Prolog
Suatu hari saat aku kelas 4 sd
Ibuku berkata padaku
'Keicchi kamu harus bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik dari ibu. Ibu yakin wanita itulah yang dapat membuatmu merasa jadi pria paling beruntung sedunia'
Katanya dengan senyuman.
Suatu hari saat aku kelas 5 sd
Ayahku berkata padaku
'Keicchi kamu harus bisa menjadi pria yang lebih baik dari ayah. Ayah yakin kamu bisa membuat gadis yang kau suka adalah gadis yang paling bahagia di dunia ini'
Katanya sambil mengusap kepalaku.
Aku sama sekali tidak memahaminya pada masa itu. Karena aku masih seorang anak kecil polos yang tidak tahu apa itu cinta.
Tapi
Ketika aku berumur 13 tahun
Dan bertemu dengannya
Itulah pertama kalinya aku melihat dunia ini dengan warna yang berbeda
Pertama kalinya aku merasa beruntung hanya karena bertemu seseorang
Dan perasaan ingin membuatnya merasa bahagia
Itu adalah
Saat di mana aku jatuh cinta untuk pertama kalinya
******************************************
Suara lonceng menandakan kelas berakhir tepat pukul 3 pada sore hari itu.
Hari senin yang biasa.
Ketua memberi aba aba dan semua murid pun berdiri lalu memberi salam pada aoi-sensei.
Sensei sempat mengingatkan soal ulangan besok.
Tentu itu tak di sambut senang oleh para murid.
Berbagai keluhan ditujukan pada punggungnya yang berjalan keluar kelas sambil melambaikan tangan.
Setelah mengantuk akibat pelajaran matematika yang tidak kukuasai, aku menguap kemudian meregangkan tubuh karena posisi tidur yang tidak enak.
Aku bergegas menata semua buku masuk ke dalam tas lalu bangkit berdiri sembari menyelempangkan tas warna biru tua di pundak.
Tepat di momen ketika aku beranjak, sesuatu yang wangi menyambut hidungku. Seperti terbawa oleh angin musim semi yang telah berlalu, aroma bunga sakura tercium begitu jelas.
Lalu dari sudut pandangku helai2 panjang berwarna keemasan yang kelihatan lembut dan berkilauan melintas sisi kiriku.
Sembari menata rambut sampingnya ke belakang telinga, di hari yang biasa ini pun, teman sekelas ku, Hozhisora Seira, berjalan dengan anggunnya.
Dari sisi samping aku bisa melihat kulit yang putih dan bulu matanya yang panjang. Bibirnya yang berwarna merah muda lembut seperti buah ceri. Di tambah dengan bola mata sejernih lautan yang sangat cantik.
Bahkan ekspresinya yang selalu kelihatan kalem membuatnya seperti boneka yang hidup.
Bukan cuma wajah, tubuhnya juga proporsional, tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk. Aset yang dia miliki juga menonjol dengan sangat wah nya.
hendak berjalan keluar dari ruang kelas mengikuti siswa2 lainnya, ia berjalan melaluiku.
"Sampai jumpa besok Hoshizora san"
Teman teman sekelas yang sudah mengambil jalur di depannya memberikan sapaan.
Hoshizora mengangguk kecil dan membalasnya dengan lambaian tangan.
Seraya memperhatikan figur belakangnya dengan rambut panjang sepunggung yang kadang menari nari karena hembusan angin, aku merasa ini seperti sebuah fashion show mewah. Bahkan aku bisa membayangkan red carpet terjulur sepanjang jalan ketika hoshizora melangkahkan kakinya yang ramping dan panjang.
Di saat aku hendak mengikutinya dari belakang secara insting,
"Keicchi~~! Kau harus menolongkuuu~!!"
"Huwaaaa~~!"
Tiba tiba saja sesuatu menghantam punggungku dari belakang tanpa rasa ampun.
Sesuatu yang berat itu bertubrukan dengan badanku, membuatku sontak kaget dan refleks menjerit.
Akan tetapi walau semula rasanya sedikit menyakitkan, perlahan lahan sensasi aneh mulai menyeruak ke permukaan.
Sesuatu. Sesuatu benda itu menempel di punggungku dengan sempurna. Aku benar benar bisa merasakan kelembutan dan kekenyalan dari benda yang menabrakku--
"Keicchi~~Bagaimana iniii~~?! Apa yang harus kulakukan~~"
"........"
Hahh...
Aku menghela nafas lelah...
"Tidak hanya pas sekolah di mulai...tp kau juga berisik meski sudah jam pulang ya?"
Keluhku. Aku sedikit melempar lirikan mata ke belakang.
Seorang gadis tengah menatapku dengan ekspresi menyedihkan membuatku ingin memukulnya.
"Terus, apa yang terjadi Najimi? Kenapa kau menempel (kan dadamu) padaku?"
Lalu apa kau tahu kalau semua murid laki laki tengah melihat kita (ke arahku) dengan mata merah menyala penuh haus darah?
Najimi tak menjawabku. Lebih tepatnya karena ia terus menangis dan menjerit-jerit secara histeris, ia tak mendengar perkataanku.
Mahluk yang dengan santainya bisa memelukku dr belakang yang berlawanan gender ini, hanyalah mereka yang disebut
'squad yang selalu gagal mendapatkan hati pemeran utama pria dalam cerita cerita komedi romansa, para gadis yang selalu berakhir tragis dengan banjiran air mata walau sebenarnya merekalah yang lebih dulu mengenal karakter utama yang dangkal dan memiliki 1000 persen kesempatan untuk membuatnya jatuh cinta'
"Siapa yang squad gagal hahhh!!?"
Eh apa barusan aku menyuarakannya keras keras ya?!
Krek krek...aku mendengar bunyi bunyi aneh yang berasal dari tulangku.
"A--aku mengerti aku mengertiiii!! Sahabat masa kecil bukannya gagal! Sebenarnya mereka selalu berhasil tapi entah kenapa selalu kena tikung di tengah tengah--ohok ohokkk!! A--aku tidak bisa bernafass-!!"
"Keicchi aku mencintaimu! Karena itu akan membunuhmu lalu setelahnya aku akan melompat dari jendela inii!!"
"Ehh kenapaaa!!?"
Berubah dari posisi memelukku dari belakang ke menjerat leherku dari belakang, najimi mengatakan suatu hal absurd yang menyeramkan.
Setelah beberapa saat melakukan aksi gulat yang berat sebelah, akhirnya aku melepaskan diriku dari cengkraman Najimi, dan sedang berlutut di lantai sambil mencoba mengatur nafas.
"Najimi...akan ku balas kau hoshh hoshh..."
Aku melonggarkan dasiku.
"Salah keiichi sendiri!"
Najimi membungkukkan badannya sedikit dan menaruh kedua tangannya di pinggang.
"Dengar yaa tidak selamanya teman masa kecil akan selalu kalah dengan pemeran wanita utama! Pasti ada cerita di mana sahabat masa kecil yang menang!"
Ia mengungkapkannya dengan penuh kepercayaan diri. Bahkan di mata Najimi yang bodoh, ia bisa kelihatan serius juga meski hal yang di bahas adalah hal bodoh.
Iya intinya dia itu bodoh. Jadi biarkan saja dia mengoceh sesukanya.
"Kalau tidak ada pun, aku akan membuatnya sendiri!"
Najimi seperti bicara sesuatu tapi ia mengucapkannya begitu lirih nyaris seperti sedang merapal kutukan. Bibirnya bahkan nyaris tak bergerak.
Tapi
"...."
Sekilas aku melihat pipinya agak merah. Atau aku hanya salah lihat? Sepertinya penglihatanku semakin memburuk.
Yah aku juga tidak peduli sih.
"Jadi, ada apa sih sebenernya? Kalau bukan hal penting, aku pulang beneran lho."
Kataku dengan nada tidak sabaran sambil memukul meja pelan.
Padahal aku sudah tidak ikut klub supaya bisa pulang dan bersantai di rumah lebih awal. Aku jadi kesal dan mood ku buruk kalau jam pulangku molor sedikit.
Kemudian
"Ahh!!"
Seolah kembali diingatkan akan sesuatu hal yang daritadi membuatnya jerat jerit seperti orang gila (menyia nyikan kecantikannya), bahu najimi bergerak naik bersamaan dengan gerakan tangan menutup mulut.
"Ba--bagaimana ini keicchiiiiii!!!"
Najimi menjulurkan tangannya ke arahku dan berjalan dengan sempoyongan. Mirip zombie yang hendak menggigitku.
"Jangan mendekat! Jangan lap kan ingusmu padakuu!!"
Buru-buru aku melambaikan kedua tangan, bergerak minggir menjauh demi melindungi kesucian seragamku.
"Keiichiii.....sebenernya...sebenarnya aku..."
Kata gadis berambut oranye yang panjangnya sedikit melebihi bahu itu agak terbata-bata dan diselingi isak tangis.
"Sudah sudahh. Najimi kamu bukan anak tk lagi. Berhenti menangis."
Aku mencoba untuk menenangkannya dengan meletakkan tanganku di bahunya.
Eh tapi kalau ku ingat ingat lagi saat kelas 2 smp dia juga pernah menangis menjerit jerit saat kue praktik memasaknya meledak dalam oven...
"Keicchiii.....aku..."
Najimi menggenggam lengan seragamku.
Lalu, sakit!!! Daripada di bilang menggenggam ia seperti mencengkramnya. Seperti sebuah penjepit roti yang menjepit roti dengan kuatnya.
Akibatnya seragam yang sudah ku bela bela in bangun jam 4 pagi untuk diseterika jadi kusut!!
Lihat saja ya kalau itu bukan sesuatu yang benar benar patut untuk ditangisi, akan kupukul kepalanya dengan tas.
Di sisi lain aku kasihan saat melihatnya karena dia teman masa kecilku, di sisi lainnya aku merasa malu karena dia teman masa kecilku.
Sebagian besar siswa sudah meninggalkan ruang kelas untuk pulang atau memulai kegiatan klub. Walau begitu masih ada sekitar 4 orang yang tertinggal.
Akhirnya, Najimi menatapku dan berkata dengan mata hijaunya yang berkaca kaca
"a--aku kehilangannya.."
"Apa yang hilang sih?"
"Se..."
"Se?"
"Se...sesuatu yang berharga buatku..."
"......"
Pikiranku membeku. Sebentar...sesuatu yang berharga itu... Apa memangnya?!
"Penjelasanmu kurang spesifik. Coba coba jelaskan lagi lebih detail. Dan hapus air matamu!! Itu sudah banjir sampai ke sepatuku tauu!"
Memangnya kamu mau menenggelamkan sekolah ini!?
"Kalau aku bilang yang sebenarnya...keicchi tidak akan marah. Ingat ya. Jangan marah. Nanti aku yang akan marah padamu."
"Seenaknya ya kamu..."
Sebenarnya tanganku sdh ingin men chop kepalanya dengan keras. Tapi sisi ku yang gentleman mencoba meredakan kekesalan dalam hatiku.
"Oke deh, memang apa itu?"
Najimi memainkan kedua jarinya.
"Itu adalah satu satunya yang kumiliki....tidak bisa tergantikan oleh apapun lagi...benar benar penting pokoknya! Dan aku takut sudah kehilangan itu"
"Oi, apa jangan jangan itu..."
Jika bicara mengenai sesuatu yang hanya dimiliki oleh seorang perempuan...bukannya pasti itu ya
Jika itu sangat penting dan hanya satu satunya...bukannya pasti itu ya
Jika itu membuatnya menangis sampai banjir seperti ini karena kehilangan itu...sudah tak di ragukan lagi memang itu kan ya!!
Mencoba menghubungan kata kata Najimi, aku mencoba untuk menarik sebuah benang kesimpulan. Sayangnya itu bukan hal yang bagus. Tubuhku seperti tersambar petir dan terhuyung ke belakang beberapa langkah.
Kepalaku langsung pusing. Aku sama sekali tak menduga kalau hal itu akan terjadi pada sahabat masa kecilku.
Aku memperhatikan Najimi lekat lekat. Dan melihat bagaimana ia menangis.
"Najimi..."
Aku mengelus kepalanya. Memang dari kecil najimi anak yang hiper dan energinya melimpah ruah (membuatku sering kerepotan). Tapi ia juga gampang sekali menangis karena hal hal tidak penting (membuatku sering kerepotan).
Biasanya ia akan berhenti menangis jika aku mengusap usapnya seperti ini (benar benar merepotkan).
Tapi sekarang
"Bagaimana keicchi...ini salahku...maaf aku baru bilang padamu sekarang...soalnya aku tidak mau mengganggu belajarnya keicchi di kelas..."
Tangis najimi tidak berhenti.
"Sudah sudah...aku tahu kamu sangat sedih...aku paham kok..."
Bohong. Mana mungkin aku bisa paham. Najimi telah kehilangan itu...bagaimana bisa akan menghadapi sekolah terlebih teman teman dan keluarganya?
Kalau ibu najimi yang memiliki jantung lemah sampai menerima kabar ini--bisa bisa ia mati karena jantungnya copot!
Perasaan kesalku sedari tadi langsung hilang berganti dengan rasa simpati.
Akan tidak baik jika aku mendesaknya lebih dari ini karena aku tahu kondisi mentalnya sudah jatuh.
Meski begitu aku
"Hei najimi"
Aku menurunkan tubuhku sedikit hingga bibirku sampai ke samping telinganya.
"Hanya padaku saja kamu bisa mengatakannya...siapa si kurang ajar yang sudah membuatmu kehilangan itu? Sebutkan namanya biar aku bisa meninju mukanya dengan keras."
Aku sudah bertekad. Hey kamu pria kurang ajar di mana pun kamu berada jangan harap bisa menyembunyikan batang hidungmu jika si hebat keicchi ini sudah marah.
Akan ku pastikan menonjok hidungmu sampai bengkok.
"Ya...yang melakukannya..."
Najimi membalasku dengan lirih. Aku memasang telinga lebar lebar.
"Ya?"
"Yang melakukannya..."
"Ya?"
"Yang melakukannya..."
"Ya?"
"Yang melaku--"
"Buruan woii!!"
Kenapa sampai di ulang ulang sih!?
"Keicchi!!"
Ahh gawat tanpa sadar aku sudah berteriak pada najimi karena refleks dan tumpukan rasa sebal yang berlebihan.
Sepertinya dia mengatakan sesuatu barusan namun aku tak mendengarnya dengan jelas.
"Maaf bisa kau ulangi lagi?"
"Keicchi."
Eh barusan dia bilang apa ya?
"Karena akhir akhir ini pendengaranku sedikit buruk bisa kamu ulangi lagi?"
"Keicchi."
Tuh kan salah dengar lagi.
"Maaf siapa tadi kamu bilang?"
Aku mengangkat sebelah tanganku setinggi dada dan bertanya dengan sopan.
"Keicchi yang melakulannya adalah keicchi!!"
Ahh jadi aku bukannya salah dengar ya? Syukurla telinga aku tidak jadi membawamu ke dokter
Ternyata memang keicchi pelakunya.
Buaghhhh
"Uaggghh!!!"
Mendadak aku merasa hidungku mendapat pukulan super kuat dari petinju nomor satu sedunia.
"K--kau baik baik saja keicchiiii!!!?"
"Mana mungkin aku baik baik saja!!? Lihat nih hidungku bengkok kayak sendok yang dibengkokkan dengan teknik ilusi oleh para pesulap itu!! Lupakan!! Kenapa bisa akuuu!!!?"
Dengan campuran antara rasa heran bingung dan juga tidak percaya aku mengguncang guncang bahu najimi dengan hebatnya.
Dari semua hal yang paling tidak masuk akal di dunia ini sampai bisa masuk ripleys menurutku ini adalah hal yang paling tidak masuk akal!!
Kapan pula aku melakukannya?! Masa aku mabuk lalu masuk ke balik selimutnya!?
Tidak tidak tidak tidak
Kugelengkan kepalaku dengan cepat.
Lagipula aku juga tak pernah minum minuman keras! Kalau begitu selain karena aku di hipnotis atau melakukannya karena nafsu kemudian kepalaku terbentur dan aku mengalami amnesia--
Aku memegang kepalaku. Lalu melirik najimi.
Ya dia masih berdiri di sana dengan banjir air mata dan muntahan lahar berupa ingus dari hidungnya.
Ngga mungkin aku bisa terangsang sama cewek macam ini!!
"De...dengarkan aku najimi..."
Aku meletakkan tanganku di pundaknya lagi.
"Bagaimana bisa aku yang melakukannya? Coba berikan penjelasan ilmiah untuk itu."
Kalau bukan karena aku yang mabuk dan menyelinap masuk
"I...itu..."
Atau karena aku yang terhipnotis
"Itu karena..."
Atau karena aku yang mendadak di rasuki lust dan menyelinap masuk ke balik selimutnya
"Aku yang..."
Pasti karena dia yang memasukkannya padaku
"A...aku yang memasukkan milikku pada punyanya keicchi!!!"
Yahh itu mustahil sihh
"Eeeeehhhhh!!!!???"
Aku kaget. Saking kagetnya bola mataku bisa bisa meloncat keluar. Itu menyeramkan sih. Aku mencoba untuk tak terlalu membayangkannya.
"Tunggu sebentar najimi-san!!"
"Y...ya?"
"Kenapa kamu memasukan punyamu ke punyaku!?"
Sama sekali tak menduga cewek ini binatang buas!!
Aku bakal marah soalnya berarti aku juga korban!
"Ehh...itu karena aku tidak bisa memasukkan punyaku ke punyaku sendiri kan?"
Ya iya benar siiiiiiihh!!!
Aku berbalik, meremas rambut dan menjerit dalam hati.
Huff...aku menghela nafas. Mencoba menenangkan diri, aku mengelus dadaku sembari menarik nafas dan membuangnya pelan pelan.
"Ahem"
Membersihkan tenggorokan, aku berbalik pada najimi lagi.
"Jelaskan secara rinci padaku...kapan itu kejadiannya? Soalnya aku tidak ingat pernah masuk ke goa itu."
"Eh goa? Mmmm sekitar jam istirahat..."
"Apa!!?"
Lagi lagi aku tercengang. Roh ku rasa rasanya sudah mau mengucapkan selamat tinggal pada raganya.
"Apa itu saat kelas kosong?"
Aku berharap jawabannya iya.
Kumohon iya.
"Tidak...Kurasa ada beberapa anak di sana..."
"Maaf boleh aku memukul kepalamu memakai tas?"
"Sudah kubilang sebelumnya kan kamu tidak boleh marah. Kalau kamu marah aku yang akan memukul kepalamu dengan tas."
Lagi lagi dia bicara seenaknya setelah bertindak seenaknya!
Kenapa pula kamu melakukan itu di ruang kelas!!?
Apa kamu menaruh obat tidur di minumanku sehingga aku tidur pulas saat kamu memasukkan punyamu ke punyaku!?
Sungguh tak bermoral!
"Gawat gawat kalau sampai ada yang mengambil video!! Bagaimana kalau ditunjukkan ke kepala sekolah!!?"
"Jangan! Jangan sampai ketahuan sekolah!!!"
"Aduhh!!"
Najimi menggeleng kemudian *brugh* ia membenamkan kepalanya ke dadaku. Tapi ia melakukannya dengan sangat keras hingga aku kesakitan.
"Kalau sampai ketahuan sekolah..."
"Ughh..."
Kalau sampai ketahuan sekolah...aku dan najimi akan sama sama berada di kapal karam yang sama!
"Tidak tidak tidak pokoknya tidak boleh ketahuan!!"
Harga diriku dipertaruhkan disinii!!
"Makanya tolong aku keicchi..."
"Akan kulakukan apa saja."
Kalau ketahuan...bakal mati
Aku menelan ludah.
"Kalau ketahuan...dan di laporkan ke angry bird..."
Bakal matiiiii!!
"Monroe chan..."
"Monro..."
Ah omong omong monroe chan adalah tikus putih peliharaan najimi.
"Nanti monroe chan (tikus putih peliharaan najimi) bisa di goreeeeeeg~!ugyaaaa!!!"
Jeritan mengerikan lepas dari tenggorokan najimi begitu tas sekolahku mendarat di wajahnya.
******************************************
"Monroe channn~~ di mana kau? Ayoo jangan bersembunyii~~"
Teriakku.
Pada akhirnya setelah di iming imingi daging steak mahal yang belum tentu bisa kumakan di setiap ulang tahunku, aku berkeliling di lantai lantai sekolah untuk menemukan monroe chan.
Aku membentuk corong dengan kedua tanganku dan berteriak lebih keras.
"Monroe chaaann!!!"
Beberapa siswa yang masih tertinggal di sekolah melirikku dengan tatapan aneh sambil sesekali berbisik.
Sebenarnya aku merasa rendah karena kalah dari daging.
Bodo amat! Itu kan daging mewah!! Aku sudah tidak peduli lagi!
Cepat temukan tikus bodoh itu lalu pulang!
Aku juga mau makan steak seperti orang orang berkantong tebal ituuu!!
Tapi sebagai gantinya atas rasa malu yang kuterima, aku akan membeli tikus putih baru yang jauh lebik tampan (monroe chan jenis kelaminnya pria) supaya emilia (pacar monroe chan) meninggalkanmu dalam kesengsaraan!!!
Aku berteriak sekali lagi 'oii''oiiiii' sambil mengintip ke bawah pintu pintu ruang kelas yang kulalui sepanjang koridor.
Hahhh...
Aku berhenti dan menghela nafas--
"Cepat keluar! Kalau tidak akan ku sebar foto-foto telanjangmu saat kau masih kecil!!!"
"Hiii!??"
"Ada pa ada apa!?
"Tidak tahu tapi sepertinya orang mesum!"
Hoiii memang foto seekor tikus bisa dihitung sebagai foto mesum
Jangan palingkan wajahmu dan tatap akuuuu!!!
"Hahhh"
Aku membuang nafas dan tak mempedulikan mata mata yang menatao punggungku seperti menatap kecoa yang menggelepar-lepar.
"Kalau sampai tidak ketemu...bukan cuma gagal makan daging mewah...tapi aku juga akan di kenal sebagai 'murid yang berteriak tidak jelas dan berkeliaran di lorong sekolah seperti orang tidak waras'...siapapun...hibur aku dong...bilang aku anak baik dan semua akan baik baik saja..."
Di saat itu suara hatiku mencoba menghiburku.
'Tidak apa apa keicchi. Yang penting kamu jadi terkenal bukan?"
Aku merasa seperti di elus.
Ahh langsung janji yang dulu pernah kubuat dengan ayahku muncul dari dalam lemari ingatan yang sudah terlupakan
'Aku akan jadi cowok populer di sma nanti seperti ayah!'
Benar juga yaa...seharusnya aku bangga pada diriku--
*grekk*
"Dasar suara hati bodooohhh!!!"
Aku membuka jendela dan berteriak sekencang kencangnya.
"Siapa juga yang mau jadi terkenal dengan cara seperti ituuuu!!?"
Aku tak mau di kenal sebagai anak aneh! Aku mau lulus dengan nilai bagus dan lanjut ke perguruan tinggi favorit
"Hahh..."
Aku menjatuhkan bahu capek, sembari menatap ke luar jendela dengan mata setengah mati.
"Satu putaran lagiiii!"
Suara dari luar mengembalikan kesadaranku.
Aku melihat ke jendela. Kudapati langit sudah tertumpah oleh warna oren cerah. Sinar matahari keemasan yang terlihat semakin menjauh menandakan hari sudah sore.
Pada lapangan di bawah sana barisan barisan semut yang adalah anggota klub sepak bola memanjang berlari dengan penuh semangat.
Aku membuka jendela. Begitu kubuka hembusan angin sepoi terasa seperti sedang mengelus wajahku.
Kuletakkan tangan pada tepian jendela sembari menikmati hembusan angin yang datang. Telingaku menangkap berbagai teriakan penuh tenaga dari klub olahraga yang memakai lapangan.
Sambil terkantuk kantuk, aku berpikir apa yang sudah terjadi pada monroe chan.
"Monroe chan yang malang...dimanakah kau berada? Hati ingin sekali bertemu..."
Kalau tidak dijadikan sup, mungkin dia sudah dijadikan pelampiasan kemarahan seluruh umat manusia yang menuntut harga beras untuk dimurahkan...
Aku bertanya dan menjawab sendiri pertanyaanku dengan sesuka hati.
"Semoga dia tidak bertemu simon"
Simon kucing oren liar yang ditemukan anak anak kelas 2 dan di pelihara di belakang sekolah.
Saat aku menyapu pandangan ke bawah, aku melihat bola oranye yang sedang bergulung gulung di tanah dengan santai tanpa mempedulikan keadaan sekitar.
Nampaknya simon tengah menikmati tidur siangnya sambil bermandikan cahaya matahari.q
Tiba tiba aku jadi membayangkan kalau diriku berbaring dan bergulung gulung di atas tanah.
Selain rambutku yang akan kotor dan di penuhi batu, aku lebih tak ingin menambah biaya air lagi karena pasti butuh air satu kolam renang untuk membersihkannya.
Cara lain. Bisa saja aku mencukur kepalaku sampai botak. Tapi aku tidak mau. Soalnya nanti aku ditertawakan dan dipanggil saitama.
Parahnya lagi
1.preman sekolah
2. Shirayuki sensei yang dingin dan berlidah tajam
3. Yakuza
4. King ogre
Bisa bisa aku di mintai tolong mengalahkan salah satu dari mereka dengan satu pukulan.
Lagipula aku sudah terlanjur menstok shampo sampai bulan depan. Sayang kan kalau tidak terpakai.
Waktu aku sedang memikirkan itu tiba tiba mataku melihat sesuatu.
Ada sesuatu di balik punggung simon yang sedang menempel di tanah.
Aku menyipitkan mataku dan memajukan tubuhku.
Dari sini, aku bisa melihat, seekor tikus putih sedang ditindih oleh badan gemuk simon.
"Monroe chaaannn!!!!!"
Aku tak peduli orang orang kaget dengan suara teriakanku.
Atau ketika guru olahraga yang badannya bagus lewat di dekatku dan menjerit seperti anak perempuan.
Atau dengan isian roti mi goreng yang dibiarkan begitu saja lantai.
Aku bergegas dan melompati isian roti mi goreng.
Tapi sebelum itu-- benar benar keterlaluan!!
Siapapun yang menjatuhkan mie goreng itu ke lantai semoga kamu mendapat hukuman dari dewa dan kejatuhan truk es krim!
Lagipula kenapa semua bersikap seolah tidak ada apapun! Dan kenapa tidak ada petugas sekolah yang membersihkannya!!?
Apa itu cuma ilusi?
Aku berbalik dan melihat dari balik punggungku.
Isian roti mie goreng yang keliatan enak itu masih ada di sana.
Berarti itu bukan ilusi.
Dasar pengotor lantai--!!
Begitu sampai ke halaman sekolah, aku mendapati simon tengah telentang dan monroe chan yang tertindih badannya, matanya sudah membentuk tanda silang.
"Bertahanlah monroe chan!!"
Aku menaruh tanganku pada masing masing sisi badan simon lalu mengangkatnya.
Akan tetapi
Berat!!!
Astaga kucing ini beratnya melebihi batu karang! Bukan berarti aku pernah mengangkat batu karang, tapi seingatku karung beras saja tak seberat ini!!
Aku menyerah dan menyeka keringat di dahiku, dan terkejut akan jumlah yang mampu memenuhi sebuah danau.
Aku menekuk lutut kemudian mencoba lagi.
"Ughhhh...isinya batu kali ya?"
Tapi tetap tak berhasil. Aku mencoba mengangkatnya dari beberapa sisi yang berbeda.
" hosh...hosh..."
Yang ada aku malah makin capek.
Ketika tanganku tak sengaja menyenggol hidungnya,
"...ngeong...."
simon langsung bereaksi. Seolah marah karena dibangunkan dari tidurnya, simon menangkap tanganku lalu mulai nenggigitinya.
Ahhh benar benar menggemaskan!
Cahaya suci turun dari langit dan menentramkan hatiku. Rasanya aku seperti terlahir kembali.
Aku mengelus2 perut nya yang berbulu putih dengan segenap hati.
"Asadaddsadadaddgsjdkgnrukaan"
"Ahh..."
Ketika aku mendengar jeritan menakutkan yang meluncur dari mulut monroe chan, aku ingat alasan kenapa aku disini.
"Wait..."
Entah kenapa aku bicara dengan bahasa inggris.
Aku mengeluarkan dari sakuku, potongan kecil roti yang diberikan Najimi padaku untuk umpan monroe chan.
Tapi sepertinya monroe chan akan lebih senang jika aku cepat cepat memindah raksasa oren ini dari atas tubuhnya, maka dari itu akupun mendekatkan potongan roti itu di dekat hidung simon.
"Ayo ayo...ini enak lhoo"
Ujarku, mengipas ngipaskan roti tersebut di depan hidungnya.
"sniff...sniff..."
Hidung kecil berwarna merah jambu itu bergerak gerak ketika menangkap bau roti.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi kucing itu untuk mengetahui bahwa itu aroma makanan enak.
"Kurasa tulisan 'makan', 'makan' dan 'makan' tertulis di tiap sisi otakmu ya."
Kulempar roti itu ke arah kiri.
Mata bundar simon langsung dengan cekatan melihat ke mana roti itu jatuh. Kemudian ia menggulingkan badannya ke kiri.
Setelah cukup bersusah payah, ia akhirnya bisa bangun juga dan berjalan dengan kaki kaki yang gemuk dan pendek.
Tuk tuk tuk
Kenapa yaa mahluk itu sangat lucu sekali nyaaann....
Noda noda di hatiku langsung bersih nyann seperti baju bekas main lumpur yang terkena kuah ramen nyannn lalu ketumpahan cat minyak kemudian dimasukkan ke mesin cuci nyann..
...................
Sebenarnya ada kemungkinan noda seperti itu membutuhkan semilyar keajaiban untuk bisa bersih kembali.
Tapi ya sudah. Lagipula itu kan cuma ilusi di kepalaku. Jadi ya suka suka aku.
Aku berlutut lalu memungut monroe chan yang tepar dengan kedua tanganku.
"Tertangkap juga kau. Lihat saja. Kupukul bokongmu dengan sendok!"
Sembari melayangkan sorot mata penuh niat hendak mengutuk, ketika aku hendak berdiri,
"Apa yang kamu lakukan di sini keiichi kun?"
Mendengar suara itu, punggungku langsung tegak. Secara refleks aku memasukkan monroe chan ke dalam saku kemeja.
Langsung saja mataku bertatapan dengan pedang es yang siap menusuk.
"Shi--shirayuki sensei!?"
Di hadapanku sudah ada Shirayuki-sensei. Satu dari keempat big boss yang paling ingin kuhindari dalam masa masa sekolahku.
"Apa yang kau lakukan di sini keiichi-kun?"
"Hm?"
Mungkin karena aku tak kunjung menjawab, Shirayuki-sensei bertanya untuk kedua kalinya.
"Kenapa?"
Tapi apa-apaan pertanyaan itu?
Misalnya aku sedang berada di dalam toilet wanita atau sedang berdiri mengintip kamar cewek dari jendela atau berada di depan rumah shirayuki -sensei sambil bercosplay karakter dari serial Jojo,
Pertanyaan seperti 'apa yang kau lakukan di sini Keicchi-kun' memang pantas untuk dilontarkan.
Akan tetapi lapangan sekolah adalah tempat umum bagi warga sekolah berkumpul.
Setidaknya itu yang tertulis di buku panduan.
"Mmm aku mau pulang."
Aku tak punya waktu untuk membongkar tasku dan mencari buku panduan sekolah, maka dari itu aku menjawabnya dengan pilihan teraman.
Selain itu ada
1. Aku sedang menunggu pacarku
2. Aku sedang menunggu sensei
3. Aku mau menari tap dance dengan Najimi di tengah lapangan.
4. Aku sedang menunggu pacarku dan kami hendak bermesraan di dalam gudang.
5. Aku sedang menunggu sensei dan hendak bermesraan di dalam gudang. please be gentle, it's my first time.
6. Aku mau pulang
Karena pilihan keempat dan kelima akan membuatku memperoleh tiket gratis jalan jalan ke river styx, sementara pilihan ke 3 akan membuatku dikenal sebagai raja tap di lapangan (sayangnya aku tak menginginkan julukan yang tidak akan membuatku punya banyak uang) , aku pun memilih pilihan ke 6.
"Aku tidak melihat kamu membawa tas."
"Err yaa aku meninggalkannya di kelas."
"Aku mengerti."
Shirayuki-sensei menggangguk kecil.
Apa? Apa? Malah aku yang tidak paham.
"Kamu hendak pulang, meninggalkan tas mu di kelas kemudian kamu akan menjadikannya alasan 'ahh kemaren tas ku tertinggal' untuk tidak mengerjakan pekerjaan rumahmu."
Astaga belum apa-apa aku sudah kena fitnah!
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar