Selasa, 25 Agustus 2015

Story : How To Make A Friend Vol.2 Chapter 11

Story : How To Make A Friend Vol.2 Chapter 11



Chapter 11 Kau Tidak Akan Pernah Mengerti
Kalian semua tidak akan pernah mengerti.

“[Minggir! Jangan berani-beraninya kau jalan di depan kami lagi!].”

Kalian semua tidak akan pernah paham.

“[Jangan sentuh benda milikku dengan tangan kotormu itu!].”

Sampai kapanpun, kalian tidak akan pernah mengerti apa yang kurasakan.

“[Wajahmu yang sangat jelek itu, membuatku ingin muntah tiap kali melihatnya!!].”

Hidup di dunia ini, yang jauh lebih menyedihkan daripada harus dibakar hidup-hidup di neraka.

“[Aku tidak ingin menghirup udara yang sama denganmu!].”

Aku hanya ingin pergi.

“[Kenapa kau tidak mati saja!?].”

Ke tempat di atas sana, yang jauh lebih baik daripada di sini. Ke sesuatu tempat di mana aku tidak perlu merasa terisolasi di dunia yang penuh dengan kepalsuan ini. Dan terjebak bersama orang-orang di dalamnya, seperti sebuah mantra kutukan.
Aku ingin bebas. Aku ingin lepas! Aku ingin terbang!!

Di dunia yang hanya terdiri atas tingkatan-tingkatan manusia yang kejam ini, di mana yang berkuasa dan yang kuat akan selalu berada di atas, memangsa, menginjak-injak jiwa kecil yang ada di bawahnya.

Aku selalu memandang itu sebagai sesuatu yang bodoh.

Aku selalu merasa kalau diriku selalu berada di atas.

Aku sempurna, aku cantik, aku baik. Aku adalah seseorang yang selalu mendapat pujian semua teman dan guru, seseorang yang selalu mendapat ranking teratas, dan mampu membuat siapapun merasa iri ketika berpapasan denganku. Tak pernah membuat masalah dengan siapapun, dan selalu ingin membuat hubungan baik dengan orang lain.
Itulah diriku yang sebenarnya.
Lebih tepatnya, masa laluku.
Karena sekarang, sudah tak ada lagi yang tersisa di dalam diriku. Hanya tubuh kosong yang bahkan sudah tidak memiliki tempat untuk merasakan kepedihan dan rasa sakit yang lebih banyak lagi, seakan-akan aku akan segera meledak, hancur menjadi butiran-butiran pasir, dan tak teringat oleh siapapun lagi.
Ada yang mengatakan, ‘menghilang’ dan tak diingat oleh siapapun, jauh lebih menyakitkan daripada mati secara normal, dengan pemakaman dan tetesan air mata. Semua orang ingin dikenang. Dikenang sebagai sosok panutan yang seperti bintang utama. Bahkan meski tubuh mereka sudah tak ada di dunia ini lagi, mereka tetap seakan-akan hidup di tengah-tengah dunia, jika seseorang memikirkan mereka.
Tapi aku--
--Sudah tak memikirkan hal lain lagi seperti itu.
Aku tak ingin dikenang, atau diingat. Aku ingin menghilang begitu saja. Seperti angin. Seperti butiran pasir yang kecil. Seperti kertas yang tipis. Aku tak butuh orang lain. Aku tak butuh mereka untuk mengingatku. Aku juga.
Bahkan aku tak ingin lagi mengingat betapa mengerikannya hidupku ini lagi. Aku ingin melupakan diriku, kemudian pergi ke suatu tempat yang lebih baik, dengan padang bunga yang mengelilingi, dan yang pasti, hanya ada aku seorang di sana.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari tingkatan dalam kehidupan manusia itu.
Aku pikir aku selalu berada di puncak rantai makanan.
Nyatanya, aku berada di ujung, paling bawah yang bahkan mungkin di bagian koridor gelap yang tak terlihat. Aku hanya bisa terdiam, terduduk, dan hanya meratap, melihat diriku yang menyedihkan. Diriku yang sempurna sekarang sudah sirna. Pada kenyataannya, orang baik tak akan menjadi apa-apa.
Kesempurnaanku yang dulu sangat kubanggakan itu, sekarang seolah menjadi sesuatu yang ingin kuhapus.
Aku sempurna, aku cantik, aku baik--Justru itu membuatku terjatuh ke tanah yang keras puluhan kali.
Ada orang-orang di dunia ini, yang tak menganggap orang lain sebagai ‘manusia’. Mereka hanya menganggapnya sebagai ‘sosok rendahan’ yang derajatnya bahkan tak jauh lebih tinggi dari seekor binatang.
Mereka menganggap semua orang tak jauh lebih baik dibanding mereka, tak peduli dengan kenyataannya. Mereka akan terus menjatuhkan orang yang mereka rasa lebih baik, sehingga pada akhirnya, hanya mereka sebagai ‘Yang terbaiklah’, yang akan tersisa.
Awalnya semua orang menyukaiku--Sejak bertemu dan mengenal ‘mereka’, semua jadi berbalik memusuhiku. Menertawakanku seakan-akan aku adalah pemeran dalam sebuah acara komedi murahan. Mereka tak’kan pernah mau mengakui bahwa orang lain lebih baik dari sikap rendahan mereka.
Mereka sungguh pintar dalam membuat orang lain nampak buruk di mata orang lain. Harus kusesali, karena aku adalah korban dari kekejaman mereka dan dunia.
Aku tak bisa melawan mereka. Aku tak bisa menghadapi mereka. Mereka selalu menyudutkanku. Dan aku hanya bisa menangisi kenapa semua ini terjadi padaku.
Image-ku yang sempurna seolah luntur. Seolah aku ini adalah manusia menyedihkan sejak aku dilahirkan ke dunia ini.
Aku lemah. Aku ini hanya seorang yang lemah. Aku tak lebih kuat dibandingkan dengan siapapun di dunia ini. Aku tak bisa hidup di dalam dunia yang keras, yang di tiap detik yang berjalan selalu membuat tubuhku yang rapuh semakin tipis dan menipis hingga akhirnya benar-benar pecah dan rusak.
Apa dunia ini tidak bisa menjadi lebih adil?
Di mana orang-orang baik yang menang, bukannya orang yang menggunakan kekerasan dan kekejaman yang memimpin di puncak?
Aku sudah tak tahu--
--Akan jadi seperti apa lagi dunia ini. Dunia bulat yang mengerikan, di mana sesuatu akan terjadi berulang-ulang tanpa henti. Siklus di mana ‘Aku adalah yang terbaik dan kau tidak’, akan terus ada.
Di mana orang yang menduduki puncak tangga dan duduk di kursi raja adalah ‘Orang-orang yang menggunakan ketakutan untuk membuat orang lain bersujud’, dan ‘Orang-orang yang menggunakan kebaikan untukmembantu orang lain bangkit berdiri’, hanya akan bisa bersujud di depan mereka.
Sejak awal, aku sudah tidak cocok dengan dunia ini.
Sejak awal, tempatku bukanlah di sini.
Aku percaya, sekarang ada tempat yang lebih baik untukku di sana.
Ya, aku bisa merasakannya--

“TUNGGU!!!”

“...................”
Suara pintu yang dibanting disertai dengan suara seseorang sampai ke telingaku, yang sebelumnya sudah akrab dengan suara semilir angin yang berhembus dan keheningan.
Mengalihkan pandanganku dari arah rerumputan berwarna hijau di bawah sana, aku menoleh, tanpa membuat ekspresi yang berarti di wajahku. Rambut ponytail kemerahanku dan rok seragam sekolahku yang berwarna hitam, berkibar tertiup angin.
Waktu itu, tak ada satu kata yang keluar dari mulutku. Aku hanya memandang dengan ekspresi kosong, seolah harapanku untuk hidup telah menghilang, ke arahnya. Rambut hitam sepundak dengan ponytail kecil di bagian sampingnya...Sudah berapa kali kubilang, gaya itu terlalu kekanak-kanakan untuknya.
Tapi entah kenapa, di saat seperti ini, aku bisa merasa sedikit tenang. Entah sudah sejak kapan, sudah berapa tahun berlalu, aku tak lagi melihat rambut dan wajah itu. Orang yang selalu bersama denganku, orang yang selalu ada untukku. Dan aku tahu, hanya dialah yang tidak akan menghakimiku seperti yang orang lain lakukan.
“...Jangan--“
 Dia yang pertama kali bicara.
“--J--JANGAN! KUMOHON JANGAN MELAKUKAN HAL BODOH SEPERTI INI!!!”
“...............”
Ia berteriak, menangis. Mengepalkan kedua tangannya yang bergetar. Aku tahu, ia ketakutan.
Tolong, sebisa mungkin jangan pasang ekspresi  seperti itu. Jangan menangis karena aku. Jangan sedih karena aku. Sebentar lagi. aku akan mengakhiri semua penderitaanku dan pergi ke tempat yang lebih baik.
Bukannya itu hal yang baik? Sebisa mungkin, aku ingin kau jadi orang yang mendukungku sampai saat terakhir.
“..............Kembalilah...Tolong, kembalilah!”
Tapi air matamu tak kunjung mengering. Justru semakin deras, seiring dengan kau memajukan tanganmu, berusaha menjangkauku.
“KALAU KAU TIDAK ADA DI SINI--APA YANG HARUS AKU LAKUKAN!!!?”
“..................”
“Apa yang akan aku lakukan di sini tanpamu!? Kau adalah satu-satu alasanku untuk kembali kemari!!”
“....................”
“Bukannya kita selalu bersama! Bukannya kita selalu bersenang-senang bersama!? Kenapa--Kenapa kau--“
“...............”
“Kita masih, kita masih bisa memulainya dari awal’kan? Iya’kan!?”
“...............”
“Kau dan aku...Kita berdua! Hanya kita!”
“..............................”
Aku tidak membalas satupun perkataannya padaku. Aku tak ingin membalasnya. Bagaimanapun juga, seseorang yang hanya mengenalku, mengenal diriku yang sempurna itu--Tidak akan pernah tahu bahwa aku adalah manusia paling tidak sempurna di dunia ini.
Sampai saat terakhir, aku tak ingin menunjukkan padamu, sisiku yang menyedihkan itu.
Maka,
“...............Kau--“
“!?”
Aku, berkata pelan dan memejamkan mataku. Beberapa saat kemudian, aku membuka kembali kedua mataku, kali ini menambahkan sisa-sisa energi kehidupan yang masih tersisa. Dan aku tersenyum, sambil merentangkan kedua tanganku--
“--Tidak akan pernah mengerti...”
Ya, kalian semua tidak akan pernah mengerti.
Aku bisa merasakan, tubuhku mulai jatuh ke belakang dengan perlahan. Saat itu, samar-samar aku bisa melihat sosokmu yang berlari ke arahku sambil mengulurkan tanganmu, berusaha menjangkau tanganku sambil meneriakkan namaku.
Tapi terlambat. Sekarang, aku akan pergi ke tempat yang tak bisa dijangkau olehmu--Dan juga orang-orang itu.

“[Di dunia ini...].”

“Tidak!!! Jangan!! JANGAN!!!

“[Hanya ada satu hal yang kuinginkan--].”

“TI--TIDAAAAK!!!!!!!”

“[Aku hanya ingin terbang bebas--Dan pergi ke tempat yang lebih baik].”

“A--“

Langit biru yang terbentang luas, tertangkap oleh mataku yang kecoklatan. Semakin lama aku merasa semakin menjauh dari langit itu. Namun aku bisa merasakan kekuatan hangat yang mengangkatku, naik dan mendekatkanku padanya. Perasaanku menjadi tenang, seolah semua beban hidupku telah terangkat.
Rantai yang mengikat kehidupanku dengan dunia ini--
--Akhirnya telah terputus.

“[Aku rasa...].”

Burung berwarna putih, terbang ke langit biru dengan bebasnya--Yang secara tak sengaja terbang melintasiku itu--
“Aku ingin jadi seperti dia...”

“[Sudah waktunya untuk berpisah dengan dunia ini...].”

“AKIHO!!!!!!!!!!!!!!”
***-***


A/N : Halo, minna XDD Fujiwara Hatsune di sini!
HTMF ch11! Agak pendek kalo dibanding cerita sebelumnya...Cerita kali ini tentang seorang gadis yang merasa ngga ada artinya ngelanjutin hidup lagi. Dan akhirnya dia bunuh diri jatuh dari atap gedung SMP-XXX-.
Kejadian ini, sekitar 1 tahun yang lalu dari waktu yang sekarang. Meski begitu, masih banyak yang belum terungkap dari kasus ini. 

Hatsui : Uwooo!! Awalan yang menyedihkan! Cewek bunuh diri! Tragis! Tapi, kenapa dia bunuh diri? Dia bilang dia perfect? Terus baik? Berartii dia ngga seharusnya punya musuh dong?

Iya, dia emang perfect, hidupnya juga sempurna, punya temen-temen dll, disayang guru, dapet nilai bagus, tapi, ada sesuatu yang bikin dia jatuh.

Hatsui :Hmm...Iya juga sih...Bagian ‘Awalnya semua orang menyukaiku--Sejak bertemu dan mengenal ‘mereka’, semua jadi berbalik memusuhiku. Menertawakanku seakan-akan aku adalah pemeran dalam sebuah acara komedi murahan. Mereka tak’kan pernah mau mengakui bahwa orang lain lebih baik dari sikap rendahan mereka’, itu berarti, ada orang yang sengaja menjatuhkan si cewek ini, karena dia jauh di atas mereka? Orang-orang yang jahat itu ngga mau mereka tersaingin, makanya mereka pasti nge-bully si cewek sampai dia ngga tahan, ngerasa kesempurnaan dan kebaikannya ngga bisa nolong dia, putus asa terus--

Akhirnya dia bunuh diri.

Hatsui :Ngomongin soal ‘yang jahat’ itu...Aku jadi kepikiran...Apa ini ada hubungannya dengan--

Ada hubungannya dengan ceritaku yang [TRAP]? Sama sekali ngga ada tau!

Hatsui :Siapa yang mau ngomong gitu!!! Ngga usah ngarang ya!

Terima kasih untuk semua yang udah membaca cerita ini!!

Author,
Fujiwara Hatsune
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar