Chapter 11 Kau Tidak Akan Pernah
Mengerti
Kalian semua
tidak akan pernah mengerti.
“[Minggir! Jangan berani-beraninya kau jalan di
depan kami lagi!].”
Kalian semua
tidak akan pernah paham.
“[Jangan sentuh benda milikku dengan tangan kotormu
itu!].”
Sampai kapanpun,
kalian tidak akan pernah mengerti apa yang kurasakan.
“[Wajahmu yang sangat jelek itu, membuatku ingin
muntah tiap kali melihatnya!!].”
Hidup di dunia
ini, yang jauh lebih menyedihkan daripada harus dibakar hidup-hidup di neraka.
“[Aku tidak ingin menghirup udara yang sama
denganmu!].”
Aku hanya ingin
pergi.
“[Kenapa kau tidak mati saja!?].”
Ke tempat di
atas sana, yang jauh lebih baik daripada di sini. Ke sesuatu tempat di mana aku
tidak perlu merasa terisolasi di dunia yang penuh dengan kepalsuan ini. Dan
terjebak bersama orang-orang di dalamnya, seperti sebuah mantra kutukan.
Aku ingin bebas.
Aku ingin lepas! Aku ingin terbang!!
Di dunia yang
hanya terdiri atas tingkatan-tingkatan manusia yang kejam ini, di mana yang
berkuasa dan yang kuat akan selalu berada di atas, memangsa, menginjak-injak
jiwa kecil yang ada di bawahnya.
Aku selalu
memandang itu sebagai sesuatu yang bodoh.
Aku selalu
merasa kalau diriku selalu berada di atas.
Aku sempurna,
aku cantik, aku baik. Aku adalah seseorang yang selalu mendapat pujian semua
teman dan guru, seseorang yang selalu mendapat ranking teratas, dan mampu
membuat siapapun merasa iri ketika berpapasan denganku. Tak pernah membuat
masalah dengan siapapun, dan selalu ingin membuat hubungan baik dengan orang
lain.
Itulah diriku
yang sebenarnya.
Lebih tepatnya,
masa laluku.
Karena sekarang,
sudah tak ada lagi yang tersisa di dalam diriku. Hanya tubuh kosong yang bahkan
sudah tidak memiliki tempat untuk merasakan kepedihan dan rasa sakit yang lebih
banyak lagi, seakan-akan aku akan segera meledak, hancur menjadi
butiran-butiran pasir, dan tak teringat oleh siapapun lagi.
Ada yang
mengatakan, ‘menghilang’ dan tak diingat oleh siapapun, jauh lebih menyakitkan
daripada mati secara normal, dengan pemakaman dan tetesan air mata. Semua orang
ingin dikenang. Dikenang sebagai sosok panutan yang seperti bintang utama.
Bahkan meski tubuh mereka sudah tak ada di dunia ini lagi, mereka tetap
seakan-akan hidup di tengah-tengah dunia, jika seseorang memikirkan mereka.
Tapi aku--
--Sudah tak
memikirkan hal lain lagi seperti itu.
Aku tak ingin
dikenang, atau diingat. Aku ingin menghilang begitu saja. Seperti angin.
Seperti butiran pasir yang kecil. Seperti kertas yang tipis. Aku tak butuh
orang lain. Aku tak butuh mereka untuk mengingatku. Aku juga.
Bahkan aku tak
ingin lagi mengingat betapa mengerikannya hidupku ini lagi. Aku ingin melupakan
diriku, kemudian pergi ke suatu tempat yang lebih baik, dengan padang bunga
yang mengelilingi, dan yang pasti, hanya ada aku seorang di sana.
Tak butuh waktu
lama bagiku untuk menyadari tingkatan dalam kehidupan manusia itu.
Aku pikir aku
selalu berada di puncak rantai makanan.
Nyatanya, aku
berada di ujung, paling bawah yang bahkan mungkin di bagian koridor gelap yang
tak terlihat. Aku hanya bisa terdiam, terduduk, dan hanya meratap, melihat
diriku yang menyedihkan. Diriku yang sempurna sekarang sudah sirna. Pada
kenyataannya, orang baik tak akan menjadi apa-apa.
Kesempurnaanku
yang dulu sangat kubanggakan itu, sekarang seolah menjadi sesuatu yang ingin
kuhapus.
Aku sempurna,
aku cantik, aku baik--Justru itu membuatku terjatuh ke tanah yang keras puluhan
kali.
Ada orang-orang
di dunia ini, yang tak menganggap orang lain sebagai ‘manusia’. Mereka hanya
menganggapnya sebagai ‘sosok rendahan’ yang derajatnya bahkan tak jauh lebih
tinggi dari seekor binatang.
Mereka
menganggap semua orang tak jauh lebih baik dibanding mereka, tak peduli dengan
kenyataannya. Mereka akan terus menjatuhkan orang yang mereka rasa lebih baik,
sehingga pada akhirnya, hanya mereka sebagai ‘Yang terbaiklah’, yang akan
tersisa.
Awalnya semua
orang menyukaiku--Sejak bertemu dan mengenal ‘mereka’, semua jadi berbalik
memusuhiku. Menertawakanku seakan-akan aku adalah pemeran dalam sebuah acara
komedi murahan. Mereka tak’kan pernah mau mengakui bahwa orang lain lebih baik
dari sikap rendahan mereka.
Mereka sungguh
pintar dalam membuat orang lain nampak buruk di mata orang lain. Harus
kusesali, karena aku adalah korban dari kekejaman mereka dan dunia.
Aku tak bisa melawan
mereka. Aku tak bisa menghadapi mereka. Mereka selalu menyudutkanku. Dan aku
hanya bisa menangisi kenapa semua ini terjadi padaku.
Image-ku yang
sempurna seolah luntur. Seolah aku ini adalah manusia menyedihkan sejak aku
dilahirkan ke dunia ini.
Aku lemah. Aku
ini hanya seorang yang lemah. Aku tak lebih kuat dibandingkan dengan siapapun
di dunia ini. Aku tak bisa hidup di dalam dunia yang keras, yang di tiap detik
yang berjalan selalu membuat tubuhku yang rapuh semakin tipis dan menipis
hingga akhirnya benar-benar pecah dan rusak.
Apa dunia ini
tidak bisa menjadi lebih adil?
Di mana
orang-orang baik yang menang, bukannya orang yang menggunakan kekerasan dan
kekejaman yang memimpin di puncak?
Aku sudah tak
tahu--
--Akan jadi
seperti apa lagi dunia ini. Dunia bulat yang mengerikan, di mana sesuatu akan
terjadi berulang-ulang tanpa henti. Siklus di mana ‘Aku adalah yang terbaik dan
kau tidak’, akan terus ada.
Di mana orang
yang menduduki puncak tangga dan duduk di kursi raja adalah ‘Orang-orang yang
menggunakan ketakutan untuk membuat orang lain bersujud’, dan ‘Orang-orang yang
menggunakan kebaikan untukmembantu orang lain bangkit berdiri’, hanya akan bisa
bersujud di depan mereka.
Sejak awal, aku
sudah tidak cocok dengan dunia ini.
Sejak awal,
tempatku bukanlah di sini.
Aku percaya,
sekarang ada tempat yang lebih baik untukku di sana.
Ya, aku bisa
merasakannya--
“TUNGGU!!!”
“...................”
Suara pintu yang
dibanting disertai dengan suara seseorang sampai ke telingaku, yang sebelumnya
sudah akrab dengan suara semilir angin yang berhembus dan keheningan.
Mengalihkan
pandanganku dari arah rerumputan berwarna hijau di bawah sana, aku menoleh,
tanpa membuat ekspresi yang berarti di wajahku. Rambut ponytail kemerahanku dan rok seragam sekolahku yang berwarna hitam,
berkibar tertiup angin.
Waktu itu, tak
ada satu kata yang keluar dari mulutku. Aku hanya memandang dengan ekspresi
kosong, seolah harapanku untuk hidup telah menghilang, ke arahnya. Rambut hitam
sepundak dengan ponytail kecil di
bagian sampingnya...Sudah berapa kali kubilang, gaya itu terlalu
kekanak-kanakan untuknya.
Tapi entah
kenapa, di saat seperti ini, aku bisa merasa sedikit tenang. Entah sudah sejak
kapan, sudah berapa tahun berlalu, aku tak lagi melihat rambut dan wajah itu.
Orang yang selalu bersama denganku, orang yang selalu ada untukku. Dan aku
tahu, hanya dialah yang tidak akan menghakimiku seperti yang orang lain
lakukan.
“...Jangan--“
Dia yang pertama kali bicara.
“--J--JANGAN! KUMOHON JANGAN MELAKUKAN HAL BODOH
SEPERTI INI!!!”
“...............”
Ia berteriak,
menangis. Mengepalkan kedua tangannya yang bergetar. Aku tahu, ia ketakutan.
Tolong, sebisa
mungkin jangan pasang ekspresi seperti
itu. Jangan menangis karena aku. Jangan sedih karena aku. Sebentar lagi. aku
akan mengakhiri semua penderitaanku dan pergi ke tempat yang lebih baik.
Bukannya itu hal
yang baik? Sebisa mungkin, aku ingin kau jadi orang yang mendukungku sampai
saat terakhir.
“..............Kembalilah...Tolong,
kembalilah!”
Tapi air matamu
tak kunjung mengering. Justru semakin deras, seiring dengan kau memajukan
tanganmu, berusaha menjangkauku.
“KALAU KAU TIDAK ADA DI SINI--APA YANG HARUS AKU
LAKUKAN!!!?”
“..................”
“Apa yang akan
aku lakukan di sini tanpamu!? Kau adalah satu-satu alasanku untuk kembali kemari!!”
“....................”
“Bukannya kita
selalu bersama! Bukannya kita selalu bersenang-senang bersama!? Kenapa--Kenapa
kau--“
“...............”
“Kita masih,
kita masih bisa memulainya dari awal’kan? Iya’kan!?”
“...............”
“Kau dan
aku...Kita berdua! Hanya kita!”
“..............................”
Aku tidak
membalas satupun perkataannya padaku. Aku tak ingin membalasnya. Bagaimanapun
juga, seseorang yang hanya mengenalku, mengenal diriku yang sempurna itu--Tidak
akan pernah tahu bahwa aku adalah manusia paling tidak sempurna di dunia ini.
Sampai saat
terakhir, aku tak ingin menunjukkan padamu, sisiku yang menyedihkan itu.
Maka,
“...............Kau--“
“!?”
Aku, berkata
pelan dan memejamkan mataku. Beberapa saat kemudian, aku membuka kembali kedua mataku,
kali ini menambahkan sisa-sisa energi kehidupan yang masih tersisa. Dan aku
tersenyum, sambil merentangkan kedua tanganku--
“--Tidak akan
pernah mengerti...”
Ya, kalian semua
tidak akan pernah mengerti.
Aku bisa
merasakan, tubuhku mulai jatuh ke belakang dengan perlahan. Saat itu,
samar-samar aku bisa melihat sosokmu yang berlari ke arahku sambil mengulurkan
tanganmu, berusaha menjangkau tanganku sambil meneriakkan namaku.
Tapi terlambat.
Sekarang, aku akan pergi ke tempat yang tak bisa dijangkau olehmu--Dan juga
orang-orang itu.
“[Di dunia ini...].”
“Tidak!!!
Jangan!! JANGAN!!!”
“[Hanya ada satu hal yang kuinginkan--].”
“TI--TIDAAAAK!!!!!!!”
“[Aku hanya ingin terbang bebas--Dan pergi ke tempat
yang lebih baik].”
“A--“
Langit biru yang
terbentang luas, tertangkap oleh mataku yang kecoklatan. Semakin lama aku
merasa semakin menjauh dari langit itu. Namun aku bisa merasakan kekuatan
hangat yang mengangkatku, naik dan mendekatkanku padanya. Perasaanku menjadi
tenang, seolah semua beban hidupku telah terangkat.
Rantai yang
mengikat kehidupanku dengan dunia ini--
--Akhirnya telah
terputus.
“[Aku rasa...].”
Burung berwarna
putih, terbang ke langit biru dengan bebasnya--Yang secara tak sengaja terbang
melintasiku itu--
“Aku ingin jadi
seperti dia...”
“[Sudah waktunya untuk berpisah dengan dunia
ini...].”
“AKIHO!!!!!!!!!!!!!!”
***-***
A/N : Halo, minna XDD Fujiwara Hatsune di sini!
HTMF ch11! Agak pendek kalo dibanding cerita sebelumnya...Cerita kali ini
tentang seorang gadis yang merasa ngga ada artinya ngelanjutin hidup lagi. Dan
akhirnya dia bunuh diri jatuh dari atap gedung SMP-XXX-.
Kejadian ini, sekitar 1 tahun yang lalu dari waktu yang sekarang. Meski
begitu, masih banyak yang belum terungkap dari kasus ini.
Hatsui : Uwooo!! Awalan yang
menyedihkan! Cewek bunuh diri! Tragis! Tapi, kenapa dia bunuh diri? Dia bilang
dia perfect? Terus baik? Berartii dia ngga seharusnya punya musuh dong?
Iya, dia emang perfect, hidupnya juga sempurna, punya temen-temen dll,
disayang guru, dapet nilai bagus, tapi, ada sesuatu yang bikin dia jatuh.
Hatsui :Hmm...Iya
juga sih...Bagian ‘Awalnya semua orang menyukaiku--Sejak bertemu dan mengenal
‘mereka’, semua jadi berbalik memusuhiku. Menertawakanku seakan-akan aku adalah
pemeran dalam sebuah acara komedi murahan. Mereka tak’kan pernah mau mengakui
bahwa orang lain lebih baik dari sikap rendahan mereka’, itu berarti, ada orang
yang sengaja menjatuhkan si cewek ini, karena dia jauh di atas mereka?
Orang-orang yang jahat itu ngga mau mereka tersaingin, makanya mereka pasti
nge-bully si cewek sampai dia ngga tahan, ngerasa kesempurnaan dan kebaikannya
ngga bisa nolong dia, putus asa terus--
Akhirnya dia bunuh diri.
Hatsui :Ngomongin soal ‘yang
jahat’ itu...Aku jadi kepikiran...Apa ini ada hubungannya dengan--
Ada hubungannya dengan ceritaku yang [TRAP]? Sama sekali ngga ada tau!
Hatsui :Siapa yang mau ngomong
gitu!!! Ngga usah ngarang ya!
Terima kasih untuk semua yang udah membaca cerita ini!!
Author,
Fujiwara Hatsune
Tidak ada komentar:
Posting Komentar