalimat sampai jumpa dengan nada
lurus tanpa ada getaran menyedihkan di dalamnya? Apa kau tidak sedih ketika
harus berpisah denganku? Apa kau tak takut harus berpisah denganku? Apa yang
berusaha kau capai di ujung langit yang jauh? Tempat menyenangkan seperti apa
yang menarikmu?
Hingga
akhirnya aku tersadar akan sesuatu.
Kau tersenyum
saat itu, karena kau yakin kalau kita suatu saat nanti akan bertemu lagi. Kau
percaya dengan adanya perpisahan, tapi kau juga percaya dengan adanya awal yang
baru. Bertemu dengan orang-orang baru, bertemu dengan diriku yang telah
berubah.
Kau terlihat
sangat luar biasa. Mengikuti ke manapun sayapmu pergi membawamu, tanpa peduli
ke mana arahnya, meski begitu, kau terus menetapkan dalam hatimu, bahwa itulah
tujuanmu. Sesuatu yang ingin kau capai. Dan itu pasti bukan diriku. Melainkan
sesuatu yang telah kau tetapkan sejak awal.
Kita takkan berakhir di sini. Mungkin aku
memang tak seharusnya mengikutimu, melainkan mengikuti kemana hatiku akan
membawaku terbang. Mungkin aku harus percaya pada sayap di punggungku. Mungkin
seharusnya aku terbang mengikuti angin. Karena itulah aku tak kunjung bisa
terbang. Karena aku menetapkan sebuah tujuan yang salah. Karena aku ingin
terbang ke mana sayapku tak ingin membawaku.
Tak mengikuti jejakmu, bukan berarti aku tak
akan bertemu lagi denganmu. Melangkah melewati jalan lain yang berbeda, bukan
berarti aku melupakanmu. Aku hanya berusaha untuk mencari jalan yang lain, sebuah
jalan yang berbeda, jalan yang hatiku telah tetapkan dan siapkan untukku bisa
melangkah. Sebuah tempat yang dekat dengan langit.
Kita
dilahirkan di bawah bintang yang sama, di bawah langit yang sama. Selama kita
mempercayai itu, kita sebenarnya tak pernah terpisah jauh. Kita hanya tak
saling melihat, namun tetap memikirkan satu sama lain. Sebenarnya selama ini,
kau selalu berada di sampingku tanpa kuketahui.
Satu langit di
atas kita, ribuan jalan di hadapan kita. Kau terus menyusuri jalan yang kau pilih,
jalan yang ada di hadapanmu. Selama ini, aku hanya takut. Takut untuk memulai
terbang. Karena jika aku tak bisa mengikuti ke mana angin membawamu hari itu,
aku takkan pernah bisa lagi menggapai tanganmu, dan berakhir di tempat yang
semakin jauh darimu, di sebuah jalan berbeda yang terpisah. Aku ragu sayapku
akan bisa membawaku padamu.
Tapi, kau tak pernah merasa takut akan semakin
terbang menjauh dariku. Karena kau tahu, di ujung jalan yang terpisah itu,
mungkin kita akan bertemu lagi di ujungnya.
Mungkin jalan
yang kita tempuh tak pernah searah. Itu tidak menjadi masalah, karena sekarang
jalan itu telah menjadi satu arah.
Benar. Aku
akan mengikutimu. Bukan mengikutimu ke mana kau akan pergi. Bukan mengikuti ke
mana jejak kakimu membawamu. Aku akan mengikutimu, untuk percaya akan masa
depan yang menunggu kita. untuk mencoba terbang bebas di langit berwarna biru
yang jauh. Sama seperti yang kau lakukan di musim panas, hari itu.
Musim panas
itu akan selalu ada di sisiku, selama aku masih mengingat tiap kenangannya, itu
akan selalu tetap ada dalam diriku. Karena itu aku tak membutuhkan lebih banyak
lagi air mata untuk ditumpahkan. Kurasa, sudah waktunya aku untuk melangkah
maju, mengambil jalan yang berbeda, mengucapkan selamat tinggal, lalu terbang
mengikuti aliran angin.
Aku
merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku
masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki
sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan sayap
ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius,
seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada
anak mereka.
Suatu saat
nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia
ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit
yang luas.
Walau jalanan
yang akan kutempuh akan terhenti di suatu tempat, aku akan menemukan cara lain
untuk bisa melaluinya. Matamu yang selalu terlihat bersinar, membuatku yakin
akan diriku sendiri, untuk mengambil rute yang sulit.
Karena itu aku
takkan pernah menyerah lagi. Aku akan berlari, kemudian melompat, ke sebuah
keajaiban. Aku akan melambaikan tanganku ke atas langit, sebuah perasaan yang
selalu menghubungkan kita, tak peduli kita terpisah sepanjang ribuan kilometer
karena aku tahu, kalau aku berada di satu langit transparan yang sama denganmu.
Dan, aku
sedikit bisa merasakan dengan hatiku. Waktunya bagiku untuk melangkahkan
kakiku, menjauh dari daratan, mengeluarkan sayapku dan memulai penjelajahanku
sendiri. Sudah saatnya aku untuk menjadi lebih dekat dan bersatu dengan langit.
Aku akan menuju, ke sebuah tempat rahasia yang telah menungguku untuk datang.
Meski begitu,
aku ingin kau tahu, di setiap pagi yang baru, tak peduli ke manapun aku akan
pergi nanti, kau akan selalu berada di dalam hatiku.
Jika aku bisa bersatu dengan langit biru
kemudian memanggil namamu dengan perlahan, kuharap kau akan melihat ke arahku
berada, meski hanya sedikit. Aku telah menemukan tempat yang dicari hatiku
selama ini di langit yang luas. Aku ingin kau membimbingku dengan perlahan di
langit biru yang tak terbatas ini agar aku lebih dekat dengan hari esok.
Melalui segala kenangan itu. Karena kaulah yang pertama kali terbang, dan aku
ingin kau mengajariku dari kejauhan.
Aku akan
berjuang untuk mengejar sebuah tujuan yang benar-benar ingin kucapai. Sudah
saatnya aku memulai penjelajahan dan perjalananku yang panjang.
Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang
misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan
berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di
telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa
asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat
dengan langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.
Tak
ada siapapun di sini, hanya diriku sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan,
tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin
hidup lebih lama lagi di dalam sini. Berharap ada seseorang yang akan menarik
tanganku dan membawaku terbang, tapi aku tak menemukan apapun.
Suara
yang terus memanggilku, suara yang berasal dari langit. Terdengar lemah dan
samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Semakin lama semakin menghilang. Aku
selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Meski kakiku
terluka dan terasa sakit, aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai
tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu
yang jauh dariku. Tujuanku.
Karena aku hanya seorang diri, tak ada
seseorang yang bisa kumintai tolong. Karena itu, aku akan berusaha seorang diri
sebisa mungkin, hingga saatnya aku bisa beristirahat ketika merasa semuanya sudah
cukup kulakukan dan ada seseorang yang berdiri untukku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui
jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang
tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Sekarang aku berhenti. Untuk sesaat aku
hanya memperhatikan jalan yang biasanya kulalui setiap harinya, mengingat
dengan baik semua kenangan yang ada. Setelah kudapatkan semuanya, aku berbalik,
mencari sebuah jalan lain yang ditakdirkan untukku. Aku akan keluar, kemudian
melihat langit yang baru.
Aku berusaha untuk menggenggam
butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian
di pantai berpasir putih,
Saat aku berhasil menggenggam semuanya, satu
butiran itu terbang dari tanganku. Berikutnya, seluruh butiran itu terlepas dan
terbang, lalu menghilang bersamaan dengan suara angin.
Aku tak lagi berlari mengikuti jejak kaki
yang tertinggal, tak lagi mengejar seluruh kenangan itu.
Aku akan berlari mengikuti ke mana kakiku
membawaku.
Ketika aku
berlari, menyusuri ombak di tepi pantai itu, aku tersenyum. Kemudian mulai
berlari sambil merentangkan kedua tanganku. Angin musim panas yang biasa
kurasakan, takkan berubah meski aku tak berada di tempat di mana bayangan kita
selalu berada.
Kemudian
ketika aku siap, aku segera melompat.
Sebuah lagu
yang indah, terdengar di telingaku, membuat hatiku semakin bergetar untuk terus
melaju, bayangan di musim panas itu semakin memudar. Lagu yang indah itu,
bersatu dengan suara angin, menyimpan semua hari-hari yang pernah kita lalui
itu,
Kemudian
merefleksikannya melalui sayapku, yang kini telah terlihat dengan jelas.
Meninggalkan
daratan di bawah, sudah waktunya aku untuk meninggalkan dunia mimpi kecilku. Aku
akan terbang tanpa batas di langit yang luas ini.
Aku tak tahu
apa kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Namun sedikit rasa percaya tidak
akan terasa buruk. Kisah kita sama sekali belum berakhir. Justru baru saja
dimulai.
Sampai kita
bertemu lagi di ujung langit, di suatu musim panas yang lain,
Ini adalah
sebuah perpisahan.
***-***
-[FAREWELL]
END-
A/N : Hai, minna XDD Salah satu cerita baruku. Jika Faraways Days menceritakan tentang penantian panjang, It's called love tentang cinta yang berterpuk sebelah tangan, Farewell bercerita tentang sebuah perpisahan
Makasih buat yang udah mampir!!
Visit : DA
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar