Rabu, 29 Juli 2015

Story : Farewell

Story : Farewell



FAREWELL






Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara anak-anak bisa kudengar. Suara burung-burung bisa kuketahui. Hanya satu suara yang aku tidak tahu. Suara yang terus terdengar, mengiringi tiap langkahku. Suara yang terus memanggilku. Terdengar lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Namun selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu yang jauh dariku.
Aku berusaha untuk menggenggam butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian di pantai berpasir putih,
 Selamanya mengikuti jejak kaki yang tertinggal.

Di setiap saat-saat kita bersama, tertawa, menangis, kita selalu melalui momen itu dengan senyuman. Seolah semua itu adalah sebuah mimpi indah yang takkan pernah berakhir, di mana kita berdua adalah pemeran utamanya, selalu ada di dalamnya.
Suara ombak yang berdesir itu terdengar jelas di telingaku, mengingatkanku tentang suasana musim panas yang cerah. Perlahan, aku menghentikan langkahku dan memejamkan kedua mataku. Aku bisa mencium aroma laut.
 Memandang ke arah laut berwarna biru itu, aku baru menyadari betapa luasnya, seperti langit, di mana sebuah tempat yang jauh di atas sana, akan menanti kita suatu hari nanti. Ketika ombak itu mengenai kakiku, aku sedikit terkejut, namun tak bermaksud untuk menariknya. Melainkan aku hanya terus terdiam, menikmati angin musim panas yang menerpa wajahku.
Mataku memandang ke arah langit. Perasaanku selalu bergetar setiap kalinya, seolah takjub akan sesuatu.
Aku merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius, seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada anak mereka.
Suatu saat nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit yang luas.
Ketika aku termenung seorang diri memandang langit yang luas, kau meneriakkan namaku. Aku menoleh ke belakang, hanya untuk menemukanmu yang telah berada di kejauhan sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
Setiap kali liburan musim panas dimulai, kita selalu berlomba siapa yang bisa lebih cepat sampai ke pantai. Kau selalu selangkah lebih cepat dariku, kemudian menungguku sampai, dan memperlihatkan senyumanmu sambil membuat huruf V dengan jarimu. Aku selalu tak bisa mengejarmu saat itu. Kau terlihat seperti angin, sangat cepat. Dan kurasa, sayapmu akan terlihat lebih cepat mengembang dibanding denganku, yang hanya bisa melihat punggungmu. Seperti anak burung yang belajar caranya untuk terbang, berusaha mengepakkan kedua sayap dari saudaranya. Aku terus memperhatikanmu. Aku terus, dan terus mengejarmu.
Sekali lagi, kau melambai ke arahku. Aku berlari, mengikuti jejak kaki yang tertinggal di pasir pantai itu, mengikuti ombak, dan suara angin yang berhembus. Berlari ke arahmu, seolah kau adalah sebuah tujuan yang hendak kucapai. Kali ini, aku berhasil mencapaimu, kemudian tersenyum di sisimu, memperlihatkan sebuah senyuman anak-anak yang biasa.
 Sesuatu yang berada di balik langit musim panas yang jauh, aku ingin tahu apa itu. Masa depan yang menunggu kita di depan, sebuah dunia yang tak pernah kita ketahui.
Meski begitu aku paham akan satu hal. Itu adalah sesuatu yang akan terjadi pada setiap orang, pada setiap ikatan yang terjalin antar tiap manusia yang hidup bersama di dunia ini. Setiap orang memiliki tempat yang berbeda untuk dituju. Setiap orang memiliki pilihan dan jalan masing-masing. Bahkan meski kita berjalan di satu rel tua yang sama, kita mungkin akan kehilangan jejak satu sama lain.
Aku paham suatu saat itu akan terjadi. Aku hanya tidak tahu kapan.

Dalam perjalanan, matahari di musim panas bersinar cukup terang walau hari sudah menjelang sore. Aku berjalan di sampingmu, di tempat di mana aku bisa merasakan kehadiranmu, di tempat aku bisa melihatmu bersinar dari dekat. Dan untuk yang kesekian kali, kita melewati jalanan yang sama, aku mendengarkanmu menyenandungkan sebuah lagu, lagu yang selalu kau nyanyikan saat bersamaku, sebuah lagu yang mungkin suatu saat takkan pernah kudengar lagi dan akan menghilang di ujung hari nanti.
Kau selalu senang tiap kali menyenandungkannya. Aku selalu senang tiap kali mendengarnya. Aku sedikit berpikir, kurasa lagu ini akan menjadi penuntunku, ketika suatu saat nanti aku tak dapat melihatmu lagi dari jarak sedekat ini. Yang akan menunjukkan dimana kau berada. Untuk itu, aku akan selalu mengingatnya, jauh di dalam hatiku.

Matahari di musim panas telah tenggelam. Hari telah berganti menjadi malam, dan bintang-bintang yang terlihat seperti pasir putih yang berhamburan di langit bermunculan. Hari ini sebentar lagi akan berakhir, Tapi aku tak ingin kehilangan kenangan ini. Aku akan terus menyimpannya, di tempat yang tak diketahui oleh orang lain. Suatu saat nanti aku akan membukanya, kemudian mengingat semua momen yang kulalui bersamamu.
Seluruh kenangan di musim panas yang kita habiskan bersama, aku tak tahu sampai kapan aku bisa tersenyum ketika melihatnya.

Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara anak-anak bisa kudengar. Suara burung-burung bisa kuketahui. Hanya satu suara yang aku tidak tahu Suara nyanyian yang terus terdengar, mengiringi tiap langkahku. Suara yang terus memanggilku. Terdengar lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Namun selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu yang jauh dariku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Aku berusaha untuk menggenggam butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian di pantai berpasir putih,
 Selamanya mengejar jejak kaki yang tertinggal.

Anak-anak yang berlarian di tengah hutan, dengan jaring untuk menangkap serangga di tangan mereka, berlarian dengan angin yang mengikuti. Suara burung yang bernyanyi dengan merdu. Suara jangkrik yang terdengar, khas musim panas. Aku duduk di rerumputan, memperhatikan tawa mereka, kebahagiaan anak-anak. Aku teringat akan sesuatu, sesuatu yang biasanya kulakukan saat musim panas dulu. Es krim berwarna biru yang kupegang meleleh sedikit ke tanganku, membuatku tersentak dan menjatuhkannya ke rerumputan. Aku mendengar suara tawa, kemudian melihat ke samping. Yang ada di mataku adalah dirimu.
Kau sama sekali tidak berubah, masih sama seperti saat itu, seperti musim panas yang tidak pernah berubah. Kita masih bersama. Mimpi indah ini masih terus berjalan.
Aku masih bisa bergandengan di pantai bersamamu, meninggalkan jejak kaki kita di belakang, hanya dengan bayangan yang mengikuti. Tiap kali kau menggenggam tanganku, aku merasa senang sekaligus bersyukur, karena itu adalah bukti bahwa kau benar-benar ada dan bukan menjadi bagian dari dunia mimpi kecilku.
 Di saat bersamaan, aku menyembunyikan tetesan air mata di balik senyumanku yang mengembang. Jika aku tersenyum, maka kau juga akan terus tersenyum’kan? Itulah yang selalu kuinginkan. Aku merasa bahagia bersama denganmu. Aku bisa merasakan banyak hal lebih banyak daripada ketika aku sedang seorang diri.
Terkadang aku takut untuk berada di dekatmu. Ketika tahu apa yang akan menunggu kita diakhir kisah ini, aku tak ingin jadi lebih dekat denganmu. Walau kita berada sangat dekat, aku selalu menganggapmu sangat jauh. Sangat jauh, seperti langit yang masih belum bisa aku gapai.
Ketika mata kita tanpa sengaja saling bertemu, aku selalu menganggap yang ada di pantulan mata ini bukanlah dirimu yang tersenyum. Ketika tangan kita ada dalam jarak di mana bisa saling bersentuhan, aku selalu membuat dinding tak terlihat diantara kita. Aku tak ingin bersamamu kalau tahu apa yang menanti kita di masa depan. Untuk apa kita bersama sekarang kalau suatu saat nanti kita akan--
..............Namun, walau kau tahu kalau mimpi indah ini takkan mungkin bisa bertahan selamanya, kau tak menjauhiku. Kau tetap ada di sisiku, dan membuat suatu kenangan indah, yang aku sendiri tidak tahu kenapa kenangan itu harus ada. Kau terus saja membuat jejak-jejak itu dipantai, agar aku selalu bisa mengikutimu, tak kehilangan arah dan tujuan.
Aku selalu tahu, saat aku pertama kali bertemu denganmu, cepat atau lambat, mimpi indah ini pasti akan segera berakhir. Suatu saat nanti, takkan ada lagi tangan yang dapat kugenggam. Tak ada lagi sosok yang dapat kulihat. Tak ada lagi suara nyanyian yang selalu membuatku teringat akan dirimu.
Tapi kau memberitahuku dengan perlahan, tanpa kata-kata, melainkan hanya dengan sikapmu, bahwa tak apa membuat kenangan bersama dengan seseorang. Tak apa tersenyum untuk saat ini, meski akhirnya kita akan menangis. Tak apa untuk berharap akan mimpi yang sama, meski pada akhirnya kita akan berjalan untuk mimpi yang berbeda. Tak apa untuk mengembangkan sayap kita bersama, meski suatu saat nanti kita takkan terbang di langit yang sama, di satu arah yang sama, melainkan terbang mengikuti angin dan hati kita masing-masing.
Aku merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius, seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada anak mereka.
Suatu saat nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit yang luas. Aku ingin bisa merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku, aku ingin terbang dan berpetualang di tiap harinya, melintasi berbagai tempat yang tak pernah kuketahui, bertemu dengan orang-orang baru, dan membuat pengalaman baru.
Aku ingin menjadi lebih dekat lagi dengan langit dan menyentuhnya, menari-nari di atas awan lembut berwarna putih. Aku ingin menggapai tanganmu dan mengajakmu terbang bersamaku. Tapi kurasa itu tidak mungkin. Karena kau memiliki sepasang sayapmu sendiri--Dan sudah waktunya bagimu untuk mengembangkan sayapmu lebih lebar lagi.
Entah sejak kapan, aku menjadikanmu sebagai tujuanku, sesuatu yang hendak aku capai, lebih dari apapun di dunia ini. Sampai kapanpun, aku ingin selalu bisa mengikutimu.

Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat dengan langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.
 Tak ada siapapun di sini, hanya diriku sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan, tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin hidup lebih lama lagi di dalam sini. Berharap ada seseorang yang akan menarik tanganku dan membawaku terbang, tapi aku tak menemukan apapun.
 Suara yang terus memanggilku, suara yang berasal dari langit. Terdengar lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Semakin lama semakin menghilang. Aku selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Meski kakiku terluka dan terasa sakit, aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu yang jauh dariku. Tujuanku.
Karena aku hanya seorang diri, tak ada seseorang yang bisa kumintai tolong. Karena itu, aku akan berusaha seorang diri sebisa mungkin, hingga saatnya aku bisa beristirahat ketika merasa semuanya sudah cukup kulakukan dan ada seseorang yang berdiri untukku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Aku berusaha untuk menggenggam butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian di pantai berpasir putih,
Saat aku berhasil menggenggam semuanya, satu butiran itu terbang dari tanganku. Berikutnya, seluruh butiran itu terlepas dan terbang, lalu menghilang bersamaan dengan suara angin.
 Selamanya aku berlari mengikuti jejak kaki yang tertinggal, mengejar seluruh kenangan itu.

Musim panas yang lain kembali berlalu.
Sudah waktunya bagi kita untuk mengakhiri mimpi ini dan terbangun.
Sesuatu yang kutakutkan sejak awal akhirnya terjadi. Kau adalah impianku. Impian indahku. Ketika aku sedang bermimpi, aku selalu melihatmu. Dan ketika aku terbangun, aku masih ingin menemuimu. Kau membuatku merasa seperti ini. Namun kini sudah waktunya aku membuka mataku lebar-lebar dan tersadar, kalau kau tak akan bisa ada di sisiku lagi untuk menemaniku.
Di pantai tempat biasanya kita bermain, kau mengatakannya. Sebuah kata-kata yang sangat tak ingin kudengar, namun tak akan pernah bisa kuhindari. Aku tahu. Saat ini pasti akan terjadi. Hari di mana tangan kita yang bergandengan akan terlepas akan datang. Hari di mana kau akhirnya bisa memperlihatkan sayap indah di punggungmu dan terbang menjelajahi langit.
Ombak yang biasanya selalu terlihat indah di mataku, entah kenapa sekarang terasa menyakitkan untuk dilihat. Langit yang luas di atas, entah kenapa terasa semakin jauh dariku, semakin jauh dari biasanya. Sebaliknya, kau justru semakin dekat dengan langit, dan bersiap untuk pergi.
Kita bergandengan tangan untuk yang terakhir kali, mengikuti ombak di tepi pantai. Meski aku memperhatikan langit, yang sebenarnya kulihat adalah dirimu. Kau sama sekali tak melihatku, melainkan terus menatap ke ujung langit yang tak berujung, seolah sedang berusaha mencari sesuatu, di mana kita takkan bertemu lagi. Mungkin suatu saat kita bisa berjumpa lagi, walau kemungkinannya kecil. Karena seperti yang sudah kukatakan, langit itu sangat luas, seolah tak ada habisnya untuk dijelajahi.
Untuk terakhir kalinya, kau meninggalkan jejak kakimu di pasir pantai berwarna putih, yang terkena sinar lembut dari matahari sore. Aku masih mengingat senyuman itu di wajahmu. Ketika kau mengatakannya, bahwa ini adalah sesuatu yang normal akan terjadi. Kita bertemu satu sama lain, membuat kenangan dan momen indah untuk dikenang, kemudian pergi dan meninggalkan kenangan itu, seperti pasir yang tersapu ombak, kita biarkan terus mengalir di dekat hati kita, kemudian kita akan bertemu dengan orang baru, dan memulainya dari awal lagi.
Aku senang bertemu denganmu. Aku senang bisa menghabiskan waktu dan berada di sisimu. Ketika kita bergandengan tangan melalui jalanan di pagi hari yang terlihat indah seperti pelangi, aku melihat ke atas. Langit yang indah dan juga luar biasa. Aku ingin terbang bebas bersamamu. Hari-hari berikutnya juga akan seperti ini. Sebuah kisah yang abadi. Pikiranku untuk menjadi dekat dengan langit kembali terbayang, bersamaan dengan bayangan di musim panas, yang masih tetap berada di sini.
Ketika bertemu denganmu, aku tahu musim panas yang penuh dengan keajaiban ini akan segera berakhir suatu saat nanti, di waktu yang tak pernah kuketahui. Aku ingin selalu tersenyum di dekatmu. Karena itu untuk yang terakhir kali, mari kita pergi dengan senyuman tanpa ada air mata. Kau mengatakannya padaku. Meninggalkan segala kehangatannya. Berbalik yang terakhir kali untuk mengucapkan ‘Selamat tinggal’, kau melambai ke arahku.
Kau berbalik, membelakangiku dan mulai berjalan. Semakin jauh dan semakin jauh. Aku berusaha mengejarmu. Tapi tak seperti saat itu, aku tak bisa menyusulmu. Aku tak bisa berlari ke sisimu. Aku tahu kau akan segera terbang dan mengitari langit yang luas. Aku hanya akan menjadi penghalang untukmu mengepakkan sayap.
Bisakah kau tunjukkan padaku, sesuatu yang tersembunyi di balik langit yang luas? Karena aku masih belum dapat terbang dan menyusulmu, bisakah kau menyampaikan pesanku ini kepada langit?
Aku merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius, seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada anak mereka.
Suatu saat nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit yang luas.
Di masa depan yang kita nyalakan bersama, di atas langit yang luas, di bawah satu langit yang sama, terdapat ribuan jalan yang bisa kita ambil. Mungkin jalan itu akan sama setiap harinya, atau mungkin akan berubah perlahan-lahan.
Kita tak akan mengambil jalan yang sama, setiap orang memiliki pilihannya sendiri. Ada lebih dari satu cara untuk menuliskan sebuah lagu, ada lebih dari satu jalan yang menunggu kita di depan.
Jika aku bisa melewati langit, akankah aku menjadi semakin dekat denganmu dibanding kemarin? Karena itu, aku berbalik dan terus tersenyum, meski terasa pedih. Menyebut namamu untuk yang terakhir kali dengan senyuman seperti yang kau inginkan.
Kau yang sekarang sudah tak terlihat lagi olehku, dipisahkan oleh batas langit yang misterius dan kabur, apakah kau juga mengucapkan ‘Selamat tinggal’ dengan senyuman? Atau kau memperlihatkan sedikit air matamu itu yang terjatuh ke atas pasir, kemudian tersapu ombak biru?
Jika hati kita terbawa angin dan terbang di langit yang sama, akankah suatu saat kita akan berjumpa lagi dan tetap bersama?
Karena kemanapun aku pergi, hatikulah yang menjadi penuntunku. Dan selama kau masih ada di hatiku, aku akan selalu bisa melampaui apapun dan mengikutimu.
Sekarang, kepakkan sayapmu. Perlihatkan sayap indahmu kepada dunia. Lalu angkatlah tubuhmu ke atas, dan bersiaplah untuk sebuah petualangan besar yang menanti. Aku akan berada di sini. Menjaga setiap kenangan yang kau tinggalkan. Akan kujaga kehangatannya agar tak terlupakan oleh waktu. Sampai suatu saat nanti aku bisa terbang dan menyusulmu, bayanganku akan selalu berada di sini. Ketika air mataku mulai turun, digetarkan oleh sebuah ingatan yang suatu hari nanti akan semakin memudar, aku akan selalu menggenggamnya dengan tanganku. Dan kemudian tanpa berhenti, aku akan menuju ke arahmu.

Kau menyenandungkan lagu itu, untuk yang terakhir kali. Aku mendengarnya sampai suaranya menghilang di ujung hari.

Kemudian tahun demi tahun berlalu. Satu lagi musim panas terlewat. Dan kau tak ada di sini untuk menghabiskan waktu denganku.
Aku selalu seorang diri mendengar lagu itu sampai berakhir di pagi hari. Hari itu, aku tak mendengar apapun.  Rasanya kekosongan di hatiku ini jauh lebih besar dari yang kurasakan. Aku bisa merasa kau ada di dekatku ketika aku menutup mata. Tapi begitu aku melihat ke sekelilingku, aku tak menemukan apapun selain kamar yang selalu kukenal.
Apa sekarang kau sudah berada di langit? Apa kau sudah melihat dunia yang luas ini dari atas dengan kedua matamu?
Aku merindukanmu di tiap hitungan hari. Untuk menekan rasa sakit di hatiku, aku berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan pahit, di mana kau tak ada di sana. Tapi bahkan dalam mimpiku, kau tak lagi dapat muncul. Kau tak lagi akan memelukku dengan erat. Yang ada hanyalah pantai yang kosong, dengan butiran kenangan putih yang beterbangan.
Saat mataku bertemu dengan langit, yang kuinginkan hanyalah satu kesempatan untuk terbang bersamamu. Akan jadi seperti itu juga dihari-hari setelahnya, dan kisah kita akan menjadi abadi. Tapi sesuatu yang abadi itu hanya akan terjadi di dongeng anak-anak saja’kan?
Aku sudah terlalu dewasa untuk dapat mempercayai hal penuh sihir dan aneh seperti itu. Walau begitu, aku masih berpikir kalau di musim panas pertama kali kita bertemu, di bawah langit musim panas saat kita menghabiskan waktu bersama, di tepi pantai di musim panas kau meninggalkan jejak dan sedikit suaramu, aku masih merasa bahwa itu adalah musim panas paling ajaib dalam hidupku. Karena hanya dalam sekejap, seluruh hal dalam hidupku berpusat padamu.
Dan tak pernah satu haripun, aku hanya berdiam saja. Aku terus belajar dan belajar, sehingga suatu saat nanti aku akan bisa terbang dan menyusulmu.

Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat dengan langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.

Saat aku duduk di tepi pantai seorang diri, jariku menuliskan nama kita di atas pasir. Agar aku tak melupakan, hari-hari yang kulalui untuk mengejarmu, tujuanku. Jejak yang kau tinggalkan sudah tak terlihat lagi semenjak hari itu. Tapi aku selalu mengingatnya baik-baik. Supaya aku bisa pergi ke tempatmu sekarang.
Menatap ke arah langit yang kosong, apa yang akan terpantul dari awan berwarna pucat di atas langit? Aku mengangkat sebelah tanganku, seolah berusaha menggapainya. Namun tak peduli seberapa kerasnya aku mencoba, aku tak pernah bisa menggapainya. Aku tak bisa mencapaimu, yang sudah lebih dahulu terbang menjelajahi langit.
Aku sangat ingin bertemu lagi denganmu. Dengan perasaan yang sangat besar ini, dan cahaya yang lebih lembut, aku ingin mengirimkannya kepadamu. Aku selalu bertanya, akankah pesanku tersampaikan padamu?

Tak ada siapapun di sini, hanya diriku sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan, tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin hidup lebih lama lagi di dalam sini. Berharap ada seseorang yang akan menarik tanganku dan membawaku terbang, tapi aku tak menemukan apapun.

Musim-musim yang hidup berdampingan denganku, terus saja berganti. Aku tetap sama seperti musim panas saat itu, sama sekali tak berubah. Sama sekali tak bisa memperlihatkan kedua sayap dan terbang.
Hari-hari berikutnya aku semakin kehilangan jejakmu. Aku seolah kehilangan arah, tak tahu harus melangkah ke mana. Aku memutuskan untuk diam di dalam rumah, menghabiskan waktu hanya untuk termenung, membayangkan apa yang sedang kau lakukan saat ini. Namun rasanya, suatu tempat yang seolah membuatku terkurung ini, tak cocok untukku. Karena saat aku melihat ke atas, langit yang luas itu tak menjadi pemandanganku.
Haruskah aku keluar? Dan terus berusaha mencarimu, yang semakin dan semakin jauh dari jangkauan tanganku? Atau aku akan berharap kau kembali, lalu menarik tanganku untuk terbang bersamamu?
Tapi kau sama sekali tak pernah datang, tak peduli seberapa lama aku berdiri di sini.
Sayapku terasa lelah. Di tiap harinya, aku berusaha mengikuti langkah kaki yang kau tinggalkan, hanya untuk tak menemukan apapun. Aku selalu mengikuti arah suara nyanyian itu, tapi aku tak pernah berakhir dimanapun pada ujungnya.
Bagaimana kau bisa tersenyum seperti saat itu, mengatakan kalimat sampai jumpa dengan nada lurus tanpa ada getaran menyedihkan di dalamnya? Apa kau tidak sedih ketika harus berpisah denganku? Apa kau tak takut harus berpisah denganku? Apa yang berusaha kau capai di ujung langit yang jauh? Tempat menyenangkan seperti apa yang menarikmu?
Hingga akhirnya aku tersadar akan sesuatu.
Kau tersenyum saat itu, karena kau yakin kalau kita suatu saat nanti akan bertemu lagi. Kau percaya dengan adanya perpisahan, tapi kau juga percaya dengan adanya awal yang baru. Bertemu dengan orang-orang baru, bertemu dengan diriku yang telah berubah.
Kau terlihat sangat luar biasa. Mengikuti ke manapun sayapmu pergi membawamu, tanpa peduli ke mana arahnya, meski begitu, kau terus menetapkan dalam hatimu, bahwa itulah tujuanmu. Sesuatu yang ingin kau capai. Dan itu pasti bukan diriku. Melainkan sesuatu yang telah kau tetapkan sejak awal.
 Kita takkan berakhir di sini. Mungkin aku memang tak seharusnya mengikutimu, melainkan mengikuti kemana hatiku akan membawaku terbang. Mungkin aku harus percaya pada sayap di punggungku. Mungkin seharusnya aku terbang mengikuti angin. Karena itulah aku tak kunjung bisa terbang. Karena aku menetapkan sebuah tujuan yang salah. Karena aku ingin terbang ke mana sayapku tak ingin membawaku.
 Tak mengikuti jejakmu, bukan berarti aku tak akan bertemu lagi denganmu. Melangkah melewati jalan lain yang berbeda, bukan berarti aku melupakanmu. Aku hanya berusaha untuk mencari jalan yang lain, sebuah jalan yang berbeda, jalan yang hatiku telah tetapkan dan siapkan untukku bisa melangkah. Sebuah tempat yang dekat dengan langit.
Kita dilahirkan di bawah bintang yang sama, di bawah langit yang sama. Selama kita mempercayai itu, kita sebenarnya tak pernah terpisah jauh. Kita hanya tak saling melihat, namun tetap memikirkan satu sama lain. Sebenarnya selama ini, kau selalu berada di sampingku tanpa kuketahui.
Satu langit di atas kita, ribuan jalan di hadapan kita. Kau terus menyusuri jalan yang kau pilih, jalan yang ada di hadapanmu. Selama ini, aku hanya takut. Takut untuk memulai terbang. Karena jika aku tak bisa mengikuti ke mana angin membawamu hari itu, aku takkan pernah bisa lagi menggapai tanganmu, dan berakhir di tempat yang semakin jauh darimu, di sebuah jalan berbeda yang terpisah. Aku ragu sayapku akan bisa membawaku padamu.
 Tapi, kau tak pernah merasa takut akan semakin terbang menjauh dariku. Karena kau tahu, di ujung jalan yang terpisah itu, mungkin kita akan bertemu lagi di ujungnya.
Mungkin jalan yang kita tempuh tak pernah searah. Itu tidak menjadi masalah, karena sekarang jalan itu telah menjadi satu arah.
Benar. Aku akan mengikutimu. Bukan mengikutimu ke mana kau akan pergi. Bukan mengikuti ke mana jejak kakimu membawamu. Aku akan mengikutimu, untuk percaya akan masa depan yang menunggu kita. untuk mencoba terbang bebas di langit berwarna biru yang jauh. Sama seperti yang kau lakukan di musim panas, hari itu.
Musim panas itu akan selalu ada di sisiku, selama aku masih mengingat tiap kenangannya, itu akan selalu tetap ada dalam diriku. Karena itu aku tak membutuhkan lebih banyak lagi air mata untuk ditumpahkan. Kurasa, sudah waktunya aku untuk melangkah maju, mengambil jalan yang berbeda, mengucapkan selamat tinggal, lalu terbang mengikuti aliran angin.
Aku merentangkan tanganku, membiarkan sepasang sayap dipunggunggku mengembang. Aku masih belum dapat melihatnya, tapi aku selalu percaya kalau kita semua memiliki sepasang sayap dengan bulu-bulu putih yang indah. Aku ingin memperlihatkan sayap ini, sayap yang tak terlihat oleh siapapun, sebuah kisah yang misterius, seperti dongeng anak-anak yang biasanya diceritakan oleh para orang tua kepada anak mereka.
Suatu saat nanti, sayap itu akan bertambah besar seiring dengan pengalaman kita di dunia ini, sehingga kita akan bisa melanjutkan perjalanan kita, menjelajahi langit yang luas.
Walau jalanan yang akan kutempuh akan terhenti di suatu tempat, aku akan menemukan cara lain untuk bisa melaluinya. Matamu yang selalu terlihat bersinar, membuatku yakin akan diriku sendiri, untuk mengambil rute yang sulit.
Karena itu aku takkan pernah menyerah lagi. Aku akan berlari, kemudian melompat, ke sebuah keajaiban. Aku akan melambaikan tanganku ke atas langit, sebuah perasaan yang selalu menghubungkan kita, tak peduli kita terpisah sepanjang ribuan kilometer karena aku tahu, kalau aku berada di satu langit transparan yang sama denganmu.
Dan, aku sedikit bisa merasakan dengan hatiku. Waktunya bagiku untuk melangkahkan kakiku, menjauh dari daratan, mengeluarkan sayapku dan memulai penjelajahanku sendiri. Sudah saatnya aku untuk menjadi lebih dekat dan bersatu dengan langit. Aku akan menuju, ke sebuah tempat rahasia yang telah menungguku untuk datang.
Meski begitu, aku ingin kau tahu, di setiap pagi yang baru, tak peduli ke manapun aku akan pergi nanti, kau akan selalu berada di dalam hatiku.
 Jika aku bisa bersatu dengan langit biru kemudian memanggil namamu dengan perlahan, kuharap kau akan melihat ke arahku berada, meski hanya sedikit. Aku telah menemukan tempat yang dicari hatiku selama ini di langit yang luas. Aku ingin kau membimbingku dengan perlahan di langit biru yang tak terbatas ini agar aku lebih dekat dengan hari esok. Melalui segala kenangan itu. Karena kaulah yang pertama kali terbang, dan aku ingin kau mengajariku dari kejauhan.
Aku akan berjuang untuk mengejar sebuah tujuan yang benar-benar ingin kucapai. Sudah saatnya aku memulai penjelajahan dan perjalananku yang panjang.

Aku selalu bermimpi. Sebuah mimpi yang misterius.
Di suatu musim panas yang dipenuhi dengan berbagai keajaiban, aku berjalan seorang diri. Suara ombak terdengar di telingaku. Hembusan angin yang lembut menerpa wajahku. Pantai yang tak terasa asing untukku, sebuah tempat di mana aku bisa pulang, tempat yang begitu dekat dengan langit, di mana aku bisa memandangnya seharian.
 Tak ada siapapun di sini, hanya diriku sendiri yang terus berjalan, tanpa tujuan, tanpa arah, tanpa akhir. Aku ingin mimpi ini segera berakhir. Aku tak ingin hidup lebih lama lagi di dalam sini. Berharap ada seseorang yang akan menarik tanganku dan membawaku terbang, tapi aku tak menemukan apapun.
 Suara yang terus memanggilku, suara yang berasal dari langit. Terdengar lemah dan samar-samar. Aku berusaha mengikutinya. Semakin lama semakin menghilang. Aku selalu terjatuh di setiap langkahnya. Aku masih belum menyerah.. Meski kakiku terluka dan terasa sakit, aku tak’kan berhenti berlari dan melangkah sampai tangan yang kosong ini meraih dan menemukannya, sesuatu yang kulupakan, sesuatu yang jauh dariku. Tujuanku.
Karena aku hanya seorang diri, tak ada seseorang yang bisa kumintai tolong. Karena itu, aku akan berusaha seorang diri sebisa mungkin, hingga saatnya aku bisa beristirahat ketika merasa semuanya sudah cukup kulakukan dan ada seseorang yang berdiri untukku.
Setiap saat yang berlalu, aku selalu melalui jalan yang sama, melewati rute yang sama, seolah hanya ada satu jalan yang tercipta untukku. Seolah ini adalah sebuah lingkaran tak berujung.
Sekarang aku berhenti. Untuk sesaat aku hanya memperhatikan jalan yang biasanya kulalui setiap harinya, mengingat dengan baik semua kenangan yang ada. Setelah kudapatkan semuanya, aku berbalik, mencari sebuah jalan lain yang ditakdirkan untukku. Aku akan keluar, kemudian melihat langit yang baru.
Aku berusaha untuk menggenggam butiran-butiran ingatan yang beterbangan itu dengan kedua tanganku, sambil berlarian di pantai berpasir putih,
Saat aku berhasil menggenggam semuanya, satu butiran itu terbang dari tanganku. Berikutnya, seluruh butiran itu terlepas dan terbang, lalu menghilang bersamaan dengan suara angin.
Aku tak lagi berlari mengikuti jejak kaki yang tertinggal, tak lagi mengejar seluruh kenangan itu.
Aku akan berlari mengikuti ke mana kakiku membawaku.

Ketika aku berlari, menyusuri ombak di tepi pantai itu, aku tersenyum. Kemudian mulai berlari sambil merentangkan kedua tanganku. Angin musim panas yang biasa kurasakan, takkan berubah meski aku tak berada di tempat di mana bayangan kita selalu berada.
Kemudian ketika aku siap, aku segera melompat.
Sebuah lagu yang indah, terdengar di telingaku, membuat hatiku semakin bergetar untuk terus melaju, bayangan di musim panas itu semakin memudar. Lagu yang indah itu, bersatu dengan suara angin, menyimpan semua hari-hari yang pernah kita lalui itu,
Kemudian merefleksikannya melalui sayapku, yang kini telah terlihat dengan jelas.
Meninggalkan daratan di bawah, sudah waktunya aku untuk meninggalkan dunia mimpi kecilku. Aku akan terbang tanpa batas di langit yang luas ini.

Aku tak tahu apa kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Namun sedikit rasa percaya tidak akan terasa buruk. Kisah kita sama sekali belum berakhir. Justru baru saja dimulai.
Sampai kita bertemu lagi di ujung langit, di suatu musim panas yang lain,
Ini adalah sebuah perpisahan.
***-***
-[FAREWELL] END-


 A/N : Hai, minna XDD Salah satu cerita baruku. Jika Faraways Days menceritakan tentang penantian panjang, It's called love tentang cinta yang berterpuk sebelah  tangan, Farewell bercerita tentang sebuah perpisahan
Makasih buat yang udah mampir!!


Visit : DA
          Ngomik
 
Fujiwara Hatsune

Summer 2015

Summer 2015




Fujiwara Hatsune di sini! (^0^)

Hatsui : Fujiwara Hatsui juga di sini! Tentang gambar kali ini--Langit biru yang cerah! Bunga matahari! Jadi, sudah pasti ini--

Musim panas!!

Hatsui : Oh! Oh!! Aku sangat suka musim panas! Terutama gadis dan adegan pantai! Jika kau menggabungkan 2 hal berikut, maka akan jadi--

‘Kau mengenakan bikini warna merah dan dikubur dalam-dalam di pasir’.

Hatsui :--Sesuatu seperti itu--TIDAK!!! Kenapa aku harus dikubur dalam pasir!? Dan di atas semuanya--Sebuah bikin warna merah?! Kenapa aku harus menggunakan sesuatu seperti itu!!?

Karena kau terlihat menawan.

Hatsui : Eh...Eh, benarkah?

Mmhm, warna merah sangat cocok untukmu. Jadi, tolong kenakan ini//bikini merah.

Hatsui : Oke, aku akan mengenakannya--Seakan-akan aku bakal mengenakan sesuatu yang mengerikan seperti ini!! Tentu saja TIDAK!!! Berhenti bermain-main!!

Sankyuu buat yang udah mampir!! >.<




Visit : DA
          Ngomik
 


Fujiwara Hatsune

HatsunexHatsui Summer!!

HatsunexHatsui Summer!!



Visit : DA
          Ngomik
 
Fujiwara Hatsune

FanArt : Ene

FanArt : Ene





Halo! Ini Fujiwara Hatsune 

Hatsui : Dan ini Fujiwara Hatsui!

Kali ini, aku gambar Ene dari Kagerou project!!
Makasih buat yang udah mampir!! >.<



Visit : DA
          Ngomik
 
 
Fujiwara Hatsune